Efektifitas pengelolaan Pembelajaran Dalam Meningkatkan motivasi belajar siswa di sma Islamiyah sawangan Depok

(1)

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

SITI ZAHRIAH 106018200790

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

SITI ZAHRIAH 106018200790, EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK. PROGRAM STUDI MP, Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan dan siswa menjadi termotivasi untuk belajar . Untuk itu, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Islamiyah Sawangan Depok yang berjumlah 30 orang, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survey. Metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket yang diberikan kepada para siswa dengan empat alternatif jawaban.

Hasil penghitungan uji “r” atau koefisien korelasi, menghasilkan rhitung = 0,524 yang lebih tinggi dari rtabel dengan taraf signifikan 5% = 0,374 dan 1% = 0,478. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat korelasi yang signifikan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Dari penelitian ini ditemukan bahwa efektifitas pengelolaan pembelajaraan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi cukup efektif. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan guru dalam menjalankan peran dan fungsinya untuk mengelola pembelajaran yakni dari 30 orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 21 orang siswa atau 70%, dan juga siswa cukup termotivasi dengan pembelajaran geografi, dari 30 orang responden yang mendapat jumlah skor rata- rata sebanyak 22 orang siswa atau 73,33%.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Karim atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan KI-Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,M.Phill. Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan.

3. Drs. Mu‟arif SAM, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

4. Dra. Manerah, sebagai dosen pembimbing yang telah sabar meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat pada penulis. 6. Kepala sekolah SMA Islamiyah Sawangan Depok S.Ag beserta para

staf dan pengajarnya, khususnya Ibu Briliantina Indrati, S.Sos., M.Pd. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan data guna melengkapi penelitian ini.

7. Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta stafnya yang telah membantu dalam penyediaan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

9. Ayahanda H. Jayadih dan Ibunda Hj. Muslihah, dengan semangat dan pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendo‟akan penulis untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kedua orang tuaku yang tersayang dan tercinta dilimpahkan rahmat dan hidayahnya oleh Allah SWT. Amin

10. K‟Iyah, Wiwi, Nurul, ponakan ku Yaser, Bg H jamal, Cg Oo, Cg Zizah, Cg Nahwan dan Bg Baidhowi serta seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan do‟a kepada penulis.

11. Teman-teman KI-MP angkatan 2006 yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Jakarta, 21 Maret 2010


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

SURAT PERNYATAAN PENULIS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengelolaan Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran ... 6

1) Pengertian Efektivitas ... 6

2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran ... 7

b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran ... 11

1) PerencanaanPembelajaran ... 11

2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 14

3) Penilaian Pembelajaran ... 16

4) Tindak lanjut Pembelajaran ... 19

c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran ... 21

d.Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran ... 22

2. Motivasi Belajar Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa... 26


(9)

c. Fungsi Motivasi Belajar ... 29

d. Ciri- ciri Motivasi Belajar ... 31

e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 35

C. Pengajuan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian... 38

D. Populasi danTeknik Pengambilan Sampel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian 1. Variabel Penelitian ... 40

2. Definisi Konseptual ... 40

3. Definisi Operasional ... 40

4. Kisi- kisi Instrument ... 40

5. Uji Coba Instrument ... 43

G. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 45

2. Uji Linieritas ... 46

H. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ... 46

I. Interpretasi Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Sekolah ... 49

2. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Atas Islamiyah Sawangan Depok ... 50

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Atas Islamiyah Sawangan Depok ... 50

3. Kondisi Siswa ... 51


(10)

5. Keadaan Sarana dan Prasarana... 52

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Pengelolaan Pembelajaran ... 53

2. Data Motivasi Belajar Siswa ... 57

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Linearitas ... 61

D. Pengujian Hipotesis ... 62

E. Pembahasan ... 65

F. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengelolaan Pembelajaran dan

Motivasi Belajar ... 41

Tabel 2 : Interpretasi Data ... 47

Tabel 3 : Kondisi Siswa ... 51

Tabel 4 : Kondisi Guru ... 52

Tabel 5 : Sarana dan Prasaran ... 52

Tabel 6 : Skor Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran ... 54

Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Pengelolaan Pembelajaran ... 55

Tabel 8 : Skor Hasil Angket Motivasi Belajar ... 57

Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar ... 59


(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik Histogram Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran (X) ... 56

2 Grafik Histogram Variabel Motivasi Belajar (Y) ... 59


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi sebuah bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa. Ini berarti bahwa kemajuan bangsa terletak pada kualitas manusianya, dan peningkatan kualitas manusianya hanya dapat dibina melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Apabila kita membicarakan pendidikan, maka sudah barang tentu hal yang tidak boleh terabaikan adalah peranan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan “formal” karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan- perubahan positif dalam diri anak didik, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka penentuan perumusan tujuan pendidikan nasional menentukan hasil- hasil yang seharusnya


(14)

diperoleh di bidang kognitif, psikomotorik dan afektif, baik yang mencakup semua jenjang dan jenis pendidikan sekolah, maupun yang khusus mengenai jenjang dan jenis pendidikan sekolah tertentu.

Dalam proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar- mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Itu berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang berlangsung dalam situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Kegagalan atau keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan, tidak terlepas dari adanya peran guru didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena guru merupakan unsur utama yang melaksanakan kegiatan pokok yaitu proses belajar mengajar, peran tersebut menuntut guru harus mempersiapkan diri sebaik- baiknya, baik secara fisik maupun non fisik seperti moral, intelektual dan kecakapan lain seperti kecakapan dalam pengelolaan pembelajaran /KBM dengan baik.

Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan baik ketika memulai pembelajaran, dalam menggunakan metode dan media yg bervariasi ataupun ketika menutup pembelajaran yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Pelaksanaan pendidikan yang terjadi di dalam kelas oleh guru haruslah efektif dan efisien agar proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan. Untuk dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, seorang guru haruslah dapat melakukan pengelolaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan


(15)

dengan baik dan lancar. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mengelola pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa dapat mencapai tingkat kemampuan yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengelolaan belajar mengajar merupakan unsur kompetensi guru yang penting dan harus dilaksanakan. Karena pengelolaan belajar mengajar diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan penggunaan fasilitas pengajaran.

Pada kenyataannya masih terdapat guru- guru yang belum sepenuhnya memahami tugasnya sebagai pengajar dan pendidik sehingga mereka kurang memperhatikan segi- segi kognitif, afektif maupun psikomotorik yang seharusnya dikuasai peserta didik dan jenjang pendidikan tertentu. Hal ini mungkin dapat dimengerti mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi sorang guru seperti yang dikemukakan oleh Sri Wuryani Djiwandono bahwa “semua guru dihadapkan pada masalah- masalah, masalah banyaknya siswa dalam satu kelas, masalah ekonomi dan kenakalan anak- anak, masalah tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru dan sebagainya”.1

Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka diperlukan keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat pembelajaran tidak tersedia merupakan contoh masalah pembelajaran. Jika seorang guru tidak dapat mengelola pembelajaran dari awal maka akan mengakibatkan kejenuhan bagi siswa dalam belajar. Proses kegiatan pembelajaran, rencana pengajaran dan sejumlah pedoman pelaksanaannya merupakan pedoman kegiatan pembelajaran dan keberadaannya merupakan arah bagi pengelola pembelajaran dalam

1

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h.23.


(16)

memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalaman belajar secara maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal atau faktor yang mempengaruhinya, faktor- faktor yang mempengaruhi belajar salah satunya ialah faktor non sosial yang berasal dari luar diri pelajar contohnya yaitu waktu pembelajaran yang diadakan pada pagi, siang atau malam hari.2 Faktor waktu ini juga mempengaruhi proses belajar siswa, misalnya pembelajaran yang dilaksanakan pada siang hari, siswa yang mengantuk, suasana pada siang hari panas akan mengganggu aktivitas belajar mengajar dan dapat mengganggu minat belajar siswa dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pembelajaran petang hari adalah SMA Islamiyah Sawangan Depok. Tidak berbeda dengan lembaga pendidikan sekolah petang hari pada umumnya, di SMA Islamiyah Sawangan Depok ini ditemukan beberapa masalah diantaranya para para siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas, karena menurut mereka ada beberapa guru yang kurang memberikan kenyamanan dan antusias mereka dalam belajar, seperti dalam hal pemilihan metode pembelajaran, penggunaan media, pengelompokkan siswa, dan dalam penataan tempat duduk, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung kurang optimal. Menurut pengamatan penulis guru- guru yang mengajar kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran, seperti kurang optimalnya perencanaan guru- guru sebelum mengajar, penataan siswa dalam belajar dan pemilihan metode pembelajaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya kedisiplinan pada diri seorang guru dikarenakan masih banyak terdapat guru yang mengajar di dua tempat, sehingga tidak fokus terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hingga tindak lanjut.

2


(17)

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berfungsi untuk menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi tidak saja berpengaruh terhadap hasil belajar, tetapi juga terhadap proses belajar.

Guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswanya, jika melihat siswa tidak bergairah dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena motivasi itu dapat menimbulkan kegairahan dan ketekunan dalam belajar. Adapun motivasi yang ada dalam diri peserta didik itu dapat berupa bakat dan minatnya dalam belajar, sedangkan yang berasal dari luar itu seperti guru, maka guru harus dapat menumbuhkan motivasi belajarnya.

Dalam hal ini, pengelolaan pembelajaran harus dilakukan seefektif mungkin, agar siswa menjadi termotivasi untuk belajar di kelas. Berdasarkan uraian diatas, menjadi daya tarik peneliti untuk mengangkatnya dalam penelitian yang berjudul “EFEKTIFITAS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK”.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum efektifnya pengelolaan pembelajaran di dalam kelas 2. Belum optimalnya guru dalam mempersiapkan pembelajaran

3. Kurang tegasnya penerapan peraturan sekolah tentang disiplin belajar 4. Rendahnya semangat belajar siswa di dalam kelas

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan peneliti dalam masalah biaya, waktu, tenaga dan kemampuan akademik, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Islamiyah Sawangan Depok. Guru yang menjadi obyek penelitian ini dibatasi hanya pada guru bidang studi IPS Geografi.


(18)

D. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA Islamiyah?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah?

3. Bagaimana efektifitas pengelolaan pembelajaran pada mata pelajaran Geografi dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan dan menambah hazanah ilmu pengetahuan.

Adapun secara praktis, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi para pendidik tentang pengelolaan pembelajaran yang unggul dan berprestasi.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran

a. Pengertian Efektivitas Pengelolaan Pembelajaran 1) Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari kata efek yang berarti akibat/ pengaruh, selanjutnya berkembang menjadi efektif tepat guna, manjur atau mujarab.3

Secara umum teori keefektivitasan berorientasi pada tujuan. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan yang dikutip oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna dalam buku Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Menurut Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya, menurut Steers dan Sergovani keefektifan menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.4

3

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 219

4

Aan Komariah & Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. Ke- 1, h. 7


(20)

Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya maka efektif. Jadi, jika tujuan atau sasaran itu tidak selesai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak dianggap efektif.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan efektivitas adalah tercapainya suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya melalui tindakan atau perbuatan yang maksimal.

2) Pengertian Pengelolaan Pembelajaran

Mengajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan keterampilan profesional. Karena dalam interaksi pembelajaran seorang guru sebagai pengajar akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan keterampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu dilakukan sebuah pengelolaan yang baik, yang menuntut seorang guru untuk dapat mengkondisikan kelas dan bertanggung jawab di dalam kelas.

Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management”, istilah Inggris tersebut lalu di-Indonesiakan-kan menjadi “Manajemen” atau “Menejemen”. Arti lain dari pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.5

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengarahkan tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.6

5

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), h. 7 - 8.

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 411


(21)

Menurut Winarno yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.7 Hal ini berarti dalam pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu merupakan penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Dalam pelaksanaannya selalu ada tahap- tahap pengurusan, pencatatan dan penyimpanan dokumen. Pengurusan akan mudah apabila ada perencanaan dan pengorganisasian cukup mantap.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu menghasilkan suatu hasil akhir yang memberikan informasi bagi penyempurnaan dalam kegiatan.

Chaplin, seperti yang dikutip Muhibbin Syah, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya, belajar ialah proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.8

Gagne dan Brigs yang dikutip oleh Syafaruddin mengemukakan bahwa “belajar adalah proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru”.9

Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).10

7

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1996), h. 8.

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. ke- 15, h. 88

9

Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 60

10


(22)

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan memperoleh pengetahuan yang mengarah pada perubahan tingkah laku siswa melalui pengalaman- pengalaman belajar siswa.

Selanjutnya ialah pembelajaran, menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.11

Menurut Masnur Muslich, pembelajaran yang diistilahkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan sesuatu. 12

Pada intinya, pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dan pengajar untuk mencapai perubahan pada peserta didik, perubahan itu adalah perubahan yang mengarah kepada belajar yang baik.

Dalam kegiatan pembelajaran, pengelolaan sangat diperlukan karena sebelum proses belajar mengajar berlangsung, seorang guru hendaknya menguasai secara fungsional pendekatan sistem pengajaran, prosedur, metode, teknik pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar dan mampu merencanakan menggunakan fasilitas pengajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan pembelajaran yang baik dan terencana

Menurut Ahmad Rohani mengatakan bahwa pengelolaan pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran (menentukan entry

11

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 57

12

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. ke- 6, h. 71


(23)

behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya).13

Menurut Abdul Majid pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ialah kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran yang mencakup: (1) penyusunan perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (3) penilaian prestasi belajar peserta didik; (4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.14

Beberapa pengertian pengelolaan pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli di atas memberikan suatu gambaran serta pemahaman bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang berkaitan dengan perkembangan murid sehingga tercapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang dilaksanakan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam lingkungan belajar.

Guru dalam mengajar di kelas tidak hanya mengelola pembelajaran, tetapi juga melakukan pengelolaan terhadap kelas. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran dalam kelas tidak dapat terlepas dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas untuk tetap kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar dan sistematis.

Berdasarkan pengertian dari efektivitas dan pengelolaan pembelajaran dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar di mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan umpan balik yang memungkinkan kegiatan

13

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-2, h. 123

14

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 6 & 111.


(24)

peengelolaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Tahapan- tahapan Pengelolaan Pembelajaran

Adapun tahapan- tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan Pembelajaran

Pengertian perencanaan pembelajaran menurut banyak ahli masih belum ada kesepakatan. Untuk mengetahui definisi perencanaan pembelajaran dapat ditelusuri dengan mendefinisikan kata perencanaan dan pembelajaran.

Menurut Anderson yang dikutip oleh Syafaruddin dan Irwan Nasution, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.15 Oleh karena itu perencanaan dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan sesuatu.

Menurut Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran:

mengemukaan bahwa “Perencanaan adalah menyusun langkah- langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.16 Pendapat tersebut mengambarkan bahwa suatu perencanaan diawali dengan adanya target, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya.

Sejalan dengan pendapat di atas Nanang Fatah memandang bahwa perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan siapa akan yang mengerjakannya.17

15

Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h. 91

16

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 15.

17

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. VIII, h. 49


(25)

Dari ketiga pengertian tersebut, perencanaan dapat didefinisikan suatu proyeksi apa yang akan dikerjakan ke depan sehingga dapat mencapai tujuan yang dapat diinginkan.

Sedangkan pembelajaran yaitu proses yang dirancang untuk merubah diri seseorang, baik aspek kongnitif, efektif, maupun psikomotoriknya.

Berdasarkan pengertian perencanaan dan pembelajaran tersebut di atas maka dapat didefinisikan bahwa perencanaan pembelajaran yaitu suatu rancangan atau proyeksi tentang proses interaksi pendidik, anak didik, sumber belajar maupun lingkungan belajar sehingga dapat mengubah aspek kongnitif, efektif, dan psikomorik siswa.

Perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Apabila rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara baik akan menjadikan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.

Menurut Degeng sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa pembelajaran dan pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.18 Dalam pengertian tersebut di atas terlihat bahwa dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Agar suatu pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan suatu perencanaan yang baik pula. Di bawah ini beberapa fungsi perencanaan pembelajaran antara lain:19

18

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. II, h. 2

19

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 85- 86


(26)

a) Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu

b) Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

c) Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.

d) Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, minat-minat pesrta didik, dan mendorong motifasi belajar.

e) Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu.

f) Para peserta didik akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.

g) Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya.

h) Membantu guru memiliki perasaan percaya pada diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri.

i) Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa

memberikan bahan-bahan yang up to date kepada peserta didik.

Perancanaan pembelajaran yang disusun oleh guru dituangkan dalam perangkat perencanaan pembelajaran yang meliputi silabi dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan asumsi gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia. Oleh karena itu, gurulah yang berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi silabus dan RPP.


(27)

Sesuai kurikulum 2004, maka silabus harus memuat hal- hal sebagai berikut:

a) Standar kompetensi b) Kompetensi dasar c) Materi pokok

d) Strategi pembelajaran e) Alokasi waktu

f) Sumber bahan

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perangkat perencanaan pembelajaran yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi.

Format rencana pelaksanaan pembelajaran sangatlah beragam. Masing- masing lembaga mempunyai karakteristik sendiri. Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dari Kenneth D.Moore, mengemukakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik hendaknya memuat aspek- aspek sebagai berikut:

a) Topik bahasan

b) Tujuan pembelajaran (kompetensi dan indicator kompetensi) c) Materi pelajaran

d) Kegiatan pembelajaran

e) Alat/ media yang dibutuhkan, dan f) Evaluasi hasil belajar20

Dapat diartikan bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang baik harus meliputi beberapa tahapan, yakni: (a) mampu mendeskripsikan tujuan/ kompetensi pembelajaran; (b) mampu memilih/ menentukan materi; (c) mampu mengorganisir materi; (d) mampu menentukan metode/

20

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 96


(28)

strategi pembelajaran; (e) mampu menentukan sumber belajar/ media/ alat peraga pembelajaran; (f) mampu menyusunn perangkat penilaian; (g) mampu menentukan teknik penilaian; dan (h) mampu mengalokasikan waktu.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap mengajar (pelaksanaan pembelajaran) tentumya terkait dengan metode dan teknik mengajar yang digunakan. Menurut E. Mulyasa bahwa kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2004 mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan kegiatan akhir atau penutup.21

Menurut Abdul Majid tahapan- tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi: kegiatan awal, melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan, menciptakan kondisi awal pembelajaran, kegiatan inti dan penutup.22 Pada kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kemudian melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kegiatan menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya: menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan kajian yang bersangkutan. Kegiatan penutup, kegiatan ini merupakam kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.

21

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), h. 126

22

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 104


(29)

Sedangkan menurut Hunt yang dikutip oleh Abdul Majid bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi lima tahapan yang disebut teori ROPES singkatan dari kata review, overview, presentasi, exercise,

dan summary.23 Yakni dalam pelaksanaan pembelajaran harus dimulai

dengan melakukan apersepsi, yaitu menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang telah dimiliki. Kemudian memberikan deskripsi, yaitu penjelasan singkat mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Selanjutnya, mengadakan presentasi, yaitu menampilkan atau melakukan diskusi sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran. Setelah itu mengadakan latihan dan terakhir guru memberikan kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.

Oleh karena itu, guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk terampil dalam membuka pelajaran, menjelaskan dan menutup pelajaran agar siswa memiliki kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3) Penilaian Pembelajaran

Selain harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran seorang guru dituntut harus mempunyai kemampuan untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran.

Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya suatu bagian kecil dalam proses pembelajaran, yang menyatakan bahwa penilaian sama artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat luas dan merupakan bagiang yang sangat penting dalam upaya mengetahui hasil pembelajaran.

23

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. III, h. 99


(30)

Menurut Oemar Hamalik, evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal- hal yang telah dimiliki oleh siswa dari hal- hal yang telah diajarkan oleh guru.24

Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Namun evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum dan prinsip- prinsip yang diterapkan dalam pengajaran.25

Menurut Davies sebagaimana dikutip oleh Dimyati bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/ menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.26

Menurut Wand dan Brown (1957) yang dikutip oleh Wina Sanjaya mendefinisikan evaluasi sebagai “... refer to the act or process to

determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.27

Dari kedua konsep di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses artinya, dalam suatu pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian kegiatan. Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi dapat menunjukkan kualitas yang dinilai.

24

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke- 8, h. 156

25

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 95

26

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. ke- 3, h. 190

27

Wina Sanjaya, Kurrikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2008), Cet. ke- 1, h. 335- 336


(31)

Apabila dikaitkan evaluasi dengan belajar dan pembelajaran, maka dapat dijelaskan bahwa evaluasi yaitu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran belajar dan pembelajaran.

Oemar Hamalik menambahkan bahwa penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut: 1). Memiliki validitas, 2). Mempunyai reliabilitas, 3). Objektifitas, 4). Efisiensi, dan 5). Kegunaan atau kepraktisan.28

Ruang lingkup penilaian secara umum meliputi tiga komponen berikut: (1) evaluasi program pembelajaran, (2) evaluasi proses pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar.

Evaluasi terhadap program pembelajaran dapat dirinci menjadi tiga hal, yakni: evaluasi terhadap tujuan, evaluasi terhadap isi program dan evaluasi terhadap strategi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat dua evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pembelajaran.

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.29

Dimyati mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran hasil belajar.30

Evaluasi proses pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sitematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen- komponen sistem pembelajaran, yang mencakup komponen

28

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 157

29

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 159

30

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet. ke- 3, h. 200


(32)

input, yakni perilaku awal siswa, komponen input intrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat, waktu, dana); komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran; komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaiannya tujuan pembelajaran.31

Evaluasi proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai, atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/ atau pengukuran.32

Oemar Hamalik dan Dimyati sepakat bahwa evaluasi hasil belajar dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut:

1. Untuk diagnostik dan pengembangan, sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab- sebabnya.

2. Untuk seleksi, sebagai dasar untuk menentukan siswa- siswi yang paling cocok untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu

3. Untuk kenaikan kelas, menentukan apakah seseorang siswa dapat dinaikkan kelas atau tidak

4. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

Dari uraian di atas, ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, evaluasi berarti suatu proses yang sistematis, yang tidak memperhatikan hal- hal yang terjadi secara kebetulan. Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan- tujuan khusus pembelajaran atau saat ini disebut dengan istilah standar kompetensi atau kompetensi dasar yang telah diidentifikasikan sebelumnya harus dinilai dan dievaluasi untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut. Tanpa menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru akan mengalami kesulitan untuk menentukan secara jelas sifat dan tingkat belajar siswa.

31

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 171

32

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2006), Cet. ke- 3, h. 221


(33)

4) Tindak lanjut pembelajaran

Dalam KTSP, terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut antara lain mencakup peningkatan aktivitas dan kreatifitas peserta didik, serta peningkatan motivasi belajar.33

Menurut Pupuh Fathurrahman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa “untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna, maka guru dapat melakukan beberapa teknik antara lain: 1. Menggunakan alat bantu yang tepat

2. Memilih bentuk motivasi yang baik 3. Penggunaan metode yang bervariasi34

Menurut Oemar Hamalik teknik perbaikan pengajaran dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Perbaikan hasil belajar, dengan memberikan pengajaran remedial, tutorial sistem, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian tugas, review pengajaran, pengajaran individual dan sebagainya. 2. Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah, dengan cara memberikan

bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun kelompok, pengajaran remedial, latihan memecahkan masalah dan sebagainya 3. Perbaikan kualifikasi guru, dengan cara belajar mandiri, studi lanjutan,

penataran, diskusi kelompok, supervise, pengembangan staf dan lain- lain

4. Peningkatan efesiensi program pengajaran dengan cara pengkajian dan penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih akurat, dan menilai setiap komponen dalam program tersebut secara spesifik. 5. Perbaikan kemampuan awal, dengan cara melakukan assesment secara

lebih seksama terhadap komponen- komponen entry behavior pada siswa, mengembangkan kerjasama dengan rekan kerja dan sekolah- sekolah yang lebih rendah.35

33

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. IV, h. 261

34

Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007) h.99-101

35

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 235- 236


(34)

Menurut Abdul Madjid program tindak lanjut dapat dilaksanakan dengan cara:

1. Program perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar. Program perbaikan dapat ditempuh dengan cara: (a) pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu, (b) pemberian tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular. 2. Program Pengayaan

Pengajaran pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus diberikan kepada murid- murid yang sangat cepat dalam belajar. Program pengayaan dapat ditempuh dengan cara melaksanakan hal- hal sebagai berikut: pemberian bacaan tambahan atau berdikusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi kompetensi dasar tertentu.

3. Program Akselerasi

Program akselerasi memberikan kesempatan kepada peserta didik melalui masa belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat.36

Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, umpan balik pembelajaran adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan, masukan dan transformasi yang ada dalam suatu proses. Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan proses pembelajaran.

c. Prinsip- prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Sesuai dengan makna pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Menurut Ivor K. Davies, salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan

36

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 236- 243


(35)

pembelajaran Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip- prinsip belajar yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut:

1) Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.

2) Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing- masing.

3) Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan penguatan (reinforcement).

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah, memungkinkan belajar keseluruhan lebih berarti.

5) Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi dalam belajar.37

Pada kenyatannya, guru memang belum mampu untuk sepenuhnya mengimplementasikan prinsip- prinsip tersebut dalam kelasnya. Namun, dengan aplikasi ilmu dan teknologi pada proses pendidikan dapat memberikan harapan untuk mewujudkan prinsip- prinsip tersebut di dalam suatu cara baru dan dinamis.

Menurut Wina Sanjaya prinsip- prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran, di antaranya:38

1) Berpusat kepada siswa 2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauan, imajinasi, dan fitrah 5) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah 6) Mengembangkan Kreatifitas Siswa

7) Mengembangkan kemampuan menggunakan Ilmu dan Teknologi 8) Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga negara yang baik 9) Belajar Sepanjang Hayat

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip dalam pengelolaan pembelajaran, menuntut seorang guru harus dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan siswa, dalam pembelajaran semua harus berpusat pada siswa sebagai subjek belajar serta bervariasi dalam menggunakan metode karena

37

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Pres, 1991), Cet. II, h. 32.

38

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 30- 32


(36)

semuanya itu adalah kunci terciptanya pengelolaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu semua prinsip yang telah diuraikan tersebut harus memayungi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.

d. Tugas Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran

Seorang guru memiliki arti penting di dalam pendidikan seperti sekolah. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantunya dalam menjalankan tugasnya untuk interaksi dengan siswanya.

Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalisme guru, secara tersirat Undang- undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 telah mencantumkan standar nasional pendidikan yang meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasaana, pengelolaan, pembiyaan, penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berskala. Standar yang di maksud dalam hali ini adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif.

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru adalah ukuran yang ditetapkan atau disyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas kualifikasi dan jenjang pendidikan.

Berkenaan dengan standar kompetensi guru, menurut Abdul Madjid bahwasanya Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan


(37)

Nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru yang terdiri dari komponen, yaitu:

1) Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: (i) menyusun rencana pembelajaran; (ii) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; (iii) penilaian prestasi belajar peserta didik; (iv) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian.

2) Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan profesi

3) Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi: (i) pemahaman wawasan pendidikan, dan (ii) penguasaan bahan kajian.39

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat 1. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

1) Kompetensi Pedagogik, dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”

2) Kompetensi Profesional, menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.

3) Kompetensi Pribadi, dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. 4) Kompetensi Sosial, menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi

sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.40

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.41 Oleh karena itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.

Menurut Ivor K. Davis, pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan oleh guru yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai

39

Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2007), Cet. ke- 3, h. 128

40

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Penerbit Fokus Media.

41

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 98


(38)

sumber belajar itu sendiri. Apabila seorang guru dengan sengaja menciptakan suasana belajar di dalam kelasnya dengan maksud untuk mewujudkan tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya maka ia bertindak sebagai “guru- manajer”. Apabila guru atau instruktur yang secara fisik mengajar di kelas tersebut, maka ia menjadi salah satu dari sumber belajar yang dikelolanya, dengan demikian ia berperan sebagai “guru- pelaksana” (teacher operator).42

Berhubung karena waktu yang tersedia dan kemampuan guru sebagai pengelola selalu terbatas, maka mereka harus sedapat mungkin mengkonsentarsikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan peranannya yang unik dalam organisasi sebagai pengelola sumber belajar. Pada intinya kegiatan tersebut menuntut guru berperan sebagai manajer, yang memiliki 4 fungsi umum menurut Ivor K. Davis yang merupakan ciri pekerjaan seorang guru sebagai pengelola yaitu:43

1) Merencanakan tujuan belajar

2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar

3) Memimpin, yaitu memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa.

4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.

Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah, namun keempatnya harus di pandang sebagai suatu lingkaran atau siklus kegiatan yang berhubungan satu sama lain.

Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa dipaksa apalagi tertekan. Oleh karena itu sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), peran dan tanggung jawab guru ialah menciptakan iklim belajar yang kondusif yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, baik iklim sosial maupun

42

Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, Terj. Dari The Manajement of Learning oleh Sudarsono Sudirdjo, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), Cet. ke- 2, h. 34

43

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. ke- 3, h. 150


(39)

iklim psikologis. Iklim sosial yang baik ditunjukkan oleh terciptanya hubungan yang harmonis baik antara guru dan siswa, guru- guru atau antara guru dan pimpinan sekolah; sedang hubungan psikologis ditunjukkan oleh adanya saling kepercayaan dan saling menghormati antar semua unsur di sekolah. Melalui iklim yang demikian, memungkinkan siswa berkembang secara optimal, terbuka dan demokratis.

Sistem pendidikan yang ideal menggunakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu tugas guru adalah memfasilitasi siswa belajar. Pendidik memberikan kemudahan kepada siswa agar aktif mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan pembelajaran berarti membuat siswa belajar dan aktif mengembangkan potensi dan prestasi secara mandiri. Belajar aktif memiliki konotasi bahwa siswa belajar tentang bagaimana seharusnya belajar.

2. Motivasi Belajar Siswa

a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa

Menurut Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata „motif‟, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.44 Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan, dan prilaku atau kegiatan seseorang.

Menurut Dimyati, motivasi di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.45 Sedangkan

44

Pupuh Fathurrohman, Startegi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. refika Aditama, 2009), cet. Ke- 3, h. 19

45

Dimyati dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 80.


(40)

menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah “Sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.46

Menurut Mc Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik merumuskan bahwa “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.47

Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan dan (3) tujuan.48 Kebutuhan terjadi bila individu merasa ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan. Tujuan adalah yang ingin di capai oleh seseorang individu.

Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang mempengaruhi tingkah laku dan kemudian menggerakkan hati untuk bertindak.

Dalam dunia pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar motivasi di sebut sebagai motivasi belajar.

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.49 Konsep motivasi akan sangat membantu pemahaman dan penjelasan berbagai fakta yang akan membangkitkan munculnya perilaku dan belajar. Motivasi belajar sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar, tingkat motivasi belajar cenderung berkolerasi dengan hasil belajar. Artinya semakin kuat tingkat motivasi belajar, maka semakin baik hasil belajar siswa.

46

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. ke- 12, h. 60

47

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 106

48

Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 81.

49


(41)

Sardiman mendefinisikan motivasi belajar sebagai: “keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar tersebut dapat dicapai”.50

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran mengemukakan “motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar”.51

Oleh karena itu, motivasi sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya motivasi maka seseorang menjadi terdorong untuk melakukan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya. Begitu juga para siswa, dengan adanya motivasi untuk belajar maka siswa akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan belajarnya agar prestasi yang diperoleh dapat sesuai dengan keinginan. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan secara aktif atau pasif dan tidak peduli dalam proses pembelajaran.

Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan keadaan ketidakseimbangan (ketidakpuasan), yaitu ketegangan- ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi.

Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan motivasi belajar adalah kekuatan tersembunyi pada diri siswa yang mendorong dan menggerakkan siswa (baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar) yang ditandai dengan munculnya kebutuhan, perasaan dan tujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

b. Jenis- jenis Motivasi

Ada dua macam jenis motivasi belajar pada diri seseorang, yaitu motivasi yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Sardiman motivasi

50

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 75 51

Dimyati, dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 239


(42)

intrinsik ialah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. 52

Motivasi intrinsik ditandai dengan dorongan yang berasal dari dalam diri siswa untuk berperilaku tertentu. Dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin pencapain tujuan belajar yang sebenarnya, yaitu untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bukan karena ingin mendapat pujian dari guru. siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah-masalah pelajaran dengan benar. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya.

Motivasi ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar siswa. Motivasi ini bukan merupakan perasaan / keinginan yang sebenarnya di dalam diri siswa untuk belajar. Tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktifasi belajar itu sendiri. Contohnya siswa yang belajar mata pelajaran Matematika dengan rajin karena takut tidak dapat lulus atau mendapat nilai jelek dari gurunya.

Siswa akan terdorong untuk berusaha melakukan sesuatu apabila dia mempunyai harapan untuk berhasil dalam usahanya. Ali Imron membagi motivasi belajar dalam enam unsur:

1) Cita-cita/aspirasi pembelajaran. 2) Kemapuan pembelajaran. 3) Kondisi lingkungan belajar. 4) Unsur-unsur dinamis belajar.

5) Upaya pendidik dalam membelajarkan pembelajaran.53

Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam hidupnya, baik cita-cita dalam jangka panjang dalam menjalankan kehidupannya kelak maupun cita-cita atau

52

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 89-90 53


(43)

keinginan sewaktu dalam melakukan pembelajaran adalah mendapatkan prestasi belajar yang baik dan nilai prestasi belajar yang menggembirakan. Kemampuan pembelajaran harus bisa mempengaruhi motivasinya dalam pembelajaran. siswa yang memiliki kemampuan belajar dalam bidang tertentu rendah dapat mengakibatkan motivasi untuk belajar juga rendah, namun bisa jadi ketertarikan dalam bidang illmu yang ditekuninya membuat motivasi belajar akan meningkat walaupun kemampuan dalam bidang itu rendah. Kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, dan upaya pendidikan dalam melakukan pembelajaran mempengaruhi motivasi belajar siswa.

c. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Dengan adanya motivasi dalam diri siswa, maka ia akan menjadi tekun dan bergairah dalam kegiatan belajar mengajar dan dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud. Siswa yang dalam belajar memiliki motivasi yang kuat dan jelas pasti akan rajin dan tekun dalam belajarnya.

Motivasi belajar memiliki fungsi didalamnya, fungsi motivasi menurut Nasution di dalam bukunya yang berjudul Didaktika Asas- asas Mengajar adalah:

1) Mendorong manusia untuk berbuat menjadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang


(44)

menyampingkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.54

Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Martinis Yamin meliputi sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.55

Menurut Wina Sanjaya, ada dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran, yakni:

1) Mendorong siswa untuk beraktifitas, semangat seseorang untuk bekerja atau beraktifitas sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang yang bersangkutan. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktifitas, tetapi melalui motivasi juga orang tersebut akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh- sungguh utnuk mencapai tujuan tertentu.56

Bila dilihat dari fungsi motivasi belajar di atas maka penulis memberikan kesimpulan bahwa motivasi itu berfungsi sebagai pendorong

54

Nasution, Didaktika Asas- asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet ke- 1, h. 79-80

55

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), h. 176-177

56

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 252- 254


(45)

pada diri untuk melakukan suatu perbuatan dimana motivasi tersebut dapat memberikan suatu arahan perbuatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi juga dapat dijadikan sebuah seleksi terhadap perbuatan, mana perbuatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.

Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah suatu dorongan pada diri seseorang yang dapat menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kepuasa dengan melakukan suatu usaha belajar yang dipengaruhi dari dalam diri seseorang maupun dari luar (orang lain). tanpa adanya motivasi dalam belajar maka tujuan tidak akan tercapai dengan baik.

d. Ciri- Ciri Motivasi Belajar

Siswa yang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar akan memiliki energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dari dalam diri siswa maka siswa akan berusaha untuk terus meningkatkan kegiatan belajar dan prestasi siswapun akan semakin meningkat. Adapun ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi di kelas ialah seperti yang dikemukakan oleh Sadirman, ciri siswa yang bermotivasi dalam belajar ialah sebagai berikut:

1) Tekun dalam menghadapi tugas dan dapat belajar dengan waktu yang lama 2) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, juga cepat puas atas

prestasi yang diperoleh

3) Menunjukkan minat yang besar terhadap masalah belajar

4) Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. 5) Tidak cepat bosan pada tugas- tugas rutin

6) Dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya

7) Senang mencari dan memecahkan masalah.57

57


(46)

Bila dilihat dari ciri di atas maka jelas bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar akan selalu tekun dan ulet dalam menghadapi tugas dalam jenis apa pun dan dapat belajar dalam waktu yang lama. Siswa tersebut juga sanggup dalam menghadapi kesulitan belajar serta tidak menyerah dengan prestasi yang diperoleh. Siswa juga menunjukkan minat yang besar terhadap masalah belajar, lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. siswa yang bermotivasi tidak akan pernah bosan pada tugas- tugas yang rutin dan akan selalu dikerjakan. Siswa dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya. Siswa yang bermotivasi akan senang mencari dan memecahkan masalah.

e. Prinsip- prinsip Motivasi Belajar

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Oleh karena, itu guru dituntut untuk menerapkan motivasi dalam diri siswa yang berlandaskan pada prinsip- prinsip penerapan motivasi agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dari hasil penelitiaan Kenneth H. Hoover yang dikutip oleh Oemar Hamalik, mengemukakan prinsip- prinsip motivasi belajar sebagai berikut:58 1) Pujian lebih efektif daripada hukuman, karena memberikan pujian akan

lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar.

2) Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Oleh karena itu, dalam memberikan bantuan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

58

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. ke- 8, h. 114- 116


(47)

3) Dorongan yang muncul dari dalam (intrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrinsik), dalam menggerakkan motivasi belajar siswa.

4) Tindakan- tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar.

5) Motivasi mudah menular kepada orang lain. guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

6) Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan pembelajaran.

7) Minat siswa untuk menyelesaikan tugas- tugas yang dibebankan oleh diri- sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya.

8) Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadang- kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa.

9) Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 10) Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.

11) Kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong cepat belajar. Oleh karena itu, guru perlu memerhatikan kondisi siswa. 12) Tidak semua kecemasan berdampak negatif terhadap motivasi belajar


(48)

13) Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru hendaknya selalu memperhatikan dan memahami siswa.

14) Tugas- tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi pada siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mempertimbangkan setiap tugas yang diberikan kepada siswa.

15) Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan motivasi siswa, guru perlu membina stabilitas emosi setiap siswa.

16) Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitakan motivasi dalam belajar bagi para remaja. Oleh karena itu dalam membimbing belajar, guru perlu mengarahkan pada nilai- nilai kelompok.

17) Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. Oleh karena itu, setiap motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat diarahkan untuk membangkitkan kreativitas siswa.

Dapat diartikan bahwa dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu memperhatikan prinsip- prinsip penerapan motivasi. Guru harus mempertimbangkan kesesuaian bahan pelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan serta pemahaman siswa.

B. KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan. Oleh sebab itu, peranan guru benar- benar ditantang dengan terlaksananya pendidikan yang efektif bagi munculnya anak-anak bangsa yang kreatif. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat berfungsi meningkatkan kreativitas siswa. Guru harus dapat menguasai berbagai teknik


(49)

dan model mengajar, mampu mengelola pembelajaran dan peka terhadap perkembangan anak.

Pekerjaan mengajar di sekolah adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan potensi anak yang sedang mengalami perkembangan, maka seorang guru harus benar- benar ahli dalam tugasnya. Melihat begitu beratnya beban yang harus dipikul, sehingga seringkali dalam menjalankan tugasnya guru menghadapi banyak problema. Diantara problema yang sering terjadi adalah problema dalam kegiatan belajar mengajar.

Tugas guru terutama ketika akan mengajar diantaranya membuat program semester dan tahunan, membuat satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran.

Tidak hanya ketika mengajar bahkan ketika berada dalam kelas, seorang guru dihadapkan pada tugas seperti memberikan motivasi dan apersepsi, melaksanakan proses belajar mengajar serta membimbing siswa dalam pembelajaran. Tugas guru yang lainnya yaitu mengadakan penilaian, pengadaan analisis hasil belajar, melaksanakan program perbaikan dan mencatat kemajuan hasil belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya sulitnya dalam mengatur siswa, fasilitas yang belum memadai, keadaan kelas yang selalu ribut dan sebagainya. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila diantara guru dan siswa memiliki hubungan timbal balik dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu pengelolaan pembelajaran yang baik perlu dilakukan agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah.

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Keduanya mempunyai hubungan yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik, akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa


(50)

dapat belajar dalam suasana yang wajar, menyenangkan tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

Untuk mewujudkan suasana belajar yang menggairahkan perlu diisi kegiatan- kegiatan yang juga menggairahkan siswa dalam belajar, selain itu diisi dengan berbagai aktivitas yang bermakna dan dapat memberikan hasil belajar yang produktif dan memuaskan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan pembelajaran agar motivasi belajar siswa dapat meningkat.

Motivasi adalah kekuatan yang tersembunyi di dalam diri yang mendorong untuk mengarahkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa tidak hanya timbul dari dirinya sendiri tetapi lingkungan belajar juga dapat menentukannya.

Siswa akan dapat belajar di kelas bila didukung oleh tenaga pengajar yang berkualitas. Sebagai seorang pengajar, guru harus dapat membawa pembelajaran menjadi sesuatu yang bermakna bagi siwa. Oleh karena itu seorang guru harus dapat melakukan pengelolaan terhadap pembelajaran agar dari awal sampai akhir semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa menjadi berguna baginya.

Pengelolaan pembelajaran dalam kelas ini dapat menjadikan pembelajaran di kelas menjadi hidup, karena siswa dapat berperan aktif di dalam pembelajaran untuk membangkitkan motivasi siwa dalam belajar. Apabila di kelas dilakukan pengelolaan pembelajaran secara tepat, maka pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan dan tentunya hasil belajar siswa dapat memuaskan, tidak hanya memuaskan untuk siswanya sendiri tetapi pihak sekolah pun akan merasa puas karena telah berhasil melakukan kegiatan belajar mengajar dengan benar.

Dengan demikian diduga terdapat hubungan antara pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa. Semakin baik pengelolaan


(51)

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka akan semakin meningkat motivasi belajar siswa. Sebaliknya bila semakin kurang baik pengelolaan pembelajaran maka akan semakin membuat motivasi belajar siswa menjadi rendah.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Dari kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan

pembelajaran dengan motivasi belajar siswa

Motivasi belajar siswa meningkat Dikelola dengan baik

Pengelolaan Pembelajaran

Motivasi belajar siswa menurun Dikelola kurang baik


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengelolaan kegiatan pembelajaran Geografi di SMA Islamiyah

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah

3. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA Islamiyah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA ISLAMIYAH yang beralamat Jl. Raya Mukhtar no.13b Sawangan Depok. Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada tanggal 18 Januari s.d. 20 Februari 2011.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survey, metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa.


(1)

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu (menit)

Sumber / Bahan / Alat

 Menghitung pertumbuhan penduduk satu wilayah yang datanya tersaji di LKS

 Menghitung proyeksi penduduk satu wilayah yang datanya tersaji dalam LKS

 Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah yang datanya tersaji dalam LKS

 Secara berkelompok

membuat peta penyebaran penduduk, tabel penduduk dan grafik penduduk yang tersaji dalam LKS

 Secara kelompok

mengidentifikasi factor pendorong dan penarik terjadinya urbanisasi (Misal : masyarakat Wonogiri)

 Secara kelompok,

mengumpulkan data

kependudukan dari 4 RT dari kelurahan masing-masing siswa

 Secara kelompok mengolah data kependudukan dari hasil pengamatan di 4 RT ke dalam tampilan peta, tabel, dan grafik

 Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah

 Menghitung proyeksi penduduk suatu wilayah

 Menyajikan informasi kependudukan melalui peta tabel da grafik/diagram

 Mengidentifikasi factor-faktor

pendorong dan penarik terjadinya urbanisasi

 Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel dan grafik Bentuk instrumen: Uraian berstruktural Laporan individu Laporan kelompok tentang data kependudukan Alumni

Katili JA (1983) Sumber daya alam untuk

pembangunan nasional. Jakarta : Ghalia Indonesia


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)