Organisasi Etnis Tionghoa PROFIL DKI JAKARTA DAN PELAKSANAAN PILKADA

52 besar etnis Tionghoa, sehingga mereka selalu berusaha menghindari wilayah politik. Namun demikian beberapa tahun terakhir mulai bermunculan anggota DPR, DPRD, bupati, wakil bupati dari kalangan etnis Tionghoa. 16 Itu menjadi bukti nyata bahwa kaum Tionghoa dapat duduk di sistem pemerintahan Indonesia, mengingat potensi yang sangat besar dapat disumbangkan etnis Tionghoa dalam membangun bangsa dan negara. Seperti yang terlihat dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu dengan munculnya Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok sebagai wakil Gubernur. Potensi etnis Tionghoa dan organisasinya inilah yang dimanfaatkan oleh pasangan Joko Wi Ahok untuk dapat meraih dukungan masyarakat dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Adanya kandidat dari etnis Tionghoa dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 karena jika dilihat dari tinjauan budaya, secara karakter masyarakat Tionghoa kebanyakan masih menganut nilai solidaritas antar sesama etnis yang kuat, sehingga menempatkan kandidat Tionghoa dalam peta perpolitikan DKI hampir dipastikan akan mendapatkan dukungan mayoritas dari masyarakat Tionghoa di DKI. Apalagi jika Jokowi jadi maju calon wakil Presiden di pemilihan Presiden 2014, Ahok secara otomatis akan menjadi gubernur DKI. Jokowi dan Ahok setidaknya berhasil menggandeng 21 komunitas Jawa di DKI untuk mendukung Jokowi. Begitu pula dengan skema Ahok, Prabowo melihat, merangkul etnis Tionghoa merupakan syarat penting dalam 16 https:iccsg.wordpress.com20070903 seputar-kebangkitan-organisasi-tionghoa Oleh Benny G Setiono, pengamat sosial dan politik diakses tanggal 4 November 2012. 53 memenangkan DKI. Sebab, etnis Tionghoa harus diakui menjadi pemutar roda perekonomian DKI yang vital, sehingga posisi tawar masyarakat etnis Tionghoa. Yang perlu dicermati adalah keberhasilan Jokowi – Ahok memperoleh suara bulat dari komunitas Tionghoa di DKI. Ini menandakan bebeberapa strategi yang dijalankan Jokowi – Ahok dalam meraih dukungan komunitas Tionghoa DKI cukup berhasil. Salah satu strategi keberhasilan itu ada pada kesepakatan Prabowo dengan para Taipan Tionghoa para pemegang modal ekonomi untuk mengusung Ahok alias Basuki. 17 Berikut alasan yang membuat para Taipan Tionghoa juga berinvestasi ke Ahok. Seperti yang telah diketahui bersama para Taipan Tionghoa yang telah menjadi “pelindung” bisnis para donatur utama Partai Demokrat Seperti yang telah diketahui bahwa nama-nama dinasti Taipan Tionghoa seperti Salim Indofood, Riady Lippo, Hartati Poo Berca, Sugianto Kusuma alias A Guan Artha Graha, Sukanto Tanoto Raja Garuda Mas, Eka Tjipta Sinarmas, Ted Sioeng Nasional News, Alim Markus Maspion dan sebagainya, merupakan donatur utama Partai Demokrat. Hal itu terjadi karena telah ada kesepakatan antara para Taipan Tionghoa dengan Partai Demokrat, yang dimotori keluarga Riady Lippo, untuk perlindungan bisnis para Taipan Tionghoa oleh Partai Demokrat. Maka sudah pasti jika para Taipan Tionghoa mendapat perlindungan bisnis selama pemerintahan Partai Demokrat. Selama 5 tahun pertama pemerintahan Demokrat 2004 – 2009, semua 17 http:politik.kompasiana.com20120913 kesepakatan-rahasia-prabowo-dan-para- naga-untuk-dukung-ahok-492596 diakses tanggal 3 November 2012. 54 masih dapat dikendalikan. Namun pada pemerintahan kedua Demokrat 2009 – 2014, mulai menunjukkan tanda-tanda jatuhnya pamor Partai Demokrat. Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan petinggi Demokrat seperti kasus Nazarudin dan Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Andi Malarangeng, kemudian juga pernyataan SBY bahwa keluarga tidak akan ikut serta dalam Pilpres 2014 sehingga Demokrat dapat dikatakan tidak memiliki tokoh. Situasi tersebut menyebabkan para Taipan Tionghoa mulai berpikir melakukan investasi di tempat lain, partai lain. Prabowo Subianto sebagai pucuk tertinggi Partai Gerindra mengetahui gejala gejala hijrahnya para Taipan Tionghoa ini. Peluang menggandeng para Taipan Tionghoa ini pun digarap Prabowo dalam ajang pemilihan gubernur DKI 1, melalui Ahok sebagai pilot project. 18 Pada akhir 2011, Prabowo melakukan pembahasan dengan para Taipan Tionghoa untuk ajang DKI 1. Kesepakatan yang terjadi adalah para Taipan Tionghoa meminta Prabowo memberikan kandidat etnis Tionghoa untuk melindungi bisnis para Taipan Tionghoa di DKI, sedangkan jika proyek ini berhasil, Prabowo akan dapat dukungan para Taipan Tionghoa di pemilihan umum 2014. Sebab, para Taipan Tionghoa tahu, jika mereka meninggalkan Demokrat, maka harus ada yang mengamankan bisnisnya. Demikianlah Ahok masuk menjadi kandidat Pilkada DKI, untuk tujuan tersebut, mengamankan bisnis para Taipan Tionghoa. 18 http:politik.kompasiana.comkesepakatan-rahasia-prabowo-dan-para - naga-untuk- ddukung-ahok-492596 diakses tanggal 3 November 2012naga-untuk-dukung-ahok-492596 diakses tanggal 3 November 2012. 55

BAB IV SENTIMEN ETNIS DAN AGAMA DALAM PEMILIHAN KEPALA

DAERAH DKI JAKARTA 2012

A. Sentimen Etnis dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012

Gambaran sentimen etnis memang melekat pada beberapa pasangan yang bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta. Pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli misalnya, sulit melepaskan diri dari sosok yang mengidentifikasikan dirinya sebagai satu-satunya pasangan calon asli putra Betawi. 1 Begitu juga halnya terjadi pada pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Meskipun Jokowi tidak secara khusus mengidentifikasikan diri sebagai sosok dari suku Jawa dan daerah Surakarta, sentimen itu tetap melekat padanya. Latar belakang Jokowi sebagai Wali Kota Surakarta dinilai banyak pihak sebagai representasi figur dari Jawa dibandingkan dengan nama calon lain yang juga berasal dari etnis yang sama. Demikian pula sosok wakilnya, Ahok, yang berasal dari etnis Tionghoa. Melihat peluang berdasarkan ras, suku, agama, dan kapabilitasnya, maka semua pasangan calon memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dari gambaran beberapa pasangan tersebut jelas akan membelah warga Jakarta yang beragam akan mengelompok berdasar latar belakang primordialnya. 1 http:www.perludem.or.idindex.php?option=com_k2view=itemid=709: pilkada- dki-yang-menembus-sekat diakses tanggal 13 oktober 2012. 56 Gambar IV. 1. Tulisan Anti Cina di dinding warga Puri Indah Sumbe r: Kompas.com Isu persaingan berbau SARA menjelang Pilkada DKI putaran kedua. Tulisan tersebut terdapat di Jalan Puri Indah Raya di dekat Sekolah Notre Dame, Kembangan, Jakarta Barat. Ini menunjukkan adanya sentimen etnis dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 Gambar IV. 2. Selebaran Pribumi Bersatu Kuasai Jakarta Sumber: http:www.change.org Gambar di atas adalah selebaran yang berisi pribumi harus bersatu. Ini menunjukkan adanya kompetisi politik berdasarkan politisasi etnis bukan 57 pada etika politik. Selayaknya sebagai masyarakat Jakarta kita harus berpartisipasi secara terhormat, bukan provokasi yang memecah belah. Gambar IV. 3. Spanduk Mau Jakarta Aman pilih Joko Wi dan Ahok Sumber: Detik News Nama dan foto Hercules terpampang di spanduk di atas adalah kampanye salah satu pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta. Seperti yang diketahui Hercules berasal dari Timor – Timur dan ingin membangkitkan rasa primordial dalam bentuk kampanye negatif dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2012 Keberadaan sentimen kedaerahan dalam kontestasi politik ini disebut oleh pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Haryadi, sebagai retorika etnosentrisme. ”Ini retorika yang paling mudah mengaduk emosi publik 58 meskipun tidak sekuat dulu, tetapi tetap penting. ” 2 Hal ini terbukti dengan beberapa aktivitas sejumlah pasangan calon yang berupaya mendekatkan sentimen etnosentrik tersebut. Sentimen etnis acap kali menjadi komoditas politik dan dipakai saat memilih para calon gubernur. Isu etnis untuk sementara diperlukan untuk mendulang suara, bila ini dilakukan, justru akan memberikan pendidikan politik buruk bagi masyarakat. 3 Isu etnis yang digulirkan ini sebetulnya bukan secara langsung dari publik, tapi digulirkan oleh elit-elit politik. Konstruksi elit ini kemudian diartikan oleh konsultan-konsultan politik di belakang para cagub ini. 4 Melalui penelitian berkala yang dilakukan Aliansi Jurnalis Independen AJI Jakarta terkait pilkada DKI Jakarta, diketahui setelah putaran pertama pilkada DKI, pemberitaan yang menyangkut suku, agama, ras, antargolongan SARA mendominasi. 5 Dengan kata lain isu SARA itu digunakan untuk mengkondisikan pilihan masyarakat pemilih terhadap kandidat yang sedang bertarung. Pemberitaan yang cukup dominan pada periode ini adalah menyangkut SARA, yaitu pemberitaan yang menggambarkan serangan atas identitas dari calon wakil gubernur Joko Widodo yaitu Basuki Tjahaja 2 http:www.perludem.or.idindex.php?option=com_k2view=itemid=709:pilkada -dki-yang-menembus-sekat diakses tanggal 13 oktober 2012. 3 Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro dalam diskusi “Isu Primordial Pemilukada DKI: Relevankah” di Kantor The Indonesia Institute TII, Jakarta, Rabu 1842012.Seperti dikutip http:www.jurnas.comnews. 4 Peneliti TII The Indonesia Institute TII, Hanta Yudha seperti yang di kutip http:www.jurnas.comnews58476 yang diakses tanggal 15 November 2012. 5 http:www.beritasatu.compilgub-dki-201271955-lipi -media-ikut-menggoreng-isu- sara-dalam-pilkada diakses tanggal 12 Oktober 2012.