Desentralisasiewet yang ditetapkan pada tanggal 23 Juli 1903 untuk selanjutnya dapat disebut daerah Otonom kota kecil Tebing Tinggi oleh pemerintahan Hindia
Belanda, pemerintah Kota Tebing Tinggi ditetapkan sebagai daerah otonom dengan sistem desentralisasi.
Keterangan yang menjelaskan Kota Tebing Tinggi sebagai Kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J. Mendelaar dalam ”Nota Bertrefende Degemente Tebing
Tinggi” yang dibuat sekitar bulan Juli 1930. Dalam salah satu Bab dari tulisan J.J. Mendelaar tersebut dinyatakan, setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum
mengenai perluasan pelaksanaan desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1971 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gemente Tebing Tinggi dengan Steling
Ordanite Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917. Berdasarkan hal inilah maka tanggal 1 Juli ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Tebing Tinggi.
4.1.2 Kondisi geografis
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu kota dari tujuh kota yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara, yang berjarak 78 Km dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi
dengan Luas Wilayah 38.434 Km2 terletak di bagian Timur Provinsi Sumatera Utara berada pada Garis 3°19° - 3°21° Lintang Utara dan 98°11° - 98°21° Bujur Timur yang
dikelilingi oleh wilayah kabupaten Serdang Bedagai dengan batas-batas sebagai berikut:
Tabel 4.1 Batas-batas Kota Tebing Tinggi
Utara PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara
Selatan PTPN IV Kebun Pebatu dan Perkebunan Payu Pinang, Kabupaten Serdang
Bedagai Barat
PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai
Timur PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebub Rambutan, Kabupaten
Serdang Bedagai
Sumber :Badan pusat statistik Kota Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi merupakan daerah perlintasan hynterland dari Provinsi Sumatera Utara ke berbagai kota, sehingga memudahkan bagi masyarakat sekitar
untuk memperoleh berbagai fasilitas di Kota Tebing Tinggi seperti misalnya sector industri dan sector lainnya.. Disamping itu Kota Tebing Tinggi dilintasi oleh 4 empat
buah aliran sungai besar dan kecil dintaranya : Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai Kelembah dan Sungai Sibarau yang disetiap tahunnya selalu datang banjir
kiriman yang harus selalu diwaspadai dan menjadi perhatian pemerintah kota. Secara Administratif Luas wilayah Kota Tebing Tinggi terbagi dalam 5 lima
Kecamatan dengan 35 Kelurahan dan 173 Lingkungan. Sebanyak 35,71 dari luas tanah tersebut digunakan untuk pemukiman, 51,19 untuk pertanian termasuk tanah
perkebunan dan sisanya digunakan untuk sarana lainnya seperti transportasi, sarana sosial, ekonomi dan budaya serta industri. Penduduk Kota Tebing Tinggi terdiri dari
berbagai suku etnis dan berbagai latar belakang sosial budaya dan agama. Luas wilayah Kota Tebing Tinggi menurut Kecamatan, dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Luas wilayah Km
2
Kota Tebing Tinggi Menurut kecamatan
tahun 2008 Luas wilayah Km
2
Dalam persen
Tebing Tinggi Kota 3.473 Km
2
9
Bajenis 9.078 Km
2
24
Padang Hulu 8.511 Km
2
22
Padang Hilir 11.441 Km
2
30
Rambutan 5.935 Km
2
15
Sumber :Badan pusat statistik Kota Tebing Tinggi
Dari tabel diatas terlihat bahwa wilayah yang paling luas adalah Kecamatan Padang Hilir yaitu sebanyak 11.441 Km
2
29,76 kemudian kecamatan Bajenis 907.8 Km
2
23,62, Kecamatan Padang Hulu 851.1 Km
2
22,14, Kecamatan Rambutan yaitu sebanyak 13,726 Km
2
15,44, dan yang paling sempit adalah Kecamatan Tebing Tinggi Kota yaitu 3447.3 Km
2
9,04. Sebagai sebuah kota yang termasuk kategori sedang, dalam dua dasawarsa
terakhir perekonomian Kota Tebing Tinggi tumbuh dengan cepat seiring dengan perkembangan fasilitas yang ada baik fasilitas ekonomi seperti sektor industri serta
fasilitas pendukung lainnya. perkembangan ekonomi Kota Tebing Tinggi dipacu karena letak strategis Kota Tebing Tinggi yang menjadi jalur lintas Sumatera. Di
samping itu karena Kota Tebing Tinggi merupakan daerah hynterland yang
Universitas Sumatera Utara
berkembang menjadi wilayah kota yang maju, sehingga sebagian besar masyarakat daerah tetangga memanfaatkan Kota Tebing Tinggi sebagai alternative utama dalam
pemenuhan kebutuhan mereka, karena akses ke Kota Tebing Tinggi relative lebih dekat, terjangkau, efisien dan ekonomis. Selain itu pola kegiatan ekonomi Kota
Tebing Tinggi secara perlahan mengalami pergeseran dan peralihan dimana peran kelompok tersier dalam struktur PDRB lebih besar dari kelompok primer dan
sekunder. Letak geografis Kota Tebing Tinggi yang diapit wilayah kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Deli Serdang, Kota Tebing Tinggi, dan daerah lain di
Sumatera Utara serta Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menjadi peluang potensial dalam menggerakkan roda perekonomian. Lalu lintas antar kota menjadikan wilayah
ini daerah transit.
4.1.3 Kondisi iklim