Jaminan dalam Pembiayaan Konsumen

c. Bank tidak melayani pembiayaan konsumen Konsumen umumnya adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah yang sulit mengakses bank untuk memperoleh kredit ukuran kecil. Bank pada umumnya tidak melayani pemberian kredit yang bersifat konsumtif dan ukuran kecil. Di samping itu, bank selalu menerapkan prinsip jaminan dalam pemberian kredit. Hal ini sulit dipenuhi oleh konsumen karena dirasakan berat, keadaan ini menjadi dorongan terhadap keberadaan dan perkembangan lembaga pembiayaan konsumen yang mampu menampung kebutuhan konsumen secara wajar. d. Pembiayaan lintah darat yang mencekik Setiap pembiayaan yang diterapkan oleh lintah darat bersifat tradisional dengan bunga yang sangat tinggi, bahkan jauh melebihi batas kewajaran yang berlaku dalam dunia bisnis. Sistem penagihan yang sangat ketat dengan ancaman penarikan barang jika menunggak, sehingga merupakan momok yang ditakuti oleh konsumen. Memang disatu sisi lintah darat sebagai penolong konsumen, namun disisi lain dia berfungsi sebagai pencekik leher konsumen. Keadaan ini mendorong arti pentingnya keberadaan dan perkembangan lembaga pembiayan konsumen yang menerapkan sistem pembiayaan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan tingkat kemampuan konsumen.

8. Jaminan dalam Pembiayaan Konsumen

Sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan konsumen, pada dasarnya tidak menekan pada aspek jaminan. Namun karena pembiayaan konsumen merupakan lembaga bisnis, maka dalam kegiatan pembiayaan perusahaan Universitas Sumatera Utara pembiayaan konsumen tidak bisa steril dari unsur resiko. Oleh karena itu, dalam praktek perusahaan pembiayaan konsumen akan meminta jaminan tertentu guna mengamankan pembiayaan yang diberikan. Menurut Munir Fuady Jaminan yang ada dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan dalam kredit bank, khususnya kredit konsumen yaitu jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan. 45 a. Jaminan Utama Sebagai pembiayan dalam bentuk kredit, jaminan utamanya adalah kepercayaan dari perusahaan pembiayaan konsumen kreditor kepada konsumen debitor bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar secara berkala sampai lunas atas pembiayaan yang telah diterimanya. Perusahaan pembiayaan konsumen juga menerapakan prinsip-prinsip umum yang berlaku pada perkreditan. Prinsip yang dimaksud adalah the 5 c’s of credit, yaitu; collateral, capacity, character, capital, condition of economy. b. Jaminan Pokok Di samping jaminan utama untuk lebih mengamankan dana yang telah diberikan kepada konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta jaminan pokok yaitu berupa barang yang dibeli dengan dana dari perusahaan pembiayaan konsumen. Jika dana dari perusahaan pembiyaan konsumen oleh konsumen digunakan untauk membeli mobil, maka mobil yang bersangkutan menjadi jaminan pokoknya. Biasanya jaminan tersebut dibuat dakam bentuk fiduciary transfer 45 Ibid, hal. 57. Universitas Sumatera Utara of ownership fidusia. Karena adanya fidusia ini maka biasanya seluruh dokumen yang berkaitan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen sampai angsuran dilunasi oleh konsumen. c. Jaminan Tambahan Walaupun tidak seketat pada jaminan untuk memberi kredit bank, dalam praktek seiring juga perusahaan pembiyaan konsumen meminta jaminan tambahan atas transaksi pembiayaan konsumen. Biasanya jaminan tambahan terhadap transaksi sepert ini berupa pengakuan utang, kuasa menjual barang, dan assigment of prosceed cessie dari asuransi. Disamping itu sering juga diminta persetujuan suamiisteri untuk konsumen pribadi dan persetujuan KomisarisRUPS untuk konsumen perusahaan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

B. Bentuk dan Isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Perjanjian pembiayaan konsumen termasuk dalam bentuk perjanjian kredit yang mana pihak-pihak pemberi biaya berkewajiban memberi sejumlah uang untuk pembelian suatu barang dan pihak konsumen membayar kembali uang tersebut secara cicilan. Perjanjian mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan maupun penatalaksanan kredit itu sendiri. Menurut Cb. Gatot Wardoyo yang disitir oleh Djumhana perjanjian mempunyai beberapa fungsi diantaranya: a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan suatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya misalnya: perjanjian pengikatan jaminan. Universitas Sumatera Utara b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur. c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. 46 Di dalam prakteknya pembiayan konsumen perjanjian kredit umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standart. Menurut J. Satrio merumuskan perjanjian standart, sebagai perjanjian tertulis yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui. 47 Ciri dari perjanjian standart adanya sifat uniform atau keseragaman dari syarat-syarat perjanjian untuk semua perjanjian untuk sifat yang sama. Syarat-syarat baku dalam perjanjian adalah syarat konsep tulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang akan masih dibuat yang jumlahnya tidak tertentu, tanpa merundingkan terlebih dahulu isinya. 48 Dalam perjanjian standart, adakalanya konsumen bertemu dengan klausula yang menentukan bahwa pihak yang memperjanjikan klausula itu, membebaskan diri atau membatasi diri dari tanggung jawab yang timbul dari akibat peristiwa tertentu, yang sebenarnya menurut hukum menjadi tanggungannya. Klausula pembebanan seperti itu disebut klausula eksenoratie. 49 Klausula ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, dapat terbentuk pembebasan sama sekali dari tanggung jawab yang harus dipikul oleh pihaknya apabila terjadi ingkar janji atau wanprestasi, dapat pula berbentuk pembatasan ganti rugi yang dapat dituntut dapat pula berbentuk kewajiban untuk tunduk pada syarat, yang ditentukan kemudian oleh salah satu pihak. 46 M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cita Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 228. 47 J. Satrio, Beberapa Segi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit, Disampaikan pada Seminar Masalah Standar Kontrak Dalam Perjanjian Kredit, Surabaya: 11 Desember 1993. 48 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.2. 49 J. Satrio, hal.30. Universitas Sumatera Utara

1. Pihak-pihak yang Terkait dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen