Hasil pembuatan nata dengan sumber nitrogen dari urea NDC dan Hasil Uji Antiinflamasi dari Fraksi n-heksan dalam Bentuk Suspensi

4.2 Hasil pembuatan nata dengan sumber nitrogen dari urea NDC dan

sumber nitrogen dari tiourea NT Pembuatan NDC dan NT menggunakan bakteri Acetobacter xylinum dari 1 liter air kelapa menghasilkan NDC basah 610 gram dengan ketebalan 13 mm. Sedangkan pada pembuatan NT menghasilkan 254 gram NT basah dengan ketebalan 4,8 mm. Hasil pengeringan NDC basah yang telah dipotong bentuk dadu 1cm x 1cm dengan berat 1,04 gram diperoleh 0,014 gram NDC kering, dan NT basah yang telah dipotong bentuk dadu dengan berat dari 0,230 g basah diperoleh 0,010 gram NT kering.

4.3 Hasil Uji Antiinflamasi dari Fraksi n-heksan dalam Bentuk Suspensi

Pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan alat Pletismometer Ugo Basile Cat No. 7140 lampiran 3, hal. 57, dengan pengukuran berdasarkan hukum Archimedes yaitu bila suatu benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan memberikan gaya atau tekanan ke atas sebesar volume yang didesak atau dipindahkan. Pemilihan metode ini karena pelaksanaannya sederhana, cepat, dapat diamati dengan jelas dan radang yang terjadi dapat diukur secara kuantitatif juga dapat dihitung secara statistik. Induksi radang dilakukan secara kimia menggunakan larutan karagenan 1 sebanyak 0,1 ml yang disuntikkan pada telapak kaki tikus secara intraplantar. Pembentukan radang oleh karagenan menghasilkan radang yang akut dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan, meskipun radang dapat bertahan selama 6 jam dan berangsur berkurang setelah 24 jam. Responnya terhadap obat antiinflamasi lebih peka dibandingkan iritan lainnya Juheini, 1990. Universitas Sumatera Utara Persentase radang rata-rata merupakan selisih volume telapak kaki tikus setelah waktu tertentu dikurangi volume telapak kaki tikus awal dan dinyatakan dalam bentuk persen. Hasil pengukuran persentase radang yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2. Tabel 3. Data persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan daun ruku-ruku FHRK bentuk suspensi Waktu menit Perlakuan K ± SD I ± SD O1 ± SD O2 ± SD O3 ± SD 30 17,88 ± 1,04 5,56 ± 0,56 6,35 ± 0,39 6,04 ± 0,38 6,16 ± 0,36 60 21,05 ± 0,96 12,79 ± 1,79 14,69 ± 0,44 13,16 ± 0,72 14,10 ± 0,65 90 24,52 ± 1,19 14,46 ± 1,56 16,51 ± 0,41 16,10 ± 0,35 16,46 ± 0,43 120 32,01 ± 1,24 19,30 ± 1,01 22,07 ± 0,44 21,13 ± 0,50 21,56 ± 0,66 150 36,24 ± 1,68 21,05 ± 0,32 28,06 ± 0,33 21,75 ± 0,38 24,65 ± 0,79 180 43,10 ± 1,42 26,37 ± 0,63 33,51 ± 0,78 27,87 ± 0,51 30,77 ± 0,59 210 47,22 ± 0,79 22,59 ± 0,97 28,26 ± 0,72 26,26 ± 0,68 27,25 ± 0,89 240 51,20 ± 1,07 14,25 ± 1,34 22,30 ± 1,31 19,90 ± 0,58 21,74 ± 0,52 270 46,27 ± 1,08 10,80 ± 1,22 20,86 ± 0,88 14,87 ± 0,45 17,28 ± 0,52 300 44,44 ± 0,93 8,76 ± 0,31 16,85 ± 0,94 12,01 ± 0,55 15,01 ± 1,16 330 39,63 ± 0,78 5,94 ± 0,18 13,62 ± 0,32 10,61 ± 0,52 12,69 ± 0,75 360 36,08 ± 0,86 3,00 ± 0,32 11,05 ± 0,48 9,06 ± 0,44 10,30 ± 0,43 Keterangan : K = Kontrol, I = Indometasin, O1 = FHRK dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK dosis 45 mgKgBB, O3 = FHRK dosis 60 mgKgBB, SD = Standard Deviasi Tabel 3 memperlihatkan bahwa persentase radang rata-rata tertinggi pada kelompok kontrol adalah 51,2 pada perlakuan 240 menit t 240 dan menjadi 36,08 setelah perlakuan t 360 . Persen radang rata-rata tertinggi suspensi indometasin adalah 26,37 pada perlakuan t 180 dan menjadi 3,00 setelah perlakuan t 360 . FHRK dosis 30 mgKg BB adalah 33,51 pada perlakuan t 180 dan menjadi 11,05 setelah perlakuan t 360 . FHRK dosis 45 mgKg BB adalah 27,87 pada perlakuan t 180 dan menjadi 9,06 setelah perlakuan t 360 . FHRK dosis 60 Universitas Sumatera Utara mgKg BB adalah 30,77 pada perlakuan t 180 dan menjadi 10,3 setelah perlakuan t 360 . Hal ini menunjukkan bahwa suspensi FHRK dosis 30 mgKgBB, 45 mgKgBB dan 60 mgKgBB memberikan efek penurunan radang pada telapak kaki tikus, namun efek yang diberikan lebih kecil dari suspensi indometasin. Jika dilihat perbandingan ketiga dosis, maka FHRK dengan dosis 45 mgKgBB memiliki efek antiinflamasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan FRK dosis 30 mgKgBB dan 60 mgKg BB. Gambar 2. Grafik persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan daun ruku-ruku bentuk suspensi Keterangan : FHRK = Fraksi n-heksan Daun Ruku-ruku Persentase radang kaki tikus yang lebih kecil menunjukkan bahwa suspensi indometasin dan suspensi FHRK mampu menekan peradangan pada tikus yang disebabkan karagenan. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan daun ruku-ruku memiliki efek antiinflamasi. Sesuai dengan hasil skrining fitokimia yang menyatakan bahwa tumbuhan ruku-ruku mengandung minyak Universitas Sumatera Utara atsiri, alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid, dan tanin. Dinyatakan oleh Simon and Kerry 2000 bahwa senyawa-senyawa seperti flavonoid dan tanin memiliki efek antiradang. Berdasarkan hasil analisis variansi ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan α ≤ 0,05 antar kelompok perlakuan t 30 sampai t 360 dengan harga F hitung F tabel lampiran 14.a, hal. 92. Ini menunjukkan semua jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap radang telapak kaki tikus. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan lainnya dilakukan uji Duncan lampiran 14. b, hal. 93. Uji ini dilakukan untuk menilai seluruh pasangan rataan perlakuan. Persentase penghambatan radang rata-rata dapat dihitung dari persentase radang rata-rata telapak kaki tikus. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 4. Data persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan FHRK bentuk suspensi. Waktu menit Perlakuan I O1 O2 O3 30 68,91 64,46 66,22 65,53 60 39,20 30,20 37,45 33,02 90 41,00 32,69 34,36 32,87 120 39,71 31,06 33,98 32,64 150 41,91 22,57 39,98 31,98 180 38,81 22,25 35,34 28,61 210 56,02 40,16 44,40 42,30 240 72,18 56,45 61,13 57,54 270 76,66 54,92 67,87 62,64 300 80,20 62,08 72,99 66,23 330 85,01 65,65 73,23 67,99 360 91,68 69,37 74,88 71,45 Universitas Sumatera Utara Keterangan : I = Indometasin, O1 = FHRK dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK dosis 45 mgKgBB, O3 = FHRK dosis 60 mgKgBB Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa FHRK dengan dosis 30 mgKgBB, 45 mgKgBB dan 60 mgKgBB sudah memberikan efek penurunan radang mulai dari 30 menit pertama. FHRK dengan dosis 45 mgKgBB memberikan persentase penghambatan radang paling besar dibandingakan dosis 30 mgKgBB dan 60 mgKgBB. Selain itu dosis 45 mgKgBB juga memberikan efek penekanan radang yang mendekati suspensi indometasin sebagai kontrol positif. Gambar 3. Grafik persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan bentuk suspensi. Keterangan : FHRK = Fraksi n-heksan Daun Ruku-ruku 4.4 Hasil Uji Antiinflamasi Fraksi n-heksan yang Diperangkapkan dalam matriks nata dengan sumber nitrogen dari urea NDC Pemerangkapan fraksi n- heksan ke dalam matriks memberikan hasil yang berbeda dalam pelepasan zat aktifnya. Hasil pengukuran persentase radang dari fraksi n-heksan daun ruku-ruku dan indometasin yang diperangkapkan dalam matriks nata de coco dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Data persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NDC Waktu menit Perlakuan K ± SD I ± SD O1 ± SD O2 ± SD O3 ± SD 30 18,02 ± 0,09 9,66 ± 0,56 12,11 ± 0,47 10,33 ± 0,53 11,34 ± 0,63 60 23,45 ± 0,48 13,19 ± 0,86 19,15 ± 1,28 16,29 ± 0,39 17,75 ± 0,55 90 26,57 ± 0,75 13,73 ± 0,57 22,04 ± 0,59 20,77 ± 0,59 21,42 ± 0,62 120 32,37 ± 0,89 19,54 ± 0,47 24,98 ± 0,87 22,42 ± 0,49 22,80 ± 0,70 150 39,34 ± 0,71 20,06 ± 0,49 28,50 ± 0,89 24,53 ± 0,46 26,67 ± 0,62 180 43,80 ± 1,73 24,65 ± 0,39 30,20 ± 2,46 27,52 ± 0,94 29,04 ± 0,94 210 49,03 ± 2,43 27,83 ± 0,93 32,43 ± 1,66 29,57 ± 0,71 30,40 ± 0,47 240 50,98 ± 0,72 28,89 ± 0,87 34,79 ± 3,49 30,48 ± 0,55 32,15 ± 0,64 270 47,10 ± 1,37 29,95 ± 2,45 35,49 ± 3,99 31,07 ± 0,98 33,11 ± 1,77 300 43,80 ± 1,74 20,78 ± 0,51 37,09 ± 0,92 33,46 ± 0,39 35,44 ± 0,66 330 39,13 ± 0,76 13,72 ± 0,62 27,59 ± 1,01 23,93 ± 0,46 25,73 ± 0,43 360 36,62 ± 0,63 7,59 ± 0,56 20,05 ± 0,47 14,52 ± 0,68 16,20 ± 0,53 Keterangan: K = Kontrol, I = Indometasin, O1 = FHRK NDC dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK NDC dosis 45 mgKgBB,O3 = FHRK NDC dosis 60 mgKgBB, SD = Standard Deviasi Gambar 4. Grafik persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NDC Keterangan : FHRK = Fraksi n-heksan Daun Ruku-ruku Universitas Sumatera Utara Tabel 5 memperlihatkan bahwa persentase radang rata-rata tertinggi pada kelompok kontrol NDC adalah 50,98 pada perlakuan t 240 dan menjadi 36,62 setelah t 360 . Persen radang rata-rata tertinggi indometasin NDC adalah 29,95 pada perlakuan t 270 dan menjadi 7,59 setelah perlakuan t 360 . FHRK NDC dosis 30 mgKg BB adalah 37,09 pada perlakuan t 300 dan menjadi 20,05 setelah perlakuan t 360 . FHRK NDC dosis 45 mgKg BB adalah 33,46 pada perlakuan t 300 dan menjadi 14,52 setelah perlakuan t 360 menit. FHRK NDC dosis 60 mgKg BB adalah 35,44 pada perlakuan t 300 menit dan menjadi 16,2 setelah perlakuan t 360 . Ini menunjukkan bahwa ketiga dosis FHRK NDC memberikan efek antiinflamasi. Dosis 45 mgKgBB memberikan efek yang tidak jauh berbeda dengan dosis 60 mgKgBB dalam menurunkan peradangan, namun memberikan efek antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan dosis 30 mgKgBB. Hasil ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan α ≤ 0,05 antar kelompok perlakuan t 30 sampai t 360 dengan harga F hitung F tabel lampiran 15.a, hal. 97. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan lainnya dilakukan uji Duncan lampiran 15.b, hal. 98. Uji ini dilakukan karena percobaan memerlukan penilaian terhadap seluruh pasangan rataan perlakuan yang mungkin dan jumlah perlakuan yang besar. Diperoleh bahwa dosis 45 mgKgBB tidak berbeda signifikan dengan 60 mgKgBB dan berbeda signifikan dengan dosis 30 mgKgBB dari perlakuan t 30 sampai perlakuan t 270 . Gambar 4 dapat dilihat profil grafik diperpanjang, dengan waktu tercapainya puncak yang lebih lama yaitu pada menit 300. Salah satu bahan makanan yang dapat digunakan sebagai penghantar obat untuk tujuan pelepasan Universitas Sumatera Utara obat terkontrol adalah nata de coco Piluharto, 2003. Hal ini juga bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan Sinaga dan Nainggolan 2007 menunjukkan bahwa pemerangkapan ekstrak dengan matriks NDC memberikan pelepasan diperpanjang sehingga kerja antiinflamasinya menjadi lebih panjang. Persentase penghambatan radang rata-rata dari FHRK dan indometasin yang diperangkapkan pada matriks NDC dapat dihitung dari persentase radang rata-rata telapak kaki tikus. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 6. Data persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NDC. Waktu menit Perlakuan I O1 O2 O3 30 46,39 32,83 42,67 37,10 60 43,74 18,31 30,51 24,29 90 48,31 17,04 21,82 19,37 120 39,65 22,84 30,76 29,59 150 49,02 27,55 37,64 32,21 180 43,73 31,06 37,19 33,71 210 43,24 33,87 39,69 38,00 240 43,34 31,77 40,21 36,93 270 36,40 24,64 34,03 29,69 300 52,55 15,34 23,61 19,08 330 64,92 29,48 38,83 34,23 360 79,28 45,25 60,36 55,75 Keterangan : I = Indometasin NDC, O1 = FHRK NDC dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK NDC dosis 45 mgKgBB, O3 = FHRK NDC dosis 60 mgKgBB. Persentase penghambatan radang kaki tikus yang lebih besar menunjukkan bahwa indometasin dan FHRK yang diperangkapkan dalam matriks NDC mampu menurunkan peradangan pada kaki tikus yang disebabkan karagenan. Terlihat pada Tabel 6 persentase penghambatan Indometasin yang Universitas Sumatera Utara diperangkapkan dalam matriks nata decoco sebesar 46,39 pada perlakuan t 30 dan 79,20 pda perlakuan t 360. Pada dosis 30 mgKgBB adalah 32,83 pada perlakuan t 30 dan 45,25 pada perlakuan t 360, dosis 45 mgKgBB adalah 42,67 pada perlakuan t 30 dan 60,36 pada perlakuan t 360 , dosis 60 mgKgBB adalah 37,1 pada perlakuan t 30 menjadi 55,75 pada perlakuan t 360 . Gambar 5. Grafik persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NDC Keterangan : FHRK = Fraksi n-heksan Daun Ruku-ruku Pada Gambar 5 terlihat bahwa ketiga dosis dari FHRK yang diperangkapkan dalam matriks NDC memberikan efek penghambatan peradangan pada kaki tikus dari perlakuan t 30 sampai perlakuan t 360, namun persentase penghambatan dari indometasin yang diperangkapkan dalam matriks NDC lebih besar dari ketiga dosis. 4.5. Hasil uji antiinflamasi fraksi yang diperangkapkan dalam matriks nata dengan sumber nitrogen dari tiourea NT Hasil pengukuran persentase radang dari FHRK dan indometasin yang diperangkapkan pada matriks NT dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 6. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Data persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan daun ruku-ruku yang diperangkapkan dalam matriks NT Waktu menit Perlakuan K ± SD I ± SD O1 ± SD O2 ± SD O3 ± SD 30 18,15 ± 0,76 10,41 ± 0,59 14,00 ± 0,73 12,14 ± 0,63 12,93 ± 1,26 60 24,59 ± 1,04 13,05 ± 0,45 15,94 ± 0,48 13,35 ± 0,72 13,71 ± 1,04 90 26,37 ± 0,58 14,09 ± 0,69 18,25 ± 0,85 15,32 ± 1,02 17,60 ± 0,99 120 33,24 ± 0,85 20,39 ± 1,19 26,01 ± 0,57 22,81 ± 0,57 25,12 ± 1,16 150 38,86 ± 0,63 23,75 ± 1,10 29,18 ± 0,18 25,59 ± 0,65 28,32 ± 1,17 180 44,25 ± 1,12 26,76 ± 0,84 29,84 ± 0,45 27,68 ± 1,03 28,69 ± 1,11 210 49,11 ± 1,34 27,42 ± 0,79 31,77 ± 0,45 29,34 ± 0,51 31,44 ± 1,05 240 51,01 ± 0,83 29,14 ± 1,09 32,10 ± 0,66 30,73 ± 0,84 31,44 ± 1,05 270 48,31 ± 1,07 30,31 ± 1,17 35,54 ± 0,54 31,28 ± 1,03 34,68 ± 1,28 300 43,32 ± 0,77 21,32 ± 1,86 37,27 ± 0,59 33,73 ± 0,56 36,25 ± 1,00 330 38,49 ± 0,74 14,16 ± 0,89 28,10 ± 0,72 24,51 ± 1,85 25,15 ± 1,28 360 35,10 ± 0,59 8,04 ± 0,97 19,79 ± 0,59 14,11 ± 0,73 16,17 ± 0,94 Keterangan: K = Kontrol, I = Indometasin NT, O1 = FHRK NT dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK NT dosis 45 mgKgBB,O3 = FHRK NT dosis 60 mgKgBB SD = Standard Deviasi Gambar 6. Grafik persentase radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NT Tabel 7 dan Gambar 6 memperlihatkan bahwa persentase radang rata-rata tertinggi pada kelompok kontrol NT adalah 51,01 pada perlakuan t 240 dan telah menjadi 35,1 setelah t 360 . Persen radang rata-rata tertinggi indometasin NT Universitas Sumatera Utara adalah 30,31 pada perlakuan t 270 dan menjadi 8,04 setelah perlakuan t 360 . FHRK NT dosis 30 mgKg BB adalah 37,27 pada perlakuan t 300 dan menjadi 19,79 setelah perlakuan t 360 . FHRK NT dosis 45 mgKg BB adalah 33,73 pada perlakuan t 300 dan menjadi 14,11 setelah perlakuan t 360 . FHRK NT dosis 60 mgKg BB adalah 36,25 pada perlakuan t 300 menit dan menjadi 16,17 setelah perlakuan t 360 . Semua jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap radang telapak kaki tikus yang disebabkan oleh karagenan. Hal ini berdasarkan hasil ANOVA yang menunjukkan perbedaan yang signifikan α ≤ 0,05 antar kelompok perlakuan t 30 sampai t 360 dengan harga F hitung F tabel lampiran 16.a, hal. 102. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan lainnya dilakukan uji Duncan lampiran 16.b, hal. 103. Uji ini dilakukan karena percobaan memerlukan penilaian terhadap seluruh pasangan rataan perlakuan yang mungkin dan jumlah perlakuan yang besar. Dari hasil uji Duncan ternyata efek antiinflamasi yang diberikan pada dosis 45 mgKgBB tidak berbeda signifikan dengan dosis 60 mgKgBB. Selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang sama dan berbeda terhadap kontrol negatif NT dan positif Indometasin NT. Dari hasil uji Duncan, dosis 45 mgKgBB tidak berbeda signifikan terhadap Indometasin NT maupun terhadap dosis 60 mgKgBB, begitu juga dengan dosis 60 mgKgBB tidak berbeda signifikan dengan Indometasin NT dan dosis 45 mgKgBB. Namun dosis 45 mgKgBB lebih baik dari dosis 60 mgKgBB. Universitas Sumatera Utara Persentase penghambatan radang rata-rata dapat dihitung dari persentase radang rata-rata telapak kaki tikus. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 8. Data persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan dalam matriks NT Waktu menit Perlakuan I O1 O2 O3 30 42,66 22,84 33,10 28,72 60 46,90 35,18 45,72 44,23 90 46,56 30,79 41,89 33,25 120 38,65 21,75 31,36 24,43 150 38,89 24,91 34,15 27,12 180 39,53 32,55 37,45 35,16 210 44,15 35,31 40,24 35,98 240 42,87 37,07 39,75 38,36 270 37,26 26,44 35,26 28,22 300 50,78 13,96 22,12 16,31 330 63,21 27,00 36,32 34,65 360 77,08 43,60 59,81 53,94 Keterangan : I = Indometasin NT, O1 = FHRK NT dosis 30 mgKgBB, O2 = FHRK NT dosis 45 mgKgBB, O3 = FHRK NTdosis 60 mgKgBB Pada Gambar 7 di bawah terlihat bahwa tiap-tiap perlakuan pada t 30 sudah memberikan penghambatan terhadap peradangan pada kaki tikus karena pemberian karagenan. Indometasin NT memiliki persentase penghambatan sebesar 60,11 , dosis 30 mgKgBB sebesar 31,03 , dosis 45 mgKgBB sebesar 45,70 dan dosis 60 mgKgBB sebesar 42,70 . Hal ini menunjukkan bahwa FHRK memiliki khasiat sebagai antiinflamasi dan pemerangkapannya dalam matriks NT memberikan pelepasan obat yang diperpanjang Universitas Sumatera Utara Gambar 7.Grafik persentase penghambatan radang rata-rata tiap waktu pengamatan fraksi n-heksan yang diperangkapkan dalam matriks NT.

4.6 Perbandingan efek antiinflamasi fraksi n-heksan dalam bentuk