“ Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian fidusia secara di bawah
tangan yang diteliti oleh saudara Martinus Tjipto NIM: 077011079” Dengan menitikberatkan pada permasalahan:
1. Apakah faktor-faktor penyebab lembaga pembiayaan melakukan perjanjian
fidusia yang dibuat secara di bawah tangan? 2.
Bagaimana kedudukan hukum perjanjian fidusia yang dibuat secara di bawah tangan?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian fidusia yang
dibuat di bawah tangan, jika terjadi wanprestasi? Dari judul dan permasalahan penelitian di atas, maka terdapat perbedaaan
yang prinsip di dalam pembahasan permasalahan yakni dalam hal ini peneliti terdahulu menekankan pada perjanjian fidusia yang dibuat di bawah tangan
sedangkan penulis membahas tentang eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia, dengan demikan penelitian ini adalah baru pertama kali dan dapat
dipertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.
Kerangka Teori
“ Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses tertentu terjadi,”
17
teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi
17
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Pebelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu ini merupakan suatu penjelasan rasional yang
berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
“ Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat
menunjukkan ketidakbenarannya.”
18
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teoritis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis.
19
Kerangka teoritis yang digunakan dalam menelaah eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil
KPM di Lembaga Keuangan non-Bank. Didasarkan pada teori John Rawls yang dikenal dengan teori Rawls bahwa hukum sebagai Justice as Fair
20
. Dengan teori Rawls, bagaimanapun juga, cara yang adil untuk mempersatukan berbagai
kepentingan adalah dengan tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri. Teori Rawls,
21
memberikan dua prinsip keadilan di dalamnya yakni prinsip kebebasan dan prinsip fair. Dengan prinsip kebebasan bahwa setiap
orang berhak mempunyai kebebasan yang terbesar asal tidak menyakiti orang lain. Selanjutnya dengan prinsip fair bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi dianggap
tidak adil kecuali ketidaksamaan ini menolong seluruh masyarakat.
18
Ibid, hal.16.
19
Ibid, hal. 80.
20
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Toko Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal.76.
21
Ibid, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian fidusia terdapat dua pihak yang terlibat yaitu penerima fidusia sebagai pihak yang membiayai atau memberikan kredit dan pihak pemberi
fidusia sebagai pihak yang menerima kredit. Pihak kreditur penerima fidusia dalam kaitannya dengan tulisan ini adalah lembaga keuangan non-bank, yaitu suatu
perusahaan lembaga pembiayaan yang bidang usahanya bergerak dalam membiayai pembelian kendaran bermotor secara kredit. Sedangkan yang dimaksud dengan
debitur pemberi fidusia adalah pihak yang membeli kendaran bermotor dari distributorshowroom kendaraan bermotor tersebut melalui lembaga pembiayaan itu.
Mengenai perjanjian fidusia, tidak terlepas dari perjanjian pokok, yang dalam hal ini perjanjian pembiayaan. Perjanjian pembiayaan dibuat dengan akta fidusia
secara otentik, yang juga tidak terlepas dari konsep perjanjian yang secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yang menegaskan semua
perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam
KUHPerdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan dapat dikesampingkan sehingga hanya berfungsi mengatur saja.
Sifat terbuka dari KUHPerdata tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang mengandung azas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas
yang menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban
umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu:
22
1. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian,
seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian.
2. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian,
walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.
3. Unsur accidentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak
dalam perjanjian.
Pemahaman dari perjanjian pada umumnya yang diuraikan di atas, bahwa materi perjanjian pada umumnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami
dan menyusun mengenai perjanjian pembiayaankredit. Perjanjian pembiayaan tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk dalam perjanjian bernama
di luar KUHPerdata. Perjanjian pembiayaan dilandaskan oleh KUHPerdata Bab XII Buku III
karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam-meminjam uang. Menurut KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi: pinjam meminjam adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang
terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.
23
Dalam hal perjanjian pembiayaan terjadi via dealer atau showroom terlebih dahulu dibuat perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan dengan
dealershowroom dalam hal in perjanjian yang dibuat di bawah tangan sebagai bentuk
22
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, 1985, hal. 20
23
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank Alvabeta, Jakarta, 2005, hal. 96.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian kerjasama untuk mempermudah pembeli dalam mengajukan pengurusan kredit kendaraan bermotor. Di samping itu untuk mempermudah hubungan bisnisnya
antara dealershowroom dan lembaga pembiayaan itu sendiri. Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta
kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya, konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum.
Dari aspek ekonomi harta kekayaan menitik beratkan pada nilai kegunaan sedangkan aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi merupakan
benda modal yang dapat dialihkan kepada pihak lain karena adanya peratuaran hukumnya.
24
Pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan
kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut.
25
Kekuasaan yang dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis,
artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak ekonomis atas benda bergerak yang dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan
maupun mengagunkan benda bergerak yang dijaminkannya itu kepada pihak lain, sebelum kewajibannya tersebut terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi, hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukan bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah
24
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal.9-12.
25
R. Subekti, Op.cit hal. 27.
Universitas Sumatera Utara
pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.
Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya jaminan
fidusia.
26
Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan. Oleh karena itu, proses pembuatan
jaminan fidusia harus dilakukan secara sempurna melalui tahap-tahap perjanjian kredit, pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris dan diikuti dengan pendaftaran
akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Tahapan proses perjanjian jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter
tersendiri dengan segala akibat hukumnya. Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Jaminan
Fidusia, bunyinya: hapusnya hutang yang dijamin, pelepasan hak dan kewajiban fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan
fidusia. Perjanjian fidusia, seperti halnya dengan perjanjian atau lembaga jaminan
lainnya, yaitu bersifat accessoir, maka perjanjianhak fidusia hapus dapat disebabkan oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang-
piutang yang mendahuluinya. Selain itu, jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan
26
Pasal 14 UUJF.
Universitas Sumatera Utara
hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
27
Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian pembiayaankredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik
bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan, yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu
perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme, yang dianut oleh KUHPerdata.
Pengertian konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik
tercapainya kata sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata sepakat mengenai kredit antara kreditur dan debitur dalam perjanjian
kredit dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaan.
28
Asas konsensualisme itu sendiri dianut oleh KUHPerdata, Sudikno
Mertokusumo menjelaskan bahwa : dalam hak terdapat empat unsur, yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan
hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan hukum. Hak milik itu ada subjeknya yaitu pemilik sebaliknya setiap orang terikat
kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objek yang dimilikinya. Seseorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas
barang yang dibelinya, sedangkan penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya. Jadi hak pada hakikatnya merupakan
hubungan hukum dengan subjek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban.
29
27
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 290.
28
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 182-183.
29
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsepsi