18 mikronutrien yang cukup dan tersedia populasi bakteri yang diperlukan untuk fermentasi
anaerobik [25]. Tabel 2.5 berikut merupakan kebutuhan nutrisi mikroba dalam fermentasi.
Tabel 2.5 Kebutuhan Nutrisi Mikroba [38].
Bahan Jumlah Kebutuhan
mggr asetat
NH
4
-N 3.3
PO
4
-P 0.1
S 0.33
Ca 0.13
Mg 0.018
Fe 0.023
Ni 0.004
Co 0.003
Zn 0.02
2.4.1.4 Kecepatan pengadukan
Kecepatan
upflow
yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pengadukan dalam reaktor sehingga mikroorganisme dan substrat dapat bercampur dengan lebih baik dan
memudahkan mikroorganisme dalam mendegradasi zat organik. Kecepatan
upflow
yang tinggi memberikan kontak yang baik antara substrat dan biomassa yang menyebabkan
peningkatan efisiensi penyisihan dalam reaktor. Menurunkan kecepatan
upflow
dapat mengurangi pencampuran dalam reaktor dan karenanya yang mengganggu kontak antara
substrat dan biomassa [39].
2.4.1.5
Hydraulic Retention Time
HRT
Kebanyakan sistem anaerob dirancang untuk mempertahankan limbah agar tetap jumlahnya setiap harinya. Jumlah hari bahan tetap dalam tangki disebut
Hydraulic Retention Time
HRT. HRT sama dengan volume tangki dibagi dengan aliran harian
HRT = V Q. HRT penting karena menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk pertumbuhan bakteri dan konversi berikutnya dari bahan organik ke gas [40].
Waktu retensi hidrolik HRT adalah parameter penting untuk digestasi anaerobik. Untuk reaktor CSTR, HRT tidak hanya parameter operasional yang baik
19 yang mudah untuk mengontrol, tetapi juga waktu makro-konseptual untuk bahan organik
untuk tinggal di reaktor. Dalam rekayasa bio-reaksi, kebalikan dari HRT didefinisikan sebagai tingkat pengenceran, yang jika lebih besar dari laju pertumbuhan sel-sel mikroba
dalam reaktor, mikroba akan dicuci, dan sebaliknya mikroba akan terakumulasi dalam reaktor. Salah satu dari situasi ini dapat mengakibatkan kerusakan biologis dalam
reaktor [41].
2.4.1.6 Alkalinitas
Alkalinitas dalam air limbah dapat dihasilkan dari keberadaan senyawa hidroksida dan karbonat dari kalsium, magnesium, natrium, kalium atau ammonia
memegang peranan penting dalam proses pengkontrolan pH. Tingginya nilai alkalinitas cairan dalam sistem digestasi anaerobik diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
netralisasi terhadap asam lemak volatil yang dihasilkan untuk mencegah terjadinya penurunan pH drastis yang dapat bersifat menghambat aktivitas metanogen. Jika
alkalinitas tidak tersedia cukup dalam substrat, maka dapat dilakukan pengurangan laju pembebanan organik atau penambahan bahan kimia. Penambahan senyawa kimia seperti
CaOH
2
dan Na
2
CO
3
dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai pH dan alkalinitas larutan perlu dilakukan pada substrat dengan kadar alkalinitas di bawah 1000 mgL
CaCO
3
. Peningkatan nilai alkalinitas akan menghasilkan peningkatan laju metanogenesis yang selanjutnya berakibat pada perbaikan dalam reduksi COD [42].
2.5 ANALISA EKONOMI
Pada penelitian ini dilakukan analisa ekonomi yang sederhana terhadap proses asidogenesis LCPKS pada temperature 45
o
C dengan produk yang diharapkan berupa VFA yang pada tahapan berikutnya dapat dikonversi menjadi biogas. Maka pada
penelitian ini yang dikaji adalah jumlah VFA yang akan dikonversi menjadi biogas pada proses digestasi anaerobik dua tahap. Beberapa penelitian yang berhasil menghitung
volume biogas dari VFA ditunjukkan pada Tabel 2.6.