Pelaksanaan pemeblajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: Dewi Priyandini

106011000081

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

i .

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok.

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Adapun teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Data yang diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Guru PAI, Ketua Yayasan dan Siswa/I SMP Islamiyah Sawangan Depok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah sawangan Depok secara umum tergolong baik, dari distribusi frekuensi pada rentang nilai berkisar antara (91-120). Hal ini ditunjukkan pada frekuensi siswa paling banyak ada pada rentang skor baik dengan presentase sebesar 93%. Selebihnya 7% berada pada rentang skor cukup.


(3)

ii

salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad Saw. besarta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini bertujua n untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan, motivasi dan doanya yang tak ternilai dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan segenap jajaran staf.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak.Drs.H.Achmad Gholib, M.Ag Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis semasa kuliah.

5. Bapak. Ahmad Suja’i, S.Pd, Kepala SMP Islamiyah Sawangan Depok yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian disekolah tersebut dan memberikan bantuan didalam pelaksanaan penelitian. 6. Keluarga Besar SMP Islamiyah Sawangan Depok, kepada segenap

Guru dan Karyawan serta adik-adik SMP Islamiyah Sawangan Depok yang selalu memberikan dan kerjasamanya selama proses penelitian berlangsung.


(4)

ii

mengarungi kehidupan ini.

8. Kakanda tersayang (Susdianto beserta Isteri Sumarni) yang telah memberikan semangat, doa dan motivasi

9. Keponakanku yang lucu (Rif’at Sauqi) yang telah menghibur penulis dikala jenuh.

10.Suamiku tercinta dan tersayang (Abdul Kohar) yang telah menemani penulis dalam suka dan duka dalam penulisan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku Kelas B dan eight girl’s (Ani, Aminah, Dieni, Bariroh Aisyah, Syarifah, Deput,dan Dahria).

12.Teman-teman Pendidikan Agama Islam Se-angkatan yang telah membantu dan memberikan saran dan juga masukan bagi penulis hingga selesainya skripsi ini.

Kepada semua penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang mereka berikan. Dan apabila penulis ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dima’afkan.

Dan akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian kependidikan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.

Jakarta, 15 Februari 2011

Penulis


(5)

iii

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Pembatasan Masalah ...4

C. Perumusan Masalah ...4

D. Tujuan Penelitian ...4

E. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...5

1. Pengertian Pembelajaran ...5

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...6

3. Dasar Pendidikan Agama Islam ...10

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam...16

5. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ...18

B. Pelaksanaan Pembelajaran PAI ...20

1. Metode Pengajaran ...20

2. Materi Pembelajaran PAI ...23

3. Evaluasi ...24

4. Pendidik...25

5. Kurikulum ...25


(6)

iii

D. Populasi dan Sampel ...31

E. Teknik Pengumpulan Data ...33

F. Teknik Pengolahan Data ...34

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ...35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian ... 36

1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ... 36

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI kelas VII ... 37

3. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ... 37

4. Dukungan Kepala sekolah dalam pembelajaran PAI... 37

B. Analisis Data ... 38

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 55

B. Saran-saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang akan menjadi penolong dan penentu dalam menjalankan kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masa dalam kandungan. Begitu pentingnya pendidikan bagi kita tidak dapat dibanyangkan misalnya tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan berbeda jauh dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih terpuruk atau lebih rendah kualitas peradabannya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliyah dan budi pekerti atau akhlah yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT.2

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Rasul Muhammad SAW untuk diteruskan kepada seluruh manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah), ibadah, mu’amalah (interaksi sosial) dan

1

Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4

2

M Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), cet. Ke-1, h. 4


(8)

akhlak, yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat dan terbebtuknya kata hati.3

Islam adalah agama yang paling sempurna, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Wahyunya disampaikan melalui malaikat jibril, di kota Mekkah. Dalam firmannya disebutkan :



































Artinya :”Pada hari ini ,telah Ku sempurnakan untukmu, dan telah Ku cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan telah Ku Ridhoi Islam menjadi agama bagimu”.(Q.S. Al-Maidah: 3)

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islamlah yang sempurna, karena Islam datang menyempurnakan agama terdahulu dan agama yang diridhoi Allah SWT. Diridhoi dalam hal ini berlaku bagi orang-orang yang beriman dan menjalankan segala perintah Allah SWT. dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya karena dalam agama Islam terdapat hukum-hukum Allah yang harus dipatuhi, dan hukum-hukum-hukum-hukum Allah itu ada dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunah /Hadits Nabi.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. diyakini dan dapat terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti seluas-luasnya.

Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan kepedulian sosial, menghargai waktu, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.4

Manusia adalah makhluk yang dikarunia Allah dalam bentuk yang sempurna, diberikan akal, pikiran dan perasaan. Manusia adalah makhluk

3

Supriadi, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001), cet.2, hal.42

4


(9)

yang fitrah, artinya mempunyai naluri. Allah memberikan naluri beragama, terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 30.

Dengan adanya fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai Tuhannya, atau dengan kata lain manusia itu dari asal kejadiannya mempunyai kecendrungan beragama, sebab agama itu, sebagian dari fitrahnya. Manusia juga mempunyai fitrah yang jahat dan yang baik, maka untuk bisa mengembangkan fitrah yang baik , manusia dituntut untuk dapat mengadakan system pendidikan yang integral dan menyeluruh dengan berlandaskan ketuhanan (agama). Islam mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membahas kedalam bentuk skripsi dengan judul:

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini, pembatasan masalah yang diambil oleh peneliti adalah:

1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMP Islamiyah Depok

2. Materi pelajaran mencakup aqidah akhlak, al-quran hadist, fiqih, dan sejarah kebudayaan islam.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka masalah yang diteliti dan dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMP Islamiyah Depok kelas VIII?”


(10)

D. Tujuan penelitian

Mendapat informasi yang jelas mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok kelas VIII.

E. Manfaat Penelitian

1. Dengan data ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi para guru atau pihak lain yang berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam memberikan mata pelajaran pendidikan agama Islam ataupun pendidikan moral kepada siswa-siswi dan seluruh masyarakat.

2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan, guna lebih meningkatkan kualitas pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok khususnya dan sekolah menengah pertama pada umumnya.

3. Juga berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyah sebagai tugas akhir perkuliahan.


(11)

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran

Kata “pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahasa inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran, jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran, atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar tidak dihadiri guru secara fisik, oleh karna itu dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran1

Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti, sering dipergunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman. Selain itu, pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran dengan pengertian belajar itu sendiri, pembelajaran itu sendiri merupakan sesuatu upaya mengarahkan aktifitas siswa ke arah aktivitas belajar.

Di dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses

1

Arif.S Sadiman,et al,Media Pendidikan :Pengertian Pengembangan, Dan Pemanfaatannya (Jakarta :Rajawali , 1986), cet ke-1, h.7.


(12)

pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.2

Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa. Oleh karena itu, hakikat pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan masalah pendidikan agama, sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran islam.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara umum pendidikan adalah mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.3 Pendidikan berasal dari kata didik yang memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang artinya perbuatan (hal,cara), istilah pendidikan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.4

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dengan bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”.

2Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005),cet ke-1, ,h.7.

3

Cecep Khaeruddin, Politik Pendidikan Di Indonesia dalam Abudin Nata: Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 39-40

4


(13)

Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman nabi Muhammad SAW, seperti terlihat dalam al-Quran sebagai berikut5:

اًﺮﯿِﻐَﺻ ﻲِﻧﺎَﯿﱠﺑَر ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﮭْﻤَﺣْرا ﱢبﱠر

“Ya Allah sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah

mendidik aku pada waktu kecil”. (QS. Al-Isra/17: 24) .6

Dalam bentuk kata benda, kata “rabba” ini digunakan juga untuk Allah, mungkin karena Allah juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan malah mencipta.7

Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadhah. Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum.

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.8

Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk mendewasakan manusia, atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia.

Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik. Pendidikanlah yang mengubah semuanya.9

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

5

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara,1996), cet. 3, hal. 25

6

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjamahannya, h. 284

7

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, , hal. 26

8

Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, hal. 14

9


(14)

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.10

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama.11

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik melalui upaya pengajaran dan pelatihan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju kedewasaan, sehingga terbentuklah kepribadian utama berguna bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Sedangkan pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik.12

Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam, diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan

10

Departemen agama RI, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5

11

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986), Cet.6, h. 19

12

Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) Cet ke-1 hal. 29


(15)

pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.

Mengenai definisi dari pendidikan agama Islam, terdapat banyak rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam, diantaranya:

Menurut Zakiyah Darajat, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.

Adapun Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai “Usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengamalan, pengetahuan, kecakapan dan penampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusi bertakwa kepada Allah swt”.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang dikutip dari pendapat Abdul Madjid bahwa ”Pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.13

Dari beberapa defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan dapat dilihat pula perbedaan-perbedaan antara

13

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130


(16)

pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang paling menonjol adalah bahwa pendidikan Islam bukan hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Selain itu pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam dan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan dan melatih anak didik menuju terbentuknya sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran Islam.

3. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar atau landasan yang digunakan dalam pendidikan agama Islam:

a. Al qur`an

Secara lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah, melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah Rasulullah, dan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Dan Ia terhimpun dalam sebuah mushaf, diawali dengan surat fatihah dan diakhiri dengan surat al-naas, disampaikan kepada kita secara mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau pergantian.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. yang memiliki pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-


(17)

Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak pernah mengalami perubahan14.

Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu harus bersumber kepada akidah Islamiyah, menurutnya lagi sekiranya pendidikan Islam itu tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing15

Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang berbunyi sebagai berikut :





















































































“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.”

Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya

14

Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), Cet.1, h. 95-96

15


(18)

untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

b. As-sunnah.

As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari

Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan,

perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.

Suatu hal yang sudah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad s.a.w. diutus ke bumi ini, salah satunya adalah untuk memperbaiki moral atau akhlak umat manusia, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat di mengerti oleh umat muslim. Namun yang terpenting dibalik hadist ini adalah, memformulasikan sistem, metode, atau cara yang harus ditempuh oleh para penanggung jawab pendidikan dalam meneruskan misi risalah, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak. Dan banyak lagi hadist yang memiliki konotasi pedagogis, baik mengenai metode, materi, orientasi, dan lain sebagainya.

c. Sikap dan perbuatan para sahabat

Pada masa khulafa’ al- Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Qur’an dan Sunah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Sikap dan perbuatan mereka dijadikan sumber pendidikan dalam Islam karena Allah SWT. sendiri didalam Al-Qur’an memberikan pernyataan yaitu dalam surat At-Taubah: 100


(19)

                                               

Artinya: “ Orang- orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang Muhajirin dan Ansor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang

besar. (Q.S. At.Taubah:100).16

Dan Allah SWT berfir’man:

               

Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar.”(Q.S.9:119).

Dengan demikian sudah jelas bahwa perkataan dan sikap para sahabat dapat dijadikan sebagai dasar Pendidikan dalam Islam. Contoh perkataan sahabat Umar bin Khattab yang terkenal dengan sifat jujur, adil, cakap, berjiwa demokratis yang dapat dijadikan panutan masyarakat.

d.Ijtihad

Ijtihad dijadikan sumber pendidikan karena Al-Qur’an dan Sunnah, menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut.

Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. dan beranjaknya Islam mulai keluar tanah Arab. Karena situasi dan kondisinya banyak berbeda dengan di tanah arab.

Majelis Muzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad ialah jalan yang dilalui dengan memberikan semua daya dan kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melalui ijma’, qias, istishan dengan dzan (mendekati keyakinan) untuk mengistinbatkanhukum daripada

16


(20)

dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menentukan batas yang dikehendaki.

Ijtihad dalam penggunaannya dapat meliputi seluruh aspek ajaran Islam, termasuk juga aspek pendidikan, sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka rinciannya itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip itu. Sejak diturunkan ajaran Islam sampai wafatnya Nabi Muhammad Saw. Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula.17

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh ahli hukum Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, kebanyakan bersifat global, maka seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya permasalahan yang muncul, maka dalam hal ini ijtihad sangat diperlukan, begitu juga dalam lapangan pendidikan yang tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Tapi penggunaan ijtihad ini bisa dijadikan dasar pendidikan dengan catatan selama tidak bertentangan dengan dasar pokok yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sedangkan dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia mempunyai landasan yang kuat, diantaranya:

a. Dasar Yuridis

Dasar Yuridis atau dasar hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama yang berasal dari Peraturan perundang-undangan. Dasar Yuridis/hukum ini terdiri dari : Dasar Idiil, Dasar Konstitusinal dan dasar Operasional.

17


(21)

1) Dasar Idiil

Dasar Idiil ialah dasar yang berasal dari Filsafat Negara, Dasar Negara dan Dasar Pendidikan di Indonesia yaitu Pancasila, dimana Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama.karena itu Pendidikan Agama harus diberikan kepada anak-anak, karena tanpa Pendidikan Agama Sila pertama dari pancasila tersebut sulit untuk diwujudkan.

2) Dasar Konstitusional

Dasar Konstitusional pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari Undang-undang Dasar 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah agama dan kepercayaannya itu. 3) Dasar Operasional

Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti yang disebutkan pad Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS 1996, Bab I Pasal I yang berbunyi:” Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas Negeri.” b. Dasar Religius

Dasar Religius ialah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits.

c. Dasar Sosial Psikologis

Dasar sosial psikologis berarti landasan yang bersumber dari kejiwaan manusia, yaitu setiap manusia dalam jiwanya merasakan pengakuan adanya kekuatan dzat yang Maha Kuasa, tempat berlindung dan mohon pertolongan.18

18

Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, h.76-79


(22)

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Majid yang dikutip dari pendapat Breiter, bahwa “pendidikan adalah persoalan tujuan dan focus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.19

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghanyatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan beragama.20

Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut :

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa orang yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula yang dapat mengantarkannya kepada pembentukan insan paripurna.

Dari tujuan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah) sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu, Al-Ghazali memberi ruang cukup luas dalam sistem pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia, hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang lebih utama dan kekal. “Dunia adalah alat perkebunan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat yang akan mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang memandangnya sebagai alat

19

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-3, hal. 136

20

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet ke-1, hal. 74-75


(23)

dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang yang mengundangnya sebagai tempat untuk selamanya”.

Pemikiran Al-Ghazali di atas dapat dipahami dari landasan berfikir dan berpijak yang digunakan yaitu Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyatakan agar manusia tidak terlena dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali yang kekal. Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah adalah sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan anak didik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang dimaksud dalam surah Al-Qashash/27: 77

M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: tujuan pendidikan agama Islam pada sekolah umum adalah mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya seperti yang diajarkan kitab suci masing-masing.21

Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

 Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

 Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam ketakwaannya.

 Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

21

M. Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung Remaja Rosda Karya, 1992),h.195


(24)

 Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu22

Jadi Pendidikan Agama Islam disekolah/Madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.23

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdullah Nasikh Ulwan secara umum ruang lingkup materi pendidikan Islam itu terdiri dari tujuh unsur, yaitu:

a. Pendidikan keimanan b. Pendidikan moral

c. Pendidikan fisik/jasmani d. Pendidikan rasio/akal e. Pendidikan kejiwaan f. Pendidikan seksual.24

Sedangkan ruang lingkup materi pembelajaran PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:

a. Al-Quran hadits b. Keimanan c. Syariah d. Ibadah e. Muamalah f. Akhlak

22

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet ke-1, hal 19

23

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hal. 135

24


(25)

g. Tarikh (sejarah Islam). 25

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Qur’an. Sedangkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) disamping ke empat unsur pokok diatas maka unsur pokok syari’ah semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.26

Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi dasar berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan masing-masing.

Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran untuk SMP adalah sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

b. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan

c. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi

d. Berkomunikasi dan berinteraksi secara befektif dan satuan yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

e. Menerapkan hidup sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntutan agamanya

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab

g. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama.27

25

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet ke-3, hal. 79

26

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet ke-4, hal 23

27

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-3, hal. 99-100


(26)

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Metode pengajaran

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” dan “Hodos” berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui.28

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. 29

Sedangkan menurut Mahmud Yunus sebagaimana yang dikutip Armai Arief, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam lingkup ilmu pengetahuan dan lainnya.30

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan.

Metode pengajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam uraian ini adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa. Adapun macam-macam metode dapat dipergunakan dalam pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil, dan tanya jawab.

a. Metode ceramah

Yang dimaksud dengan metode cerah ialah menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan kepada siswa atau khalayak ramai.31

28

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), Cet ke-4, h. 61

29

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-3, h. 87

30

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, 87

31

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 135


(27)

Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas.32

Metode ceramah diberikan apabila suatu materi membutuhkan penjelasan agar materi tersebut di mengerti oleh siswanya.

b. Metode diskusi

Diskusi yaitu suatu proses yang melibatkan dua individual atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling bertukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self

maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (prolem

solving).33

Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan dan menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.34

Dengan demikian, bahwa metode diskusi adalah salah satu metode alternatif atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. c. Metode Demonstrasi

Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau cara untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan/mempertontonkan.35

32

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 41

33

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145

34

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145

35

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 49


(28)

Metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak didik.

d. Sosiodrama

Sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).36

Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam pelajaran sejarah, misalnya guru menggambarkan kisah sahabat khalifah Abu Bakar ketika beliau masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui sosiodrama.37

Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas akan lebih hidup.

e. Metode Driil

Metode Driil (latihan siap) pengertiannya sering dikacaukan dengan istiah ulangan. Padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap (driil) dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan benar-benar dikuasai siswa. Dengan kata lain metode driil adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan.38

36

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 180

37

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 54

38

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 64


(29)

f.Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin di perolehnya.39

Pada metode ini bisa pula diatur pertanyaan yang diajukan siswa lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas menjadi hidup / dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar siswa berani menyampaikan buah pikirannya.

2. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP40 Tabel 1

Semester I Semester II

Al-Qur’an

Hukum bacaan Qalqalah dan Ra

Al-Qur’an

Hukum bacaan mad dan waqaf

Akidah

Keimanan kepada kitab-kitab Allah

Akidah

Keimanan kepada Rasul Allah

Akhlak

Perilaku terpuji Perilaku tercela

Akhlak

Perilaku terpuji Perilaku tercela

Hewan sebagai sumber bahan makanan

Fiqh

Tata cara sholat sunah Tata cara puasa

39

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 140

40


(30)

Zakat

Tarikh dan Kebudayaan Islam Sejarah Nabi Muhammad Saw

Tarikh dan Kebudayaan Islam Sejarah dakwah Islam

3. Evaluasi

Rangkaian akhir dari komponen dalam suatu system pendidikan yang penting, adalah penilaian (evaluasi). Berhasil atu gagalnya suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkannya.

Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai” istilah nilai atau value pada mulanya popular dikalangan filosof. Evaluasi adalah kata Indonesiasi dari kata evaluation (Inggris) yang diterjemahkan menjadi penilaian.41

Jenis-jenis evaluasi:

1. Penilaian formatif, ialah penilaian untuk mengetahui hasil belajar dalam satuan badan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. 2. Penilaian sumatif, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar

peserta didik yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan semester, atau akhir tahun

3. Penilaian penempatan (placement), ialah penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut.

4. Penilaian diagnostic, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik yang merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.42

41

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hal 239

42


(31)

4. Pendidik

Menurut Langeveld, “pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawab dalam mendidik seorang anak.

Mendidik adalah suatu tugas yang luhur. Oleh karena itu seseorang yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kesenangan bekerja/bergaul dengan orang lain/anak serta mempunyai sifat kasih sayang kepada orang lain/anak.43 Seperti yang dimiliki guru pendidikan agama Islam di SMP Darussalam (Muhibuddin Mutawali). Muhibuddin adalah sesosok pendidik yang sudah dewasa, sehat jasmani rohani, jujur, bertanggung jawab, juga sabar dan sayang terhadap anak didiknya.

Dalam islam kedudukan pendidik sangat tinggi sehingga ditempatkan dibawah kedudukan nabi dan rasul, itu karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan islam amat sangat menghargai pengetahuan.

5. Kurikulum

Untuk mewujudkan suatu tujuan dalam pendidikan maka diperlukan suatu komponen yaitu kurikulum. Kurikulumk merupakan suatu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu, fungsi dan peran kurikulum sangat penting dan setiap pengembangan kurikulum pada jenjangn manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.44

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dunia atletik yaitu

curere yang berarti berlari, istilah tersebut erat hubungannya dengan kata

43

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, hal. 8

44

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet ke 1, h. 27


(32)

curier atau kurir yang berarti penghubung seseorang untuk menyampaikan sesuatu pada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh.45

William B Ragan, sebagaimana dikutib Armai Arif berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tapi seluruh kehidupan di kelas.46

John Dewey sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwakurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.47

Hilda Taba berpendapat kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk program penilai hasilnya.48

Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.49

Dan kurikulum merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas murid dalam suatu lembaga pendidikan, karena

45

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 10

46

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), cet. Ke-1, hal. 30

47

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 13

48

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 14

49

Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4


(33)

kurikulum berkaitan dengan penentuaan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan.50

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengaju pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan, bahwa kurikulum merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada.

Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tenteng Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

a. Pendidikan Agama

b.Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa

d.Matematika

e. Ilmu pengetahuan alam f. Ilmu pengetahuan sosial g.Seni dan budaya

h.Pendidikan jasmani dan olahraga i. Keterampilan/kejujuran, dan j. Muatan lokal.51

Kebijakan pemerintah dalam pendidikan agam islam disekolah-sekolah, kaitannya dengan jam waktu pelajaran yang tersedia baik dari mulai sekolah tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Pendidikan agama hanya disediakan waktu pembelajaran yang sangat sedikit. Dan kurikulum pendidikan yang selalu berubah-ubah ini juga sangat mempengaruhi terhadap pemberhasilan pendidikan di negri ini.

Bagaimana mungkin dengan waktu yang sedikit, target dari pendidikan agama dimana salah satu tujuan pelajaran tersebut adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama dalam mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia yang

50

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. Ke-4.

51

Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 20


(34)

beriman dan bertaqwa akan tercapai. Oleh karena itu, untuk mencapai yang menjadi target dan tujuan pendidikan, perlu adanya system pendidikan agama yang terpadu, yaitu memperhatikan segala unsur yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan tersebut.

Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw (dalil Naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil naqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fikih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

Karakteristik mata pelajaran PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep Iman; merupakan penjabaran dari konsep Islam; dan akhlak merupakan penjabaran dari Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqh yang merupakan pengembangan dari Ilmu syariah dan Ilmng teru Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.52

Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

52


(35)

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang utama dan pertama, usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus mempertinggi cita-cita bangsanya. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran Islam lebih dari itu, ia juga menuntun orang untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Pendidikan Islam dapat membina akhlak mulia bagi peserta didiknya.

Pendidikan Islam mempunyai tiga unsur dasar, yaitu mencapai keridhoan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya serta melaksanakan penghambaan yang ikhlas kepada-Nya, mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan aqidah yang dalam penghambaan semata-mata dan kepatuhan ikhlas kepada Allah, hasil yang pasti bagi ketentraman hati, menghapus khufarat-khufarat yang bercaampur baur dengan hakekat agama.

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran-ajaran Islam dengan hikmah mengharapkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam.

Dari pengertian diatas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan tetencana yang diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan jasmani dan rohani secara optimal untuk mencapai bentuk manusia yang berkualitas sesuai dengan ajaran islam yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepa Allah SWT.


(36)

30

Bab III

Metodologi Penelitian

A. Definisi Operasional

a. Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta didik atau siswa.

b. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.

c. Pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Yang dijadikan tempat penelitian skripsi adalah SMP Islamiyah Sawangan yang terletak di kecamatan Sawangan Depok, tepatnya JL. Raya Mukhtar no. 136 Sawangan Depok. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 24 Oktober 2010 – 29 Januari 2011.


(37)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu:

1. Pendidikan Agama Islam sebagai variabel bebas, yaitu berupa segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam baik itu meliputi aspek aqidah, ataupun akhlak dan variabel ini disebut juga variabel X. 2. Akhlak Siswa sebagai variabel terikat. Yaitu muatan akhlak yang terdapat

pada seluruh ajaran Islam, dan variabel ini disebut juga dengan variabel Y.

MATRIKS VARIABEL

Variabel Indikator No. Item

Pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama islam

a. Penanaman nilai ketakwaan terhadap Tuhan.

b. Kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.

c. Peningkatan nilai spiritualitas.

d. Mengamalkan pelajaran akhlak yang di dapat dari sekolah

8, 11, 23, 27, 29

1, 2, 3, 4, 9, 10

5,14,18,19

7, 12,13, 15, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 28, 30

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, dikenal istilah populasi. Arief Furchan menyebutkan bahwa populasi adalah “semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas”.1 Hal senada juga

1

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), hal. 189


(38)

diungkapkan oleh J. Supranto yang mengartikan populasi sebagai “seluruh elemen/unsur baik berupa orang, rumah tangga, perusahaan industri, petak sawah, bintang-bintang dilangit dan lain sebagainya, yang menjadi objek penyelidikan”.2 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Islamiyah.

2. Sampel

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata sampling (pemilihan sampel) adalah merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subyek atau obyek penelitian.3 Arief Furchan dalam bukunya mengartikan sampel adalah sebagian dari populasi.4 J. Suprapto dengan kalimat lain menyebutkan bahwa sampling ialah suatu macam cara pengumpulan data statistik yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penyelidikan (populasi) akan tetapi hanya sebagian dari populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang diambil dari polulasi tersebut.5 Sampling bertujuan untuk mengambil keterangan mengenai “polulation” dengan mengamati sebagian saja dari polulasi itu.6

Dalam penarikan sampel, jika polulasi cukup homogen, terhadap populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan diatas 100 sebesar 15%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit dari jumlah matematik tadi. Tetapi adakalanya penarikan sampel ini ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel yakni selama populasi itu diketahui terbatas.7

Penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling atau acak yaitu “pengambilan sampel dengan cara membagi populasi kedalam

2

J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), hal. 43

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, hal. 252

4

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, hal. 189

5

J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran, hal. 43

6

Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. Ke-6, hal. 219

7

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metoda Teknik, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1998), Cet. Ke-8, hal. 100


(39)

beberapa kelompok menurut keragaman populasinya dan unit populasi pada tiap cluster-nya diambil secara acak, minimal 1 anggota per-cluster sebagai penentuan sampelnya. Metode sampel ini digunakan untuk populasi yang berkelompok-kelompok.8 Dengan kata lain, sample yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan.

Dalam penelitian ini penulis mengambil 20% dari seluruh siswa kelas VII SMP Islamiyah yang berjumlah 228, sampelnya adalah 46 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diperlukan beberapa teknik, adapun teknik pengumpulan data yang saya gunakan adalah:

1. Interview/Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan di antaranya seputar pelaksanaan kurikulum yang digunakan di SMP Islamiyah Sawangan, dan pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP Islamiyah Sawangan. Ciri utama pada interview ini adalah bertatap muka langsung antara sipeneliti dengan yang diteliti. Dalam hal ini penulis akan mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah SMP Islamiyah Sawangan Depok. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang sudah direkomendasikan oleh kepala sekolah SMP Islamiyah Sawangan Depok.

.

2. Angket/Kuisioner

Kuisioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal hyang diketahuinya”. Kuisioner juga dapat diartikan “suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti”.9 Dengan teknik ini pula akan memudahkan di

8

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), cet. Ke-10, h. 58

9

Cholid Narbuko dan Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-6, hal. 76


(40)

dalam mengambil kesimpulan mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan peningkatan Akhlak siswa di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Dalam membuat kuesioner/angket yang di sebarkan poin-poin yang di tanyakan seputar aqidah (keimanan), keislaman (syari’ah), dan ihsan (akhlak)

F. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengelola hasil data penelitian tersebut maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

2. Skoring

Penulis memberi skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket-angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada 4 buah yaitu:

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Score Jawaban Skor

Sangat setuju 4 Sangat setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak setuju 2 Tidak setuju 3

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4

3. Tabulating

Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan yang lain.


(41)

G. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuan analisa data dalam penelitian ini yaitu membatasi penemuan-penemuan sehingga mudah dipahami bukan hanya oleh penulis tetapi orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian ini.

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian dirubah menjadi data kuantitatif, dalam menganalisa data penulis menggunakan rumus statistic distribusi frekuensi atau prosentase, yaitu:10

P = Keterangan :

P = Persentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = number of cases

Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan (dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat masing-masing satu tabel.

10

Anas Sudijono, Pengantar Statisti Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet, 14 h. 196


(42)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam

Guru pendidikan agama Islam yang ada di SMP Islamiyah Sawangan Depok berjumlah tiga orang diantaranya Aida Maqbullah, S.Pd.I yang mengajar pada kelas VII, Abdul Hafidz, S.Ag yang mengajar pada kelas VIII, dan Zuaini Muttaqien, S.Ag yang mengajar pada kelas IX. Yang saya wawancarai adalah guru pendidikan agama Islam kelas VIII bapak Abdul Hafidz, S.Ag seputar pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Beliau sudah berpengalaman 14 tahun mengajar PAI di SMP Islamiyah Sawangan Depok sejak tahun 1996. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam meningkatkan atau membina akhlak siswa di kemas dengan dua model pembelajaran, diantaranya: pemberian materi pelajaran pendidikan agama Islam dan adanya keterampilan agama yaitu dengan memperbanyak praktek-praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu tujuannya adalah sebagai berikut:


(43)

a. Agar siswa dan siswi bisa merubah akhlak mereka dari yang kurang baik menjadi baik.

b. Agar siswa dan siswi bisa Baca Tulis Al-Qur’an dan dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar.

2. Pelaksanaan pembelajaran PAI

Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI kelas VII di SMP Islamiyah Sawangan menggunakan berbagai macam metode, diantaranya:

a. ceramah b. diskusi c. praktek.

3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

a. Adanya siswa dan siswi yang belum bisa Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). b. Siswa dan siswi ini berada pada kondisi ekonomi menengah kebawah,

sehingga sulit untuk memaksimalkan pembelajaran PAI agar baik kedepannya.

c. Sarana seperti mushola untuk melakukan praktek-praktek ibadah belum sepenuhnya menunjang, di karenakan pembangunannya yang belum selesai sepenuhnya.1

4. Dukungan Kepala SMP Islamiyah dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

Adalah menganjurkan siswa dan siswi untuk belajar Baca Tulis Al-Qur’an melalui pendidikan Iqro di sekolah yang di adakan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari minggu. Pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang tergantung pada tingkat bacaan Iqro yang sudah di pelajari siswa dan siswi sebelumnya.

1


(44)

B. Analisis Data

Data statistik yang akan dianalisis adalah skor-skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan dilapangan, kemudian data yang didapat dari setiap item pernyataan dimasukkan ke dalam tabel yang didalamnya terdapat persentase dengan menggunakan rumus:

P = F X 100 N

Namun untuk mengetahui lebih jelasnya, maka dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel. 1

Urgensi mempelajari PAI

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 27 59%

2 Setuju 12 26%

3 Tidak setuju 6 13%

4 Sangat tidak setuju 1 2%

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan siswa terhadap pentingnya mempelajari bidang studi Pendidikan Agama Islam bagi umat Islam sangat tinggi 26% menyatakan setuju, 59% menyatakan sangat setuju, 13% siswa yang menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa bidang studi Pendidikan Agama Islam penting untuk dipelajari


(45)

Tabel. 2

Manfaat mempelajari PAI

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 31 67%

2 Setuju 10 22%

3 Tidak setuju 5 11%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa mengetahui manfaat bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk menambah pengetahuan dan pengalaman ajaran Islam 22% menyatakan setuju, 67% menyatakan sangat setuju, 11% siswa yang menyatakan tidak setuju 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa bidang studi Pendidikan Agama Islam sangat bermanfaat sebagai pengetahuan siswa, selain itu pelajaran Pendidikan Agama Islam memang harus diikuti karena keharusan dari sekolah, tetapi manfaatnya lebih besar mereka rasakan untuk menambah khasanah keilmuan dan pengalaman ajaran Islam.

Tabel. 3

Efektifitas pembelajaran PAI untuk membiasakan berakhlak mulia

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 30 65%

2 Setuju 12 26%

3 Tidak setuju 4 9%

4 Sangat tidak setuju - -


(46)

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa pengajaran bidang studi PAI merupakan cara yang efektif untuk membiasakan siswa berakhlak baik dan mulia, 26% menyatakan setuju, 65% menyatakan sangat setuju, 9% siswa yang menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah cara yang efektif untuk membiasakan diri untuk berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu bidang studi PAI pada umumnya relatif sangat minim waktunya, penting sekali untuk diikuti oleh siswa-siswi SMP yang masih tergolong masa peralihan, yang dinantinya dikhawatirkan akan terjerumus atau terpengaruh kepada hal-hal yang negatif. Dalam mengetahui siswa berakhlak baik dan mulia, penulis melakukan pengamatan langsung dengan melihat sikap dan perilakunya sehari-hari selama proses penelitian walaupun ada beberapa siswa yang bersikap sebaliknya.

Tabel. 4

Materi pembelajaran PAI sulit dipelajari

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

2 Sangat setuju - -

2 Setuju 8 17%

3 Tidak setuju 34 74%

4 Sangat tidak setuju 4 9%

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa materi Pendidikan Agama Islam sulit untuk dipelajari 17% menyatakan setuju, 0% menyatakan sangat setuju, 74% siswa yang menyatakan tidak setuju, 9% sangat tidak setuju. Hal ini berarti kebanyakan dari responden menganggap bahwa materi bidang studi Pendidikan Agama Islam itu tidak sulit untuk dipelajari asalkan mau bersungguh-sungguh dalam belajar.


(47)

Tabel.5

Allah memperhatikan kita untuk selalu berbuat baik

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 31 67%

2 Setuju 14 31%

3 Tidak setuju - -

4 Sangat tidak setuju 1 2%

Jumlah 46 100%

Dengan diajukannya pertanyaan ini diharapkan siswa selalu termotivasi untuk berbuat baik dalam setiap keadaan dan hasilnya ternyata 31% menyatakan setuju, 67% menyatakan sangat setuju, 0% siswa yang menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa dengan sendirinya dapat berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel. 6

Di bimbing atau di bina untuk berakhlak mulia

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Selalu 27 59%

2 Sering 10 22%

3 Kadang-kadang 9 19%

4 Tidak pernah - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa item pertanyaan apakah siswa dibimbing atau dibina untuk berakhlak mulia kebanyakan siswa 59% menyatakan selalu dibimbing, 22% menyatakan sering, 19% siswa yang menyatakan kadang-kadang, 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini berarti bahwa siswa selalu diberikan bimbingan atau pembinaan untuk berakhlak mulia.


(48)

Tabel. 7

Bertutur kata yang baik merupakan perbuatan terpuji

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 25 54%

2 Setuju 19 42%

3 Tidak setuju 1 2%

4 Sangat tidak setuju 1 2%

Jumlah 48 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa bertutur kata yang baik merupakan perbuatan terpuji dan harus dibiasakan sejak kecil yakni 42% siswa menyatakan setuju, 54% menyatakan sangat setuju, 2% menyatakan tidak setuju, 2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa selalu membiasakan diri untuk bertutur kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan perbuatan terpuji.

Tabel. 8

Sholat berjama’ah Dzuhur dan Ashar di sekolah tidak perlu

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju - -

2 Setuju 2 4,4%

3 Tidak setuju 37 80,4%

4 Sangat tidak setuju 7 15,2%

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa sholat berjama’ah sangat dianjurkan oleh agama Islam dan sholat berjama’ah disekolah adalah salah satu usaha untuk mempererat tali persaudaraan, dalam hal ini 4,4% menyatakan setuju, 80,4% siswa menyatakan tidak setuju, 15,2% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat merespon untuk sholat berjama’ah.


(49)

Tabel. 9

Senang belajar Pendidikan Agama Islam

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 15 33%

2 Setuju 25 54%

3 Tidak setuju 6 13%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa senang belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam 54% siswa yang menyatakan setuju, 33% yang menyatakan sangat setuju, 13% yang menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa dalam mengikuti belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam didasari dengan rasa senang dan gembira.

Tabel. 10

Rajin mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 12 26%

2 Setuju 27 59%

3 Tidak setuju 7 15%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa siswa rajin dalam mengikuti pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam dengan hasil presentasi 59% siswa yang menyatakan setuju, 26% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa mempunyai rasa tanggung jawab dengan rajin mengikuti pelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam.


(50)

Tabel. 11

Menyontek adalah perbuatan yang curang

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 22 48%

2 Setuju 18 39%

3 Tidak setuju 6 13%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 48 100%

Dari gambaran di atas, dapat diketahui bahwa menurut Agama Islam menyontek adalah perbuatan yang curang dengan hasil presentasi 39% siswa yang menyatakan setuju, 48% menyatakan sangat setuju, 13% menyatakan tidak setuju. Hal ini berarti siswa mempunyai kesadaran yang sangat tinggi bahwa menyontek merupakan perbuatan yang curang.

Tabel. 12

Membuang sampah sembarangan tidak baik

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 33 72%

2 Setuju 11 24%

3 Tidak setuju 2 4%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa membuang sampah sembarangan adalah tidak baik 24% siswa yang menyatakan setuju, 72% menyatakan sangat setuju, 4% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat memperhatikan kebersihan sekitar lingkungannya.


(51)

Tabel. 13

Disiplin tepat waktu ke sekolah maupun shalat

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 27 59%

2 Setuju 12 26%

3 Tidak setuju 7 15%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 48 100%

Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa datang tepat waktu kesekolah adalah wajib begitu pula apabila tiba waktu shalat dengan hasil presentasi 26% siswa yang menyatakan setuju, 59% (lebih dari setengah responden) menyatakan sangat setuju, 15% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti bahwa siswa sangat memperhatikan kegiatan ibadah dan taat untuk melaksanakannya.

Tabel. 14

Shalat berjama’ah lebih baik dari pada shalat sendiri

NO Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Sangat setuju 34 74%

2 Setuju 9 19%

3 Tidak setuju 3 7%

4 Sangat tidak setuju - -

Jumlah 46 100%

Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa ada beberapa presentasi yang menyatakan belum adanya kesadaran pada diri siswa akan pentingnya shalat berjama’ah namun demikian 19% siswa menyatakan setuju, 74% menyatakan sangat setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 0% menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini berarti banyak di antara siswa yang sangat menyadari akan pentingnya sholat berjama’ah.


(1)

28.Member sedekah kepada fakir miskin adalah perbuatan yang baik menurut Agama a. Setuju

b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

29.Kita wajib menjaga kebersihan disekolah karena kebersihan adalah sebagian dari iman.

a. Setuju

b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

30.Memandang perlu menggunakan perhiasaan dan berpakaian mewah ke sekolah. a. Setuju

b. Sangat setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju


(2)

BERITA WAWANCARA Wawancara dilaksanakan pada

Hari / tanggal : Responden : Tempat : Pokok pembicaraan

1. Kapan didirikannya SMP Islamiyah Sawangan Depok dan apa yang melatarbelakangi didirikannya SMP Islamiyah Sawangan Depok?

2. Apa Visi dan Misi dari SMP Islamiyah Sawangan Depok?

3. Bagaimana perkembangan jumlah siswa dan staf pengajar selama 4 tahun kebelakang? 4. Sarana dan prasarana apa saja yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang pendidikan? 5. Bagaimana perkembangan kurikulum di SMP Islamiyah Sawangan Depok?

6. Kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang dapat mengembangkan bakat dan minat siswa? 7. Bagaimana kegiatan Bimbingan Konseling (BK) di SMP Islamiyah Sawangan Depok?


(3)

MATRIKS VARIABEL

No Variabel Indikator No. Item

1. Penelitian Variabel X (Pendidikan Agama Islam)

Nilai Raport PAI semester I kelas VIII SMP Islamiyah Sawangan Depok

2. Penelitian Variabel Y (akhlak) a. Penanaman nilai ketakwaan terhadap Tuhan.

b. Kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.

c. Peningkatan nilai spiritualitas. d. Mengamalkan pelajaran akhlak

yang di dapat dari sekolah

8, 11, 23, 27, 29

1, 2, 3, 4, 9, 10

5,14,18,19

7, 12,13, 15, 16, 17, 20, 21, 24, 25, 26, 28, 30


(4)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:Ciputat Pers. 2002

Daradjat dkk, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. 1996

__________________. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV. Ruhama. 1995

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjamahannya,

Departemen Agama RI UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006

Depdiknas. Badan Standar Nasional Pendidikan. Tp.2006

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994

Furchan, Arief. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992 Khaeruddin,Cecep. Politik Pendidikan Di Indonesia dalam Abudin Nata: Kapita

Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa. 2003.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2004

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT.

Al-Ma’arif. 1986

Muchtar, Heri Jauhari. Fiqih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005 Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. 1987


(5)

58

M. Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988) Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2007

Narbuko, Cholid dan Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004 Nata, Abuddinata dan Fauzan. Pendidikan dalam Persepektif hadist. Ciputat :

UIN Jakarta Press. 2005

______________. Filsafat Pendidikan I. Ciputat: Logos wacana Ilmu. 1997 ______________. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007 Nizar, Samsul. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media

Pratama. 2001

Pasaribu, Amudi. Pengantar Statistik. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983

Purwanto, M.Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung Remaja Rosda Karya. 1992

Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 1994

________. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya.1999

Sadiman, Arief S. Media Pendidikan :Pengertian Pengembangan, Dan Pemanfaatannya. Jakarta :Rajawali. 1986

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada. 1996

____________. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006


(6)

59

Supranto, J. Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1974.

Supriadi, dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Grafika Karya Utama. 2001 Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar Metoda Teknik.

Bandung: Penerbit Tarsito. 1998

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2005.

Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media. 2006

Usman, M Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Perss. 2002

Wawancara dengan Guru PAI SMP Islamiyah Sawangan 28 Januari 2011

Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1995.