Aspek Budaya di DKI Jakarta

39 internasional. Karena itu, diharapkan pesta rakyat ini dapat berjalan dengan lancar, aman, tertib, jujur, adil, dan demokratis. Tentu jumlah kelas menengah yang besar di DKI akan memberikan dampak positif bagi terselenggaranya pilkada yang lancar. Pemilih Jakarta merupakan pemilih dengan tingkat sadar media yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Karena itu dari berbagai hasil survei, kecenderungan pilihan warga Jakarta lebih digerakkan faktor figur: integritas, moralitas, komitmen, konsistensi, rekam jejak, keberpihakannya kepada rakyat, dan kemampuan komunikasi politik. Warga di harapkan dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik agar Pilkada DKI dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain. Para elite yang bertarung maupun tim sukses di belakangnya juga harus mempunyai kesadaran politik yang tinggi agar kompetisi ini dapat berlangsung elegan dan demokratis tanpa adanya penyimpangan- penyimpangan. Karena, masa depan demokrasi Indonesia ditentukan di Jakarta. Pasalnya Jakarta adalah pusat dinamika politik, pusat aktivitas ekonomi, dan pusat gerakan sosial dan budaya . Pilkada DKI Jakarta secara sosiologis politik dapat juga berpotensi menjadi barometer pemilihan Presiden tahun 2014. Pertimbangannya, sebagai ibu kota negara, DKI Jakarta adalah barometer politik nasional karena posisinya sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis. Secara umum pemilihan kepala daerah Pilkada secara langsung merupakan babak baru dalam tatanan politik dan sekaligus tatanan ketatanegaraan di Indonesia. Mekanisme politik demokratis ini merupakan terobosan besar setelah sekian 40 lama, sejak zaman kemerdekaan pemilihan kepala daerah dilakukan dengan sistem perwakilan yang dinilai manipulatif terhadap prinsip-prinsip demokrasi. Melalui Pilkada langsung ini diharapkan prosesnya semakin partisipatif yang sekaligus diharapkan dapat menjadi acuan resolusi konflik. 12 Secara yuridis, Pilkada langsung diatur dalam pasal 24 ayat 5 UU No. 32 Tahun 2004. 13 Pilkada langsung ini merupakan kelanjutan proses reformasi politik dan kelembagaan pemerintahan yang bergulir kencang sejak lengsernya Soeharto. Sejak itu terjadi berbagai reformasi di berbagai bidang, misalnya lahirnya UU No221999 kemudian diubah menjadi UU No322004, yang disusul oleh PP No62005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah selanjutnya PP No62005 dan beberapa pasal diubah melalui Peraturan Pemerintah No172005 selanjutnya PP No172005. Dan jika terjadi konflik Pilkada, maka Mahkamah Agung diberikan hak untuk memberikan putusan. Sebagaimana dalam Pasal 106 UU Pemerintah Daerah disebutkan Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk menerima, memeriksa, dan memutus sengketa hasil penetapan perhitungan suara Pilkada Pilwakada dan KPUD. Tanggal 11 Juli 2012 lalu, warga DKI Jakarta memilih gubernur dan wakil gubernur yang memimpin Ibu Kota selama lima tahun ke depan. Berdasarkan daftar pemilih tetap terakhir, tercatat 6.962.348 orang berhak 12 http:www.pelita.or.idcetakartikel.php?id=34173 “Pilkada DKI Jakarta: Barometer Resolusi Konflik diakses tanggal 14 November 2012. 13 http:www.lemhannas.go.idportalindaftar-artikel1634-permasalahan-dan-solusi pemilukada.html “Permasalahan dan Solusi Pemilukada” diakses tanggal 15 November 2013. 41 memberikan suara. Pemberian suara akan dilakukan di tempat pemungutan suara yang tersebar di 267 kelurahan, mulai dari pukul 07.00 hingga 13.00. Ada enam pasang calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta yang akan dipilih. Mereka adalah Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Hendardji Soepandji- Ahmad Riza Patria, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini, Faisal Basri-Biem T Benjamin, dan Alex Noerdin- Nono Sampono. Selanjutnya rekapitulasi suara yang dilakukan KPU DKI Jakarta menghasilkan dua pasangan calon yaitu Jokowi-Ahok dan Foke-Nara yang akan maju pada pemungutan suara putaran kedua. Pemungutan suara putaran kedua diselenggarakan 20 September 2012. 2012. Memasuki putaran kedua, Partai Golongan Karya dan Partai Persatuan Pembangunan memberikan dukungan kepada pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Sementara, hasil pemilukada DKI Jakarta putaran 2 diumumkan pada Sabtu, 29 September 2012. Penetapan dilakukan sesuai dengan hasil rekapitulasi penghitungan suara di tingkat provinsi sehari sebelumnya. Pasangan Jokowi- Ahok meraih 2.472.130 53,82 suara, sedang Foke-Nara mendapatkan 2.120.815 46,18 suara. Dengan selisih 351.315 7,65 suara.