4.1.5 Identifikasi bidang usaha potensial
a. Bidang usaha potensial
Selama beberapa tahun terakhir perekonomian Kota Tebing Tinggi didominasi oleh sektor industri pengolahan yaitu 23,87 dari total PDRB. Peringkat kedua
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 20,70 dan diikuti oleh sektor jasa sebesar 16,13. Dari ketiga sektor tersebut terlihat bahwa perekonomian Kota
Tebing Tinggi sangat didukung oleh sektor-sektor yang merupakan kegiatan perkotaan. Dari ketiga sektor ini dapat diturunkan bidang-bidang usaha yang layak
untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
b. Potensi pendukung bidang usaha potensial
• Industri pengolahan hasil pertanian
Ada tiga komoditi pertanian utama yang patut menjadi perhatian pemerintah Kota Tebing Tinggi, yaitu sawit, kelapa dan karet. Ketiga komoditi ini merupakan
bahan baku industri hasil pertanian yang sangat baik jika dilihat dari potensi pasarnya. Dengan melihat fungsi Kota Tebing Tinggi sebagai pusat kegiatan pengelolaan hasil
pertanian dan perkebunan rakyat, maka wajar bila salah satu usahanya adalah membangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini tentunya didukung oleh
kenyataan bahwa konsumsi CPO dalam negeri dan dunia terus meningkat.
Arang batok kelapa yang diolah menjadi arang briket merupakan bahan bakar alternatif. Arang briket merupakan produk yang pemanfaatannya sudah dikenal luas
baik di lingkungan rumah tangga maupun industri. Dalam rumah tangga, arang briket pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar, terutama untuk pemanggangan sate,
Universitas Sumatera Utara
ikan dan lain-lain, sedangkan dalam industri, produk ini merupakan bahan baku bagi industri karbon aktif dan kertas karbon, atau dapat juga digunakan sebagai bahan
pembantu dalam proses pengecoran baja dan timah.
4.1.6 Kondisi demografis
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi tahun 2008, penduduk Kota Tebing Tinggi sebanyak 139.409 jiwa, yang terdiri dari penduduk
laki-laki berjumlah 68.712 jiwa 49,29 dan penduduk perempuan berjumlah 70.697 jiwa 50,71. Rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kota Tebing Tinggi
sebesar 97.19, yang berarti hanya ada 97 orang laki-laki dalam 100 penduduk perempuan. Dengan luas hanya 38,438 km
2
, tingkat kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2008 mencapai 3.712 jiwa km
2
Rumah Tangga mencapai 31,829 kepala keluarga dan diperkirakan bahwa rata-rata setiap rumah tangga dihuni oleh 4–5 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun
2007, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 2.216 jiwa 1,16 dengan jumlah penduduk tahun 2007 sebanyak 137.193 jiwa.
Distribusi penduduk Kota Tebing Tinggi menurut kecamatan tahun 2008, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi penduduk Kota Tebing Tinggi Menurut kecamatan
tahun 2008 Jumlah penduduk
Jiwa Dalam persen
Tebing Tinggi Kota 29.783 jiwa
21
Universitas Sumatera Utara
Bajenis 30.283 jiwa
22
Padang Hulu 24.277 jiwa
17
Padang Hilir 27.419 jiwa
20
Rambutan, 27.647 jiwa
20
Sumber :Badan pusat statistik Kota Tebing Tinggi
Dari tabel diatas dapat diketahui kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bajenis yaitu sebanyak 30.282 jiwa 21,72,
kemudian Kecamatan Tebing Tinggi Kota yaitu sebanyak 29.783 jiwa 21,36, Rambutan 27.647 jiwa 19,83, kemudian Kecamatan Padang Hilir 27.414 jiwa
19,67 dan paling sedikit adalah Kecamatan Padang Hulu yaitu sebanyak 24.277 jiwa 17,41.
Berdasarkan jumlah kepala keluarga KK, kecamatan yang memiliki jumlah kepala keluarga yang paling banyak adalah Kecamatan Bajenis dengan 6.870 kepala
keluarga 21,58 disusul Kecamatan Tebing Tinggi Kota yaitu sebanyak 6.810 kepala keluarga 21,39, kemudian Kecamatan Padang Hilir sebanyak 6.347 kepala
keluarga 19,94, Kecamatan Rambutan 6.236 kepala keluarga 19,59, dan yang paling sedikit adalah kecamatan Padang Hulu yaitu sebanyak 5.566 kepala keluarga
17.49. Bila dilihat berdasarkan golongan umur, kelompok umur yang paling banyak adalah
10–14 tahun 10,96, kemudian 5–9 tahun 10,27 dan 15–19 tahun 10,16
Universitas Sumatera Utara
sedangkan yang paling sedikit adalah penduduk yang berumur lebih dari 75 tahun 1,31 . Penduduk usia produktif 15–64 tahun menurut Badan Pusat Statistik Kota
Tebing Tinggi 2008, di Kota Tebing Tinggi mencapai 91.203 orang 65.42, sementara penduduk usia non produktif 0–4 Tahun dan 64 tahun ke atas sebanyak
48.206 orang 34.68. Penduduk usia 15–64 tahun sebanyak 91.203 jiwa, 51.200 orang 56.14 diantaranya merupakan angkatan kerja dan sisanya 40.003 orang
43.86 bukan angkatan kerja dalam arti penduduk masih bersekolah, mengurus rumah tangga. Dari seluruh angkatan kerja, jumlah yang bekerja ada sebanyak 45.230
orang 88,33, sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 5.970 orang 11.67.
4.1.7 Perkembangan tingkat kepadatan penduduk di Kota Tebing Tinggi
Kepadatan penduduk merupakan indikator dari tekanan penduduk suatu daerah. Kepadatan penduduk di suatu daerah biasanya dinyatakan dengan banyaknya
penduduk perkilometer persegi.
Tabel 4.4 Tingkat kepadatan penduduk di Kota Tebing Tinggi Tahun
Kepadatan penduduk
1989 3.024
1990 3.157
1991 3.182
1992 3.061
1993 3.075
1994 3.197
1995 3.291
1996 3.175
Universitas Sumatera Utara
1997 3.145
1998 3.495
1999 3.220
2000 3.254
2001 3.374
2002 3.293
2003 3.478
2004 3.512
2005 3.530
2006 3.571
2007 3.631
2008 3.712
Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara
Dapat dilihat dari tabel diatas kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 1989 adalah sebesar 3.024 jiwaKm
2
. Pada tahun 1991 mengalami peningkatan sebesar 3182 jiwaKm
2
. Pada tahun 1992 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 1995 mengalami peningkatan sebesar 3291 jiwaKm
2
. Kepadatan penduduk tersebut meningkat terus secara berfluktuasi hingga tahun 2008 sebesar 3.712
jiwaKm
2
.
4.1.8 Perkembangan pendapatan total masyarakat dan tingkat peyerapan tenaga kerja di Kota Tebing Tinggi
Dengan terjadinya pertumbuhan PDRB yang industri tinggi belum tentu mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat, karena hal ini sangat tergantung
Universitas Sumatera Utara
pada perkembangan jumlah penduduk walaupun pertumbuhan PDRB mengalamin peningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa
ditekan bahkan lebih besar pertumbuhan penduduk daripada pertumbuhan ekonomi maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat. Untuk
itu PDRB perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Jika PDRB perkapita
mengalami peningkatan maka boleh dikatakan adanya peningkatan kemakmuran dari masyarakat.
Tabel 4.5 Pendapaan total masyarakat di Kota Tebing Tinggi
Tahun PDRB perkapita
berdasarkan harga berlaku
1989 970.099,2
1990 1.052.377
1991 1.163.070
1992 1.338.198
1993 2.158.060
1994 2.649.717
1995 2.842.252
1996 2.954.369
1997 3.174.665
1998 4.379.020
1999 5.407.522
2000 5.837.142
Universitas Sumatera Utara
2001 6.419.715
2002 6.876.993
2003 7.431.763
2004 9.050.626
2005 9.236.850
2006 10.266.712
2007 11.550.000
2008 12.928.436
Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara
Jika dilihat dari tabel diatas maka perkembangan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami
kenaikan. Pada tahun 1989 sebesar Rp. 970.099,2 dan pada 10 tahun kedepannya pada tahun 1998 setelah terjadi krisis ekonomi PDRB perkapita Kota Tebing Tinggi tetap
mengalami peningkatan yang bagus yaitu menjadi Rp. 4.379.020 dan terakhir pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat bagus yaitu menjadi Rp. 12.928.436.
Sektor industri sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja yang diharapkan akan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Besarnya nilai out put yang
dihasilkan oleh sektor industri pada tahun 2008 mencapai 1.167,4 milyar rupiah. Sementara biaya input yang dikeluarkan pada tahun 2008 mencapai 998,4 milyar
rupiah dengan demikian nilai tambah yang dihasilkan pada tahun 2008 mencapai 169 milyar rupiah. Sektor industri penyumbang terbesar terhadap perekonomian Kota
Tebing Tinggi. Ini merupakan sumbangan terbesar dibanding dengan sektor-sektor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Tingkat penyerapan tenaga kerja dari sektor industri besar dan sedang di Kota Tebing Tinggi
Tahun Jumlah tenaga kerja
dari sektor industri sedang dan besar
1989 1.836
1990 1.872
1991 2.076
1992 2.027
1993 1.905
1994 1.961
1995 2.097
1996 2.124
1997 2.123
1998 2.275
1999 2.102
2000 1.915
2001 1.985
2002 2.185
2003 2.214
2004 2.279
2005 2.130
2006 2.162
Universitas Sumatera Utara
2007 2.098
2008 2.175
Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 1989 sektor industri besar dan sedang menyerap tenaga kerja sebesar 1.836 jiwa dan mengalami peningkatan sampai tahun 1991 sebesar 2.076
jiwa. Namun pada tahun 1993 terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja yang menjadi 1.905 jiwa. Tahun 1989 ini merupakan tahun dimana jumlah penyerapan
tenaga kerja yang paling sedikit pada kurun waktu 20 tahun terakhir 1989-2008. Peyerapan yang paling banyak terjadi di tahun 2004 yaitu sebesar 2.279 jiwa dan
setelah itu terjadi penurunan pada tahun 2005 yang menjadi 2.130 jiwa, dan terus berfluktuasi jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun-tahun berikutnya sehingga
pada akhirnya yaitu tahun 2008 jumlah penyerapan tenaga kerja menjadi 2.175 jiwa.
4.2 Hasil dan Analisa
Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, yaitu variabel dependen Tingkat Kepadatan Penduduk dan variabel
independen Pendapatan Total Masyarakat dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja. Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut, penulis mengajukan dalam bentuk
analisis matematik apakah Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Tebing Tinggi dipengaruhi oleh Pendapatan Total Masyarakat dan Tingkat Penyerapan Tenaga
Kerja. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah
dengan menggunakan program Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya dalam lampiran II.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Interpretasi Model Model persamaan adalah sebagai berikut :
Y = µ
β β
α
+ +
+
2 2
1 1
X X
………………..2 Dimana :
Y = Tingkat Kepadatan Penduduk JiwaKm
2
X
1
= Pendapatan Total Masyarakat Rupiah X
2
= Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Jiwa α
= InterceptKonstanta
2 1
,
β β
= Koefisien Regresi µ
= Kesalahan Pengganggu Term of Error Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program
eviews 5.1 diperoleh estimasi sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil regresi
Y = 2368,147 + 0,0000440X1 + 0,343668X2 Std.Error = 317,8205 0,00000556 0,160329
t- Statistik = 7,918654 2,143511 R
2
= 0,879902 F-statistik = 62,27572
Adjusted R
2
= 0,865773 Prob.Statistik = 0,000000
DW- stat = 2,663575 Keterangan :
Signifikan pada α = 1 Signifikan pada α = 5
Dari hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Pendapatan Total Masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap Tingkat
Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi dengan tingkat kepercayaan 99 dan besarnya koefisien 0,0000440 artinya setiap kenaikan Pendapatan Total
Masyarakat sebesar 1 juta Rupiah pertahun maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Kepadatan Penduduk sebesar 0,0000440 perseribu jiwa
perkm
2
, cateris paribus.
2. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap
Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi dengan tingkat kepercayaan 95 dan besarnya koefisien 0,343668 artinya setiap kenaikan
Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja sebanyak 1 jiwa maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Kepadatan Penduduk sebesar 0,343668 perseribu jiwa
perkm
2
, cateris paribus.
4.4 Test of Goodness of Fit Uji Kesesuaian 1. Koefisien Determinasi R