Variabel bebas indepent variable

2. Variabel bebas indepent variable

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besaran perusahaan yang diukur dengan total aktiva. Adapun penelitian sebelumnya yaitu Ilmainir 1993, Ashari dkk1994, Zuhroh 1996, Jin dan Mahfoedz 1998 memasukkan besaran perusahaan sebagai salah satu variabelnya. Dalam hal ini perusahaan diukur dengan total aktiva. Yunus Hadori1998:824 memberikan batasan besaran sebuah perusahaan berdasarkan atas total aktiva,yaitu : • Perusahaan dikategorikan besar jika memiliki total aktiva diatas 25 milyar • Perusahaan menengah memiliki total aktiva diantara 10 sampai 20 milyar • Perusahaan kecil memiliki total aktiva dibawah 10 milyar. Ashari, dkk 1994 menjelaskan bahwa untuk memasukkan ukuran perusahaan sebagai salah satu faktor yang dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba adalah perusahaan yang berukuran kecil lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran besar, karena biasanya perusahaan besar akan lebih banyak mendapat perhatian dari investor dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. b. Net profit margin NPM yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak IBSP dengan total penjualan. Net profit margin ini diduga juga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan obyek perataan laba. Pemilihan net Universitas Sumatera Utara profit margin sebagai variabel independen juga didukung oleh hasil penelitian Archibald, 1967; Chusing, 1969; Dascher dan Malcom, 1970;Bornea,Ronen dan Sadan, 1975; Battie, dkk 1994; yang menginvestigasi penggunaan berbagai instrumen laporan keuangan, seperti metode depresiasi, perubahan kebijakan akuntansi, dan extraordinary item untuk meratakan penghasilan. Secara logis, net profit margin dapat merefleksikan motivasi manajer untuk meratakan penghasilan. c. Operating profit margin OPM yang diukur dari rasio antara laba operasi dengan total penjualan Pada rasio ini, angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan. Rasio ini mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Jadi manajer dimungkinkan melakukan perataan laba dengan keadaan tersebut. Penggunaan variabel independen ini didukung oleh penelitian Januar eko,dkk 2002. d. Return on asset ROA yang diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dan total aktiva. Archibald 1967 dan Ashari dkk 1994 menyimpulkan bahwa perusahaan yang tingkat return on asset rendah mempunyai kecenderungan yang lebih besar Universitas Sumatera Utara untuk meratakan labanya,sedangkan White 1970 menemukan bukti bahwa perusahaan yang ROA menurun cenderung pula untuk melakukan tindakan yang sama. Dapat diduga bahwa fluktuasi laba yang akan memberi dampak padamakin rendah atau menurunnya profitabilitas akan mendorong manajer untuk meratakan labanya.

D. Alat Analisis Data