LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

“Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia lain dengan harapan agar mereka ini, berkat pendidikan pengajaran itu kelak menjadi manusia yang saleh, yang berbuat sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut dilakukannya”. 1 Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala 1 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1998, Cet. I, h. 11. 1 potensinya ke arah yang positif melaui suatu upaya yang disebut sebagai al- Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim, atau yang kita kenal dengan “pendidikan”. 2 “Manusia sebagai makhluk paedagogik membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Dengan potensi tersebut manusia mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia”. 3 Dalam al-Qur’an memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia. Tidak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al- Qur’an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan al- Sunnah berlaku secara universal untuk semua waktu,tempat dan tidak bisa berubah karena memang tidak ada yang mampu merubahnya. Al-Qur’an sebagai ajaran suci umat Islam, didalamnya berisi petunjuk menuju arah kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Meninggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti menanti datangnya masa kehancuran. Sebaiknya kembali kepada al-Qur’an berarti mendambakan ketenangan lahir dan batin, karena ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an berisi kedamaian. Ketika umat Islam menjauhi al-Qur’an atau sekedar menjadikan al-Qur’an hanya sebagai bacaan keagamaan ,maka sudah pasti al- Qur’an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang di luar Islam lah yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan 2 Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1999, Cet. I, h. 1. 3 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan, 1999, Cet. III, h. 1. mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat Islam lah yang seharusnya memegang semangat al-Qur’an. 4 Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur’an. Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman al-Qur’an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat didalamnya. Selama ini, para orang tua dan pemikir pendidikan amat perihatin dengan perkembangan pendidikan. Siapakah yang salah jika ada peserta didik berbuat tidak terpuji? Berbagai tindakan kekerasan, kriminal, prostitusi sampai korupsi sudah sampai pada tingkat kebobrokan mental, siapakah yang salah? Dan berbagai kasus tersebut para ahli dan pemikir pendidikan mengkajinya terus menerus. Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan bahwa hal itu disebabkan pendidikan Islam akhlak tidak diberikan kepada peserta didik. Pendapat itu ada benarnya juga karena sesuai dengan hadis Nabi SAW: ةﺮ ﺮه ﺑا ﺑ ا ﻰﱠﺻ ٰ ا و ﺳ ﺎ : ا ﺎ ﺛ ﺑ ﺖ ﺘ ﻷ ﺮﺎﻜ ﺧ ﻻا اﻮﺮ ا د ﺣ 5 4 Muhammad al-Ghazali, Berdialog Dengan Al-Qur’an, Bandung : Mizan. 1999, Cet. IV, h. 21. 5 Im a m Ahm a d b in Ha m b a l, Musna d Ahma d b in Ha mb a l, Be irut: Da r a l- Fikr, 1991, Jilid II, h. 381. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, Ia bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak” . HR.Ahmad Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab: “manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material jasmani dan immaterial akal dan jiwa. Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal istilah Adab Al-Din dan Adab al-Dunya”. 6 Al-Quran merupakan dasar ideal dari pendidikan Islam, isinya sangat luas dan dalam, yang semuanya itu mengarah dan meningkatkan kehidupan manusia ke tingkat yang lebih baik dan sempurna. Dengan kata lain, semua ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an pada akhirnya mengarahkan supaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara berbagai aktivitas yang berguna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya. Dengan memakai dasar al-Qur’an, maka pendidikan Islam harus mengarah kepada terciptanya manusia yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Untuk membina kepribadian yang sejalan dengan fitrah manusia, yaitu “fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah dan atas dasar kesucian dan tidak ternoda” 7 sebagaimana ditujukan oleh al-Qur-an dan al-Sunnah, diperlukan proses pendidikan Islam yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan manusia kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan 6 M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1994, Cet. XIX, h. 173. 7 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1991, Cet. II, h. 148. utuh sebagai umat manusia individual dan sosial serta hamba Allah SWT yang mengabdikan diri kepada-Nya. Di dalam al-Quran terdapat perilaku yang terpuji yang hendaknya diaplikasikan umat manusia dalam kehidupan sehari-hari.Karena akhlak mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan,keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya umat,sebagaimana salat sebagai tiang agama Islam.Dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya. Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini aspek- aspek pendidikan Islam khususnya akhlak mulia adalah hal yang mahal dan sulit diperoleh, terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap aspek-aspek pendidikan Islam maupun nilai akhlak yang terdapat dalam al- Qur’an serta besarnya pengaruh lingkungan. Manusia hanya mengikuti dorongan nafsu dan amarah saja untuk mengejar kedudukan dan harta benda dengan caranya sendiri, sehingga ia lupa akan tugasnya sebagai hamba Allah SWT.Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kemerosotan akhlak terjadi akibat adanya dampak negatif dari kemajuan di bidang tekhnologi yang tidak diimbangi dengan keimanan dan telah menggiring manusia kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan nilai al-Qur’an. Namun hal ini tidak menafikan bahwa manfaat dari kemajuan tekhnologi itu jauh lebih besar daripada mudharatnya. Masalah di atas sudah barang tentu memerlukan solusi yang diharapkan mengantisipasi perilaku yang mulai dilanda krisis moral itu. Tindakan preventif perlu ditempuh agar dapat mengantarkan manusia kepada terjaminnya moral generasi bangsa yang dapat menjadi tumpuan dan harapan bangsa serta dapat menciptakan dan sekaligus memelihara ketentraman dan kebahagiaan di masyarakat. Mengingat pentingnya pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai tersebut secara intensif. Pendidikan Islam berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau dipelajari sejarah bangsa Arab sebelum Islam datang, maka akan ditemukan suatu gambaran dari sebuah peradaban yang sangat rusak dalam hal akhlak dan tatanan hukumnya. Seperti pembunuhan, perzinahan dan penyembahan patung-patung yang tak berdaya. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai atau aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam al-Qur’an.Begitu juga halnya fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat sekarang ini, terutama di kalangan elit politik, banyak terjadi hal- hal yang menyimpang dari norma agama,seperti saling menghina, saling menuduh, dan merendahkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang rela menghalalkan segala cara demi mempertahankan harga diri, partai, maupun organisasinya tanpa menghiraukan benar dan salah menurut agama. Padahal setiap hari Jum’at khatib selalu mengingatkan kaum muslimin untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apakah kaum muslim sudah lupa, tidak memahami dan tidak mengamalkan ajaran al-Qur’an lagi? Padahal di dalam al-Qur’an jelas ditegaskan tentang semua larangan tersebut. Penulis melihat bahwa Q.S. al-Hujurat:11-13 memiliki kandungan makna tentang pendidikan Islam yang sangat dalam. Di antara kandungan yang terdapat didalamnya adalah pendidikan akhlak antara lain larangan merendahkan orang lain, larangan ghibah menggunjing, larangan suudzdzan, pendidikan taubat, dan pendidikan takwa kepada Allah SWT. Ayat tersebut sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam rangka pembelajaran, pembentukan serta pembinaan pendidikan Islam. Penulis tertarik untuk menggali, membahas dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut sebagai judul skripsi, meskipun sudah ada yang menulis judul yang sama pada skripsi terdahulu. Akan tetapi penulis berbeda dengan penulis terdahulu, di skripsi ini akan dibahas lebih lengkap dan terperinci tentang kandungan ayat demi ayat. Penulis melihat pada skripsi terdahulu pembahasan kandungan ayatnya dikaji secara global dan garis besarnya saja. Atas pertimbangan di atas, maka penulis mengangkat permasalahan tersebut dan dituangkannya dalam skripsi dengan judul “ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN KAJIAN TAFSIR QS. AL-HUJURAT:11-13”.

B. IDENTIFIKASI, PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH