Latar Belakang Penepatan kadar medroksiprogesteron asetat (MPA) dalam plasma secara in vitro dengan kroma tografi cair kinerja tinggi (KCKT)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Medroksiprogesteron Asetat MPA merupakan derivat sintetik dari progesteron, dan merupakan hasil modifikasi struktur testosteron tanpa atom C19 atau derivat 19-nortestosteron. Medroksiprogesteron asetat MPA memiliki aktivitas dan kegunaan yang sama dengan progesteron, yaitu digunakan dalam pengobatan pendarahan rahim fungsional dan amenorrhea sekunder. Pada umumnya, medroksiprogesteron asetat digunakan sebagai kontrasepsi. Medroksiprogesteron asetat aktif ketika diberikan secara oral dan dapat juga diberikan secara intramuskular yaitu sediaan suspensi dalam air atau minyak, yang ditujukan agar memiliki aktivitas yang diperlambat sediaan lepas lambat Suherman, 2008; Reynolds et al., 1982. Suatu produk obat harus diyakini keefektivitasannya secara farmakologi. Ada beberapa uji produk yang dapat menggambarkan keefektivitasan dari sediaan obat, salah satunya yaitu uji bioavailabilitas yang merupakan ukuran kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi oleh tubuh. Penentuan kadar obat dalam plasma merupakan salah satu parameter yang berguna dalam uji bioavailabilitas suatu obat. Karena bila obat bebas atau aktif dalam cairan biologis dapat ditentukan dengan tepat, maka dapat memberikan informasi yang paling obyektif tentang bioavailabilitas Shargel Andrew, 1985. Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopeia USP dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter- parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis dan menjamin bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan penggunanya. Beberapa parameter validasi metode yaitu meliputi akurasi, presisi, linearitas, perolehan kembali, stabilitas, limit deteksi, dan limit kuantitasi serta selektivitas Gandjar Rohman, 2007; Shah et al., 2007. Penetapan kadar zat aktif dalam plasma membutuhkan metode analisis yang mempunyai selektivitas dan sensitifitas tinggi, dikarenakan banyaknya komponen lain yang terdapat dalam plasma, sehingga dalam penelitian ini digunakan metode analisis dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT karena dapat menganalisis komponen dalam sampel dengan kadar yang sangat kecil yaitu dalam jumlah nanogram 10 -9 g bila menggunakan detektor serapan UV, bahkan hingga dalam jumlah pikogram 10 -12 g bila dengan detektor fluoresensi dan elektrokimia Johnson Stevenson, 1991. Pada analisis ini digunakan metode ekstraksi cair-cair untuk menarik senyawa aktif MPA dalam plasma. Metode ekstraksi ini menggunakan pelarut organik yang memiliki sifat fisikokimia yang hampir sama dengan MPA sehingga mampu menarik MPA secara optimal. Prinsip dari ekstraksi ini adalah dengan mengendapkan protein plasma yaitu ketika menambahkan pelarut organik, protein akan mengendap sehingga obat akan terbebas dari ikatan protein dan tertarik ke dalam pelarut. Penetapan kadar MPA dalam plasma manusia telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya menggunakan Kromatografi Cair dengan detektor Spektrometri Massa LC-MS yang dilakukan oleh Seong-Mo Kim dan Dong-Hyun Kim pada tahun 2001 dengan menggunakan pentana sebagai pelarut organik untuk menarik MPA, penelitian ini memiliki LLOQ Lower Limit of Quantification sebesar 0,05 gmL serta dengan koefisien variasi dan akurasi yang keduanya sebesar 20. Penelitian lainnya yaitu dengan Kromatografi Gas dengan detektor Spektrometri Massa GC-MS yang dilakukan oleh C. Williard, A. Rajasekaran, J. Settlage, dan P. Taylor, pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi fase padat dengan hasil limit kuantitasi sebesar 5-2500 pgmL dan hasil validasinya memenuhi persyaratan. Analisis MPA dalam plasma juga pernah dilakukan oleh W. Zheng, B.J. Hidy, dan R.G. Jenkins dengan LC-MS, menggunakan ekstraksi cair-cair dengan pelarut ekstraksi gabungan n-heksana dan etil asetat, hasil perolehan kembali sebesar 92 dan memiliki koefisien korelasi sebesar 0,9995. Meskipun data tentang analisis MPA dalam plasma telah banyak dilaporkan, namun penelitian ini masih terus dilakukan dan dikembangkan dengan metode lain yang lebih baik lagi, guna mendapatkan metode yang memiliki sensitifitas terhadap kadar MPA yang relatif rendah dalam plasma. Penggunaan instrumen yang berbeda dan pengembangan metode dari metode yang sudah ada dapat memberikan hasil yang berbeda pula, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode dan instrumen KCKT yang digunakan dalam penentuan kadar MPA secara in vitro dalam plasma manusia.

B. Perumusan Masalah