2.2. Metode ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut
cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemisahan senyawa dan pemilihan cara ekstraksi yang tepat Anonim, 2000.
Salah satu metode ekstraksi adalah maserasi, yang berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya merendam. Dalam proses maserasi, simplisia yang
akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar dan ditutup rapat Ansel, 1989. Maserasi dilakukan menggunakan cairan penyari,
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Kemudian zat aktif akan larut karena adanya perbedaaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, larutan yang lebih pekat akan
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara laritan di luar sel dengan di dalam sel Anonim, 2000.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana, dapat digunakan untuk sampel bertekstur lunak dan tidak tahan pemanasan. Sedangkan
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras Dinda, 2008. Metode ekstraksi lainnya yaitu sokhletasi yaitu penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan
Universitas Sumatera Utara
penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit, dapat digunakan untuk sampel bertekstur
lunak dan tidak tahan pemanasan langsung. Kerugiannya yaitu akibat pelarut yang didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas Dinda, 2008.
Selain itu dikenal juga metode ekstraksi lainnya yaitu perkolasi. Penyarian zat aktif dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,
kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Metode ini dapat
digunakan untuk sampel bertekstur keras. Kerugian dari metode ini adalah kontak antara sampel padat tidak merata sehingga selama proses perkolasi tidak
melarutkan komponen secara efisien Dinda, 2008. Refluks juga merupakan metode ekstraksi. Penarikan komponen kimia
yaitu dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
Universitas Sumatera Utara
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel bertekstur keras. Sedangkan kerugiannya
yaitu tidak dapat digunakan untuk sampel yang tidak tahan pemanasan dan dibutuhkan jumlah pelarut yang banyak Dinda, 2008.
2.3. Nata de coco