bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel bertekstur keras. Sedangkan kerugiannya
yaitu tidak dapat digunakan untuk sampel yang tidak tahan pemanasan dan dibutuhkan jumlah pelarut yang banyak Dinda, 2008.
2.3. Nata de coco
Nata de coco merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum yang memanfaatkan air kelapa sebagai media pertumbuhannya, dengan
kandungan kalori rendah, kadar serat 2,5 , dan memiliki kadar air 98 . Nata de coco menghasilkan selulosa bakteri yang identik dengan selulosa tanaman, tetapi
selulosa yang dihasilkan lebih murni dibandingkan selulosa tanaman yang mengandung lignin dan hemiselulosa Klemm et al, 2001. Serat yang ada dalam
selulosa bakteri tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar pencernaan makanan, oleh
karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan Anonim, 2009. Nata de coco menghasilkan selulosa bakteri yang identik dengan selulosa
tanaman, tetapi selulosa yang dihasilkan lebih murni dibandingkan selulosa tanaman yang mengandung lignin dan hemiselulosa Klemm et al, 2001
Nata de coco juga merupakan alernatif sumber selulosa yang bermanfaat sebagai adsorban pada adsorpsi kromiumIII dalam medium air dalam rangka
pencarian metode yang efektif untuk menghilangkan logam berat. Ion logam tersebut telah menyebabkan masalah kesehatan dalam kehidupan manusia dan
Universitas Sumatera Utara
hewan. Salah satu logam berat tersebut adalah ion kromium yang dapat meyebabkan kerusakan ginjal, hati, sistem imunitas, dan kulit dermatitis.
Pemanfaatan nata de coco sebagai alternatif bahan baku selulosa memiliki beberapa keuntungan, yaitu pemanfaatan limbah buangan air kelapa, dan bersifat
biodegradable yaitu dapat diuraikan oleh mikroba Afrizal, 2007.
2.4. Tiourea
Struktur tiourea hampir serupa dengan urea, bersifat sebagai basa berasam satu; merupakan serbuk hablur, tidak berwarna, larut dalam air dan tidak larut
dalam alkohol,mempunyai titik lebur 176-180 C. Tiourea sering dipakai sebagai
zat pembawa dalam pembentukan dispersi padat dalam formulasi obat, karena kesanggupannya membentuk kristal Channel complex atau kompleks clathrates
Aiache dan Devissaquet, 1993. Pada pembuatan nata de coco secara komersial sering dipakai ammonium
sulfat, amonium fosfat atau urea sebagai sumber nitrogen. Redpath dan kawan- kawan menunjukkan bahwa spektra NMR dari kristal urea dan tiourea adalah
sesuai, dengan protonasi pada atom oksigen atau atom sulfur. Tiourea biasanya digunakan sebagai obat anti tiroid. Senyawa ini dioksidasi oleh kelenjar tiroid
peroksidase dengan adanya iodium atau iodida dan hidrogen peroksida membentuk formamidin disulfida NH
2
NHCSSCNHNH
2
. Formamidin disulfida ini tidak stabil dan terdekomposisi pada pH diatas 3,0 membentuk
sianamida, sulfur dan tiourea Ziegler, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Kesuma 2004 telah melakukan sintesis senyawa benzoiltiourea dengan melakukan reaksi asilasi antara salah satu gugus amina dari tiourea dengan gugus
benzoil dari benzoil klorida. Menurut Siswandono 2000, senyawa hasil sintesis mempunyai aktivitas yang lebih baik sebagai senyawa penekan sistem saraf pusat
bila dibandingkan dengan senyawa induknya, sebab terjadi peningkatan sifat lipofilik dan elektronik sehingga aktivitas senyawanya meningkat.
2.5. Senyawa Jeratan