Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu: pihak internal manajemen dan karyawan perusahaan dan pihak eksternal pemegang saham, kreditor, pemerintah, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya. Menurut Belkaoi, 2000:156 laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang sangat penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Sebagaimana disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik.Tindakan manajer ini kadang bertentangan dengan tujuan perusahaan dan biasanya akan merugikan Universitas Sumatera Utara atau mengurangi profitabilitas perusahaan, misalnya perataan laba income smoothing. Perataan laba merupakan suatu perilaku yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalampositive accounting theory bahwa manajemen agent merupakan individual yang rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya, sehingga berdasarkan atas asumsi tersebut maka motivasi yang mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah dengan memaksimumkan kepentingannya. Untuk itu manajemen melakukan manajemen laba earningmanagement karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang penting untuk melakukan praktik perataan laba.Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Oleh karena itu perataan laba meliputi penggunaan teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah laba periode sebelumnya. Beidlemen 1973, yang dikutip Assih dan Gudono 2000 menyatakan bahwa tujuan manajemen perusahaan melakukan keputusan perataan laba adalah untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance atas return dengan pasar. Menurut Hepwort 1953 yang disadur Jatiningrum 2000 menyatakan bahwa tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang logis dan rasional bagi manajer, hal ini disebabkan karena beberapa alasan yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periodaberjalan yang dapat mengurangi hutang pajak. 2. Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. 3. Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah gaji oleh karyawan. 4. Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisma dan pesimisma dapat ditekan. Praktik perataan laba merupakan hal yang umum dilakukan di banyak negara. Namun demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai dan menyesatkan. Akibatnya, investor mungkin tidak mendapat informasi yang akurat untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka. Penelitian ini tidak menyetujui adanya praktik perataan laba yang dilakukan oleh Hector 1989 yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai penyalahgunaan umum dilakukan sebaiknya diwaspadai oleh pemakainya. Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai tren atau level tertentu Belkaou, 1984.Menurut Beildelman 1973 bawha usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfkluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan.Dalam hal Universitas Sumatera Utara ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi batas-batas yang diijinkan dalam praktek akuntansi dari prinsip manajemen yang wajar. Perataan laba dapat didefenisikan sebagai suatu cara yang dilakukan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan target yang terlihat, karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu atau transaksi riil Konch dalam Salno dan Baridwan, 2000. Besaran perusahaan umumnya dinilai dari besarnya aktiva perusahaan. Ashari 1994 dalam Corolina dan Juniarti 2005 menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar. Umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memilikikecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. Moses 1987 dalam Ekawati 2006, menyatakan bahwaperusahaan besar mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk melakukanpraktik perataan laba dari perusahaan kecil karena merupakan subyek yang diamati oleh publik dan Universitas Sumatera Utara pemerintah. Semakin besar perusahaan maka biaya yang dibebankan pemerintah terhadap perusahaan tersebut semakin besar karena biaya tersebut dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Secara logis, Net Profit Margin dapat merefleksikan motivasi manajer untuk meratakan laba. Laba setelah pajak merupakan laba yang dikembalikan kepada pemilik pemegang saham setelah semua biaya dikurangkan, pembayaran bunga diterima atau dibayar dan pajak dilunasi. Rasio net profit margin mengukur rupiah labayang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambarantentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Manajer terdorong melakukan perataan laba melalui marjin laba operasi ini karena item-item lain diluar laba operasi extraordinary items, pembayaran deviden, biaya bunga dan pajak merupakan item yang tidak rutin terjadi dalam perusahaan. Sehingga manajer hanya melakukan perataan laba melalui item-item marjin laba operasi perusahaan.Dengan kata lain perataan pada marjin operasi ini dilakukan manajemen tanpamemperhatikan pendapatan dan beban diluar usaha, pendapatan deviden, biaya bunga, extraordinary items serta pajak penghasilan. Return on asset ini digunakan untuk mengukur seberapa besar laba yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Archibald 2000 dan Ashari dkk 2003 menyimpulkan bahwa perusahaan yang tingkat return on asset rendah mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meratakan labanya, sedangkan White 2001 menemukan bukti bahwa perusahaan yang ROA Universitas Sumatera Utara menurun cenderung melakukan tindakan yang sama. Dapat diduga bahwa fluktuasi laba yang akan member dampak pada semakin rendah atau menurun profitabilitas laba yang akan mendorong manajer melakukan perataan laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari Nani Syahriana2000 – 2004, yang berjudul “Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta BEJ”. Variabel Independen yang diuji yaitu besaran perusahaan, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Return on Asset yang memiliki pengaruh pada praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Perbedaan penelitian ini dengan Penelitian terdahulu adalah penelitian ini diambil dari data perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008, sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode 2000-2004. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu besaran perusahaan, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return on Asset dengan rentang waktu yaitu 2005 – 2008 sehingga penelitian ini memberikan kontribusi untuk menguji apakah terjadi penguatan konsistensi terhadap teori maupun penelitian yang ada selama ini atau sebaliknya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul :“Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan: 1. Apakah besaran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba padaperusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI? 2. Apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI? 3. Apakah Operating profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI? 4. Apakah Return on Asset berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI?

C. Tujuan Penelitian