Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu
proses kegiatan memperoleh pengetahuan yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa melalui pengalaman- pengalaman belajar siswa.
Selanjutnya ialah pembelajaran, menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling
mempengaruhi untuk
mencapai tujuan
pembelajaran.
11
Menurut Masnur Muslich, pembelajaran yang diistilahkan Kegiatan Belajar Mengajar KBM merupakan proses aktif bagi siswa dan
guru untuk mengembangkan potens i siswa sehingga mereka akan “tahu”
terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu.
12
Pada intinya, pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dan pengajar untuk mencapai perubahan pada peserta didik,
perubahan itu adalah perubahan yang mengarah kepada belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran, pengelolaan sangat diperlukan
karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran,
prosedur, metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan menggunakan fasilitas
pengajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan pembelajaran yang baik dan terencana
Menurut Ahmad Rohani mengatakan bahwa pengelolaan pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan
untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran menentukan entry
11
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke- 8, h. 57
12
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. ke- 6, h. 71
behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya.
13
Menurut Abdul Majid pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ialah kompetensi dalam pengelolaan
pembelajaran yang mencakup: 1 penyusunan perencanaan pembelajaran; 2 pelaksanaan interaksi belajar mengajar; 3 penilaian prestasi belajar
peserta didik; 4 pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.
14
Beberapa pengertian pengelolaan pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli di atas memberikan suatu gambaran serta
pemahaman bahwa
pengelolaan pembelajaran
merupakan suatu
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang berkaitan dengan perkembangan murid sehingga tercapai proses pembelajaran yang
efektif dan efisien di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang dilaksanakan oleh pendidik
terhadap peserta didik dalam lingkungan belajar. Guru dalam mengajar di kelas tidak hanya mengelola
pembelajaran, tetapi juga melakukan pengelolaan terhadap kelas. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran dalam kelas tidak dapat terlepas dari
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas untuk tetap kondusif agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar dan sistematis. Berdasarkan pengertian dari efektivitas dan pengelolaan
pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam
proses belajar mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan
13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004, cet. Ke-2, h. 123
14
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. III, h. 6 111.
peengelolaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran
Adapun tahapan- tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Perencanaan Pembelajaran Pengertian perencanaan pembelajaran menurut banyak ahli masih
belum ada kesepakatan. Untuk mengetahui definisi perencanaan pembelajaran dapat ditelusuri dengan mendefinisikan kata perencanaan
dan pembelajaran. Menurut Anderson yang dikutip oleh Syafaruddin dan Irwan
Nasution, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.
15
Oleh karena itu perencanaan dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan sesuatu.
Menurut Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran: mengemukaan bahwa “Perencanaan adalah menyusun langkah- langkah
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
16
Pendapat tersebut mengambarkan bahwa suatu perencanaan diawali dengan adanya target, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut
dipikirkan bagaimana cara mencapainya. Sejalan dengan pendapat di atas Nanang Fatah memandang bahwa
perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan siapa akan yang
mengerjakannya.
17
15
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, 2005, Cet. ke-1, h. 91
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. III, h. 15.
17
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. VIII, h. 49
Dari ketiga pengertian tersebut, perencanaan dapat didefinisikan suatu proyeksi apa yang akan dikerjakan ke depan sehingga dapat
mencapai tujuan yang dapat diinginkan. Sedangkan pembelajaran yaitu proses yang dirancang untuk
merubah diri seseorang, baik aspek kongnitif, efektif, maupun psikomotoriknya.
Berdasarkan pengertian perencanaan dan pembelajaran tersebut di atas maka dapat didefinisikan bahwa perencanaan pembelajaran yaitu
suatu rancangan atau proyeksi tentang proses interaksi pendidik, anak didik, sumber belajar maupun lingkungan belajar sehingga dapat
mengubah aspek kongnitif, efektif, dan psikomorik siswa. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran. Apabila rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara baik akan menjadikan tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efesien. Menurut Degeng sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno
menjelaskan bahwa pembelajaran dan pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
18
Dalam pengertian tersebut di atas terlihat bahwa dalam
pengajaran terdapat
kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
Agar suatu pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan suatu perencanaan yang baik pula. Di bawah ini beberapa
fungsi perencanaan pembelajaran antara lain:
19
18
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, Cet. II, h. 2
19
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 85- 86
a Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan itu b Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan
pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan. c Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan
dan prosedur yang digunakan. d Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan
peserta didik, minat-minat pesrta didik, dan mendorong motifasi belajar.
e Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang
tepat dan menghemat waktu. f Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguh-
sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan- harapan mereka.
g Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya.
h Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri.
i Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up to date kepada peserta didik.
Perancanaan pembelajaran yang disusun oleh guru dituangkan dalam perangkat perencanaan pembelajaran yang meliputi silabi dan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan asumsi gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan siswa, daya
serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia. Oleh karena itu, gurulah yang berwenang untuk menjabarkan dan
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi silabus dan RPP.
Sesuai kurikulum 2004, maka silabus harus memuat hal- hal sebagai berikut:
a Standar kompetensi b Kompetensi dasar
c Materi pokok d Strategi pembelajaran
e Alokasi waktu f Sumber bahan
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perangkat perencanaan pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi. Format rencana pelaksanaan pembelajaran sangatlah beragam.
Masing- masing lembaga mempunyai karakteristik sendiri. Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dari Kenneth D.Moore, mengemukakan
bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik hendaknya memuat aspek- aspek sebagai berikut:
a Topik bahasan b Tujuan pembelajaran kompetensi dan indicator kompetensi
c Materi pelajaran d Kegiatan pembelajaran
e Alat media yang dibutuhkan, dan f Evaluasi hasil belajar
20
Dapat diartikan bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang baik harus meliputi beberapa tahapan, yakni: a mampu mendeskripsikan
tujuan kompetensi pembelajaran; b mampu memilih menentukan materi; c mampu mengorganisir materi; d mampu menentukan metode
20
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. III, h. 96
strategi pembelajaran; e mampu menentukan sumber belajar media alat peraga pembelajaran; f mampu menyusunn perangkat penilaian; g
mampu menentukan teknik penilaian; dan h mampu mengalokasikan waktu.
2 Pelaksanaan Pembelajaran Tahap mengajar pelaksanaan pembelajaran tentumya terkait
dengan metode dan teknik mengajar yang digunakan. Menurut E. Mulyasa bahwa kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2004 mencakup kegiatan
awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan kegiatan akhir atau penutup.
21
Menurut Abdul Majid tahapan- tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi: kegiatan awal, melaksanakan apersepsi atau
penilaian kemampuan, menciptakan kondisi awal pembelajaran, kegiatan inti dan penutup.
22
Pada kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan
perhatian dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kemudian melaksanakan apersepsi atau
penilaian kemampuan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kegiatan menciptakan
kondisi awal pembelajaran melalui upaya: menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa. Kegiatan inti
merupakan kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan kajian yang
bersangkutan. Kegiatan penutup, kegiatan ini merupakam kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.
21
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, h. 126
22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. III, h. 104
Sedangkan menurut Hunt yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi lima tahapan yang disebut
teori ROPES singkatan dari kata review, overview, presentasi, exercise, dan summary.
23
Yakni dalam pelaksanaan pembelajaran harus dimulai dengan melakukan apersepsi, yaitu menghubungkan pelajaran dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Kemudian memberikan deskripsi, yaitu penjelasan singkat mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Selanjutnya,
mengadakan presentasi, yaitu menampilkan atau melakukan diskusi sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran. Setelah itu mengadakan
latihan dan terakhir guru memberikan kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.
Oleh karena itu, guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk terampil dalam membuka pelajaran, menjelaskan dan menutup
pelajaran agar siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3 Penilaian Pembelajaran Selain harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran
seorang guru dituntut harus mempunyai kemampuan untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran.
Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya suatu bagian kecil dalam proses pembelajaran, yang menyatakan bahwa penilaian sama
artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat luas dan merupakan bagiang yang sangat penting
dalam upaya mengetahui hasil pembelajaran.
23
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. III, h. 99
Menurut Oemar Hamalik, evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal- hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-
hal yang telah diajarkan oleh guru.
24
Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya
menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Namun evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran
khusus, materi kurikulum dan prinsip- prinsip yang diterapkan dalam pengajaran.
25
Menurut Davies sebagaimana dikutip oleh Dimyati bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan menetapkan nilai kepada
sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.
26
Menurut Wand dan Brown 1957 yang dikutip oleh Wina Sanjaya mendefinisikan evaluasi sebagai “... refer to the act or process to
determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan
pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.
27
Dari kedua konsep di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik
evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses artinya, dalam suatu
pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian evaluasi bukanlah hasil atau produk,
akan tetapi rangkaian kegiatan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan
pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi
dapat menunjukkan kualitas yang dinilai.
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. ke- 8, h. 156
25
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 95
26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. ke- 3, h. 190
27
Wina Sanjaya, Kurrikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana 2008, Cet. ke- 1, h. 335- 336
Apabila dikaitkan evaluasi dengan belajar dan pembelajaran, maka dapat dijelaskan bahwa evaluasi yaitu proses untuk menentukan nilai
belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran belajar dan pembelajaran.
Oemar Hamalik menambahkan bahwa penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut: 1.
Memiliki validitas, 2. Mempunyai reliabilitas, 3. Objektifitas, 4. Efisiensi, dan 5. Kegunaan atau kepraktisan.
28
Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut: 1 evaluasi program pembelajaran, 2 evaluasi proses
pembelajaran, 3 evaluasi hasil belajar. Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga
hal, yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program dan evaluasi terhadap strategi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terdapat dua evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
29
Dimyati mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian
dan atau pengukuran hasil belajar.
30
Evaluasi proses pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sitematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada
komponen- komponen sistem pembelajaran, yang mencakup komponen
28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke- 8, h. 157
29
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke- 8, h. 159
30
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta 2006, Cet. ke- 3, h. 200
input, yakni perilaku awal siswa, komponen input intrumental yakni kemampuan profesional guru tenaga kependidikan, komponen kurikulum
program studi, metode, media, komponen administratif alat, waktu, dana; komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran;
komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaiannya tujuan pembelajaran.
31
Evaluasi proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui
kegiatan penilaian dan atau pengukuran.
32
Oemar Hamalik dan Dimyati sepakat bahwa evaluasi hasil belajar dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Untuk diagnostik dan pengembangan, sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab- sebabnya.
2. Untuk seleksi, sebagai dasar untuk menentukan siswa- siswi yang paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu
3. Untuk kenaikan kelas, menentukan apakah seseorang siswa dapat dinaikkan kelas atau tidak
4. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
Dari uraian di atas, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, evaluasi berarti suatu proses yang sistematis, yang tidak memperhatikan
hal- hal yang terjadi secara kebetulan. Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan- tujuan khusus pembelajaran atau saat ini disebut dengan
istilah standar kompetensi atau kompetensi dasar yang telah diidentifikasikan sebelumnya harus dinilai dan dievaluasi untuk
mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut. Tanpa menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru akan
mengalami kesulitan untuk menentukan secara jelas sifat dan tingkat belajar siswa.
31
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke- 8, h. 171
32
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta 2006, Cet. ke- 3, h. 221
4 Tindak lanjut pembelajaran Dalam KTSP, terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan
sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakup peningkatan aktivitas dan
kreatifitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar.
33
Menurut Pupuh Fathurrahman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa “untuk mendapatkan umpan balik secara
lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain: 1. Menggunakan alat bantu yang tepat
2. Memilih bentuk motivasi yang baik 3. Penggunaan metode yang bervariasi
34
Menurut Oemar Hamalik teknik perbaikan pengajaran dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Perbaikan hasil belajar, dengan memberikan pengajaran remedial, tutorial sistem, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian
tugas, review pengajaran, pengajaran individual dan sebagainya. 2. Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah, dengan cara memberikan
bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun kelompok, pengajaran remedial, latihan memecahkan masalah dan sebagainya
3. Perbaikan kualifikasi guru, dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan, penataran, diskusi kelompok, supervise, pengembangan staf dan lain-
lain 4. Peningkatan efesiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan
penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat, dan menilai setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik.
5. Perbaikan kemampuan awal, dengan cara melakukan assesment secara lebih seksama terhadap komponen- komponen entry behavior pada
siswa, mengembangkan kerjasama dengan rekan kerja dan sekolah- sekolah yang lebih rendah.
35
33
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Rosdakarya, 2007, Cet. IV, h. 261
34
Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007 h.99-101
35
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, Cet. IV, h. 235- 236
Menurut Abdul Madjid program tindak lanjut dapat dilaksanakan dengan cara:
1. Program perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar. Program perbaikan dapat ditempuh dengan cara: a
pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu, b
pemberian tugas atau perlakuan treatment secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.
2. Program Pengayaan Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus
diberikan kepada murid- murid yang sangat cepat dalam belajar. Program pengayaan dapat ditempuh dengan cara melaksanakan hal-
hal sebagai berikut: pemberian bacaan tambahan atau berdikusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi kompetensi dasar tertentu.
3. Program Akselerasi Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik
melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat.
36
Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, umpan balik pembelajaran adalah segala informasi yang berhasil diperoleh
selama proses pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan, masukan dan transformasi yang ada dalam suatu proses.
Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pembelajaran.
c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Sesuai dengan makna pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Menurut Ivor K. Davies, salah satu kecenderungan yang sering
dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan
36
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya, 2007, Cet. III, h. 236- 243
pembelajaran Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip- prinsip belajar yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
1 Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus
mempelajarinya sendiri. 2 Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing- masing.
3 Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan penguatan reinforcement.
4 Penguasaan secara penuh dari setiap langkah, memungkinkan belajar keseluruhan lebih berarti.
5 Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi dalam belajar.
37
Pada kenyatannya, guru memang belum mampu untuk sepenuhnya mengimplementasikan prinsip- prinsip tersebut dalam kelasnya. Namun,
dengan aplikasi ilmu dan teknologi pada proses pendidikan dapat memberikan harapan untuk mewujudkan prinsip- prinsip tersebut di dalam suatu cara baru
dan dinamis. Menurut Wina Sanjaya prinsip- prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan pembelajaran, di antaranya:
38
1 Berpusat kepada siswa 2 Belajar dengan melakukan
3 Mengembangkan kemampuan sosial 4 Mengembangkan keingintauan, imajinasi, dan fitrah
5 Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah 6 Mengembangkan Kreatifitas Siswa
7 Mengembangkan kemampuan menggunakan Ilmu dan Teknologi 8 Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga negara yang baik
9 Belajar Sepanjang Hayat
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip dalam pengelolaan
pembelajaran, menuntut
seorang guru
harus dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan siswa, dalam pembelajaran semua harus berpusat pada siswa
sebagai subjek belajar serta bervariasi dalam menggunakan metode karena
37
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: Rajawali Pres, 1991, Cet. II, h. 32.
38
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. III, h. 30- 32
semuanya itu adalah kunci terciptanya pengelolaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu semua prinsip yang telah diuraikan tersebut harus memayungi
proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
d. Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Seorang guru memiliki arti penting di dalam pendidikan seperti sekolah. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang
cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan
dapat membantunya dalam menjalankan tugasnya untuk interaksi dengan siswanya.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme guru, secara tersirat Undang- undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
35 ayat 1 telah mencantumkan standar nasional pendidikan yang meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasaana,
pengelolaan, pembiyaan, penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berskala. Standar yang di maksud dalam hali ini adalah suatu
kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau disyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas kualifikasi
dan jenjang pendidikan. Berkenaan dengan standar kompetensi guru, menurut Abdul Madjid
bahwasanya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru yang terdiri dari komponen, yaitu:
1 Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: i menyusun rencana pembelajaran; ii pelaksanaan interaksi belajar
mengajar; iii penilaian prestasi belajar peserta didik; iv pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.
2 Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan profesi
3 Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi: i pemahaman wawasan pendidikan, dan ii penguasaan bahan kajian.
39
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat 1. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 1 Kompetensi Pedagogik, dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”
2 Kompetensi Profesional, menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.
3 Kompetensi Pribadi, dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. 4 Kompetensi Sosial, menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi
sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtuawali
peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
40
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
41
Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Menurut Ivor K. Davis, pada dasarnya dalam melaksanakan
pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan oleh guru yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai
39
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Rosda Karya, 2007, Cet. ke- 3, h. 128
40
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Penerbit Fokus Media.
41
Abu Ahmadi Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, h. 98
sumber belajar itu sendiri. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan tujuan
yang sudah dirumuskan sebelumnya maka ia bertindak sebagai “guru- manajer”. Apabila guru atau instruktur yang secara fisik mengajar di kelas
tersebut, maka ia menjadi salah satu dari sumber belajar yang dikelolanya, dengan demikian ia berperan sebagai “guru- pelaksana” teacher operator.
42
Berhubung karena waktu yang tersedia dan kemampuan guru sebagai pengelola
selalu terbatas,
maka mereka
harus sedapat
mungkin mengkonsentarsikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan
peranannya yang unik dalam organisasi sebagai pengelola sumber belajar. Pada intinya kegiatan tersebut menuntut guru berperan sebagai manajer, yang
memiliki 4 fungsi umum menurut Ivor K. Davis yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai pengelola yaitu:
43
1 Merencanakan tujuan belajar 2 Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar 3 Memimpin, yaitu memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa.
4 Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah, namun keempatnya harus di pandang sebagai suatu lingkaran atau siklus
kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa dipaksa apalagi tertekan. Oleh karena itu
sebagai pengelola pembelajaran learning manager, peran dan tanggung jawab guru ialah menciptakan iklim belajar yang kondusif yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, baik iklim sosial maupun
42
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: Rajawali Press, 1991, Cet. ke- 2, h. 34
43
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. ke- 3, h. 150
iklim psikologis. Iklim sosial yang baik ditunjukkan oleh terciptanya hubungan yang harmonis baik antara guru dan siswa, guru- guru atau antara
guru dan pimpinan sekolah; sedang hubungan psikologis ditunjukkan oleh adanya saling kepercayaan dan saling menghormati antar semua unsur di
sekolah. Melalui iklim yang demikian, memungkinkan siswa berkembang secara optimal, terbuka dan demokratis.
Sistem pendidikan yang ideal menggunakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu tugas guru adalah memfasilitasi
siswa belajar. Pendidik memberikan kemudahan kepada siswa agar aktif mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan pembelajaran berarti membuat
siswa belajar dan aktif mengembangkan potensi dan prestasi secara mandiri. Belajar aktif memiliki konotasi bahwa siswa belajar tentang bagaimana
seharusnya belajar.
2. Motivasi Belajar Siswa
a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Menurut Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata „motif‟, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
44
Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan
perhatian, perasaan, dan prilaku atau kegiatan seseorang. Menurut Dimyati, motivasi di pandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.
45
Sedangkan
44
Pupuh Fathurrohman, Startegi Belajar Mengajar, Bandung: PT. refika Aditama, 2009, cet. Ke- 3, h. 19
45
Dimyati dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 80.
m enurut Ngalim Purwanto motivasi adalah “Sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.
46
Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik merumuskan
bahwa “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang
diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
47
Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu 1 kebutuhan, 2 dorongan dan 3 tujuan.
48
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan. Tujuan adalah yang ingin di capai oleh seseorang
individu. Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa
motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang mempengaruhi tingkah laku dan kemudian menggerakkan hati untuk bertindak.
Dalam dunia pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar motivasi di sebut sebagai motivasi belajar.
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
49
Konsep motivasi akan sangat membantu pemahaman dan penjelasan berbagai fakta yang akan membangkitkan munculnya perilaku dan
belajar. Motivasi belajar sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar, tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi dengan hasil belajar. Artinya
semakin kuat tingkat motivasi belajar, maka semakin baik hasil belajar siswa.
46
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. ke- 12, h. 60
47
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. ke- 8, h. 106
48
Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 81.
49
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Pustaka Jaya, 1996, hal. 15.
Sardiman mendefinisikan motivasi belajar sebagai: “keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar te rsebut dapat dicapai”.
50
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran mengemukakan “motivasi belajar merupakan kekuatan mental
yang mendorong terjadinya proses belajar”.
51
Oleh karena itu, motivasi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi maka
seseorang menjadi terdorong untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya. Begitu juga para siswa, dengan adanya
motivasi untuk belajar maka siswa akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan belajarnya agar prestasi yang diperoleh dapat sesuai dengan
keinginan. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan secara aktif atau pasif dan tidak peduli dalam
proses pembelajaran. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang
motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan
keadaan ketidakseimbangan ketidakpuasan, yaitu ketegangan- ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi.
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan motivasi belajar adalah kekuatan tersembunyi pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan
siswa baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar yang ditandai dengan munculnya kebutuhan, perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman.
b. Jenis- jenis Motivasi
Ada dua macam jenis motivasi belajar pada diri seseorang, yaitu motivasi yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman motivasi
50
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1986, h. 75
51
Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 239
intrinsik ialah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melaksanakan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar.
52
Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Dalam proses belajar siswa yang
termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin pencapain
tujuan belajar yang sebenarnya, yaitu untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bukan karena ingin mendapat pujian dari guru. siswa seperti ini
baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah-masalah pelajaran dengan benar. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam
belajar membentuk tantangan baginya. Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa.
Motivasi ini bukan merupakan perasaan keinginan yang sebenarnya di dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah
untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktifasi belajar itu sendiri. Contohnya siswa yang belajar mata pelajaran Matematika dengan rajin karena
takut tidak dapat lulus atau mendapat nilai jelek dari gurunya. Siswa akan terdorong untuk berusaha melakukan sesuatu apabila dia
mempunyai harapan untuk berhasil dalam usahanya. Ali Imron membagi motivasi belajar dalam enam unsur:
1 Cita-citaaspirasi pembelajaran. 2 Kemapuan pembelajaran.
3 Kondisi lingkungan belajar. 4 Unsur-unsur dinamis belajar.
5 Upaya pendidik dalam membelajarkan pembelajaran.
53
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam hidupnya, baik cita-cita dalam jangka panjang dalam menjalankan kehidupannya kelak maupun cita-cita atau
52
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1986, h. 89-90
53
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Pustaka Jaya, 1996, hal. 99.