c. Peningkatan panas kalor
Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah dan mungkin juga karena pirogen substansi yang
menimbulkan demam yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus.
d. Nyeri dolor
Nyeri disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator kimia tertentu seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang
syaraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakobatkan peningkatan tekanan lokal yang juga dapat menimbulkan rasa nyeri.
e. Gangguan fungsi jaringan fungsio laesa
Gangguan fungsi jaringan disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas
pada daerah cedera. Gejala-gejala ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi
akibat kerusakan jaringan pembuluh darah, gangguan keluarnya plasma darah ke dalam ruang ekstrasel akibat meningkatnya permeabilitas kapiler dan
perangsangan reseptor nyeri Mutschler, 1999.
2.6.1. Mekanisme terjadinya radang
Proses terjadinya inflamasi dapat dibagi dalam dua fase : 1.
Perubahan vaskular Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang
mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah
Universitas Sumatera Utara
karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah hypermia yang disusul dengan perlambatan aliran darah.
Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel.
Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak
sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing Mansjoer, 1999.
2. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan
inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga
menimbulkan rasa sakit Mansjoer, 1999.
Mediator Radang
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen telah dikenal sebagai mediator inflamasi diantaranya adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotoin,
prostaglandin dan leukotrien. Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dari sekian banyaknya mediator lain dan segera muncul dalam
beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler Mansjoer, 1999.
Histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor histamin di sel. Ada 4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi, yakni: Reseptor Histamin
H1. Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat.
Universitas Sumatera Utara
Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan vasodilatasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor
histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi. Reseptor Histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam
lambung. Reseptor Histamin H3, jika reseptor ini aktif akan menyebabkan penurunan penglepasan neurotransmitter, seperti histamin, asetilkolin,
norepinefrin, dan serotonin. Reseptor Histamin H4 Paling banyak terdapat di sel basofil dan sumsum tulang. Juga ditemukan di kelenjar timus, usus halus, limfa,
dan usus besar. Perannya sampai saat ini belum banyak diketahui. Beberapa fungsi pengaturan di dalam tubuh juga telah ditemukan berkaitan erat dengan
kehadiran histamin. Histamin dilepaskan sebagai neurotransmitter. Aksi penghambatan reseptor histamin H1 antihistamin H1 menyebabkan mengantuk.
Pasien penderita schizophrenia ternyata memiliki kadar histamin yang rendah dalam darahnya. Hal ini mungkin disebabkan karena efek samping dari obat
antipsikotik yang berefek samping merugikan bagi histamin, contohnya quetiapine. Ditemukan pula bahwa ketika kadar histamin kembali normal, maka
kesehatan pasien penderita schizophrenia tersebut juga ikut membaik Anonim, 2009.
Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya
terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada dalam bentuk fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan
oleh suatu rangsangan kimiawi, fisis atau mekanis, maka enzim fosfolipase A
2
diaktivasi untuk mengubah fosfolipida tersebut menjadi asam arakhidonat.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai penyebab inflamasi, prostaglandin PG bekerja lemah, berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan
secara lokal seperti histamin, serotinin, atau leukotrien. Prostaglandin mampu menginduksi vasodilatasi pembuluh darah dalam beberapa menit dan terlibat pada
terjadinya nyeri, inflamasi dan demam Mansjoer, 1999.
Gambar 1. Bagan mekanisme terjadinya inflamasi Katzung, 2002.
Rangsangan
Gangguan membran sel
Fosfolipida Dihambat
kortikosteroid
Asam arakhidonat Fosfolipase
Lipooksigenase Siklooksigenase
Leukotrien
LTB
4
LTC
4
D
4
E4 Prostaglandin
Tromboksan Prostasiklin
Atraksi aktivasi
fagosit Perubahan permeabilitas
vaskuler, kontriksi bronchial, peningkatan sekresi
Modulasi leukosit
Inflamasi Bronkospasme, kongesti,
penyumbatan mukus Inflamasi
Universitas Sumatera Utara
2.7 Obat-obat antiinflamasi