derajat rendah dan semakin tinggi tingkat uji toksistas, semakin tinggi pula derajat hewan uji.Berdasarkan waktu lamanya pajanan, penelitian toksikologi dibagi
menjadi tiga kategori: yaitu uji toksisitas akut, subakut, dan kronik. Uji toksisitas jangka panjang adalah uji yang dilakukan dengan memberi zat uji secara
berulang-ulang selama minimal sebagian besar dari masa hidupnya. Misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan
monyet.
17
Uji toksisitas dilakukan untuk menilai efek akut, subakut, dan kronis. Uji akut dilakukan dalam tahun pertama terhadap organisme berderajat rendah atau
kecil, dan dilanjutkan terhadap hewan yang berderajat lebih tinggi, dengan meningkatnya waktu dan uji toksisitas lengkap akan memerlukan waktu selama
enam tahun.
1415
Uji toksisitas level I sering disebut sebagai uji jangka pendek atau short term testSTT, dilakukan dalam tahun pertama. Uji toksisitas level II dilakukan
selama 2,5 tahun berikutnya dan Uji toksisitas level III atau level terakhir biasanya dilakukan untuk menilai kemungkinan dampak pada manusia.
18
2.1.7.2 Uji Toksisitas Akut
Toksisitas akut adalah efek berbaya yang terjadi pada tubuh segera setelah terpapar suatu zat, baik itu zat tunggal atau kombinasi substances sekali atau
beberapa kali dalam waktu yang singkat. Pada definisi lain dijelaskan efek berbahaya terjadi dalam waktu 24 jam. Jumlah paparan maksudnya adalah jumlah
yang dapat membunuh atau untuk pembunuhan dan dapat mengancam jiwa. Efek toksik yang ditimbulkan dapat berupa gangguan fungsional, biokimiawi, atau
fisiologis struktural yang dapat menyebabkan kesakitan yang mengganggu kondisi tubuh secara umum.
15
Uji toksisitas ini penting untuk evaluasi keamanan dan merupakan prasyarat untuk uji klinik sebelum obat digunakan. Definisi dari uji toksisitas akut
adalah suatu metode untuk menentukan dosis letal median LD
50
, LC
50
, mekanisme kerja, dan target organ dari suatu zat yang berpotensi memberikan
efek toksik. Sedangkan definisi LD
50
atau LC
50
adalah dosis atau konsentrasi yang
diberikan sekali tunggal atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50 hewan coba. Beberapa manfaat
lain dari uji toksisitas akut:
15
1. Menentukan interval dosis untuk uji berikutnya, yaitu uji farmakologi,
toksistas subakut, subkronik, dan toksiistas jangka panjang 2.
Untuk mengklasifikasikan zat uji 3.
Mengidentifikasi kemungkinan target organ atau sistem fisiologi yang dipengaruhi
4. Mengetahui hubungan antara dosis dengan timbulnya efek seperti perubahan
perilaku, koma, dan kematian 5.
Mengetahui gejala-gejala toksisitas akut sehingga bermanfaat untuk membantu diagnosis adanya kasus keracunan
6. Untuk memenuhi prasyarat regulasi, jika zat uji akan dikembangkan menjadi
obat 7.
Mencari zat-zat potensial sebagai antikanker, karena jika suatu zat memiliki LD
50
LC
50
kurang dari 100 mgKgBB atau konsentrasi 1000 µgmL zat ini dianggap potensial sebagai sitotoksik
8. Untuk keperluan evaluasi bahaya suatu zat melalui data yang diperoleh
seperti nilai slope dari grafik hubungan antara log dosis versus respon 9.
Mengetahui pengaruh umut, jenis kelamin, cara pemberian dan faktor lingkungan hidup terhadap toksisitas suatu zat.
15
2.1.7.3Metode BSLT
BSLT merupakan suatu bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam dan salah satu metode menguji bahan-bahan yang bersifat toksik. Keunggulan dari
uji BSLT ini tidak menghabiskan banyak waktu, prosedurnya sederhana, cepat, tidak membutuhkan banyak biaya, tidak membutuhkan teknik aseptik, tidak
memerlukan peralatan khusus dan hanya membutuhkan sedikit sampel uji. Bioassay adalah uji yang menggunakan organisme hidup untuk mengetahui
efektifitas suatu bahan hidup ataupun bahan organik dan anorganik. Metode
BSLT menurut Meyer et al, McLaughlin Rogers,et all,menggunakan larva
udang Artemia salina Leach sebagai hewan coba dan merupakan uji toksisitas
akut karena efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat selama 24 jam setelah pemberian dosis uji tunggal.Dasar pengujian dengan
metode BSLT pada kemampuan senyawa untuk mematikan larva udang.
13
Caranya, yaitu dengan menentukan nilai LC
50
letal concentration dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia Salina Leach. Tingkat
toksisitas suatu bahan dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Kategori toksisitas bahan
Kategori LC
50
µgml
Sangat toksik 30
Toksik 30-1000
Tidak toksik 1000
Sumber: Meyer et al. 1982
19
Senyawa yang aktif akan menghasilkan mortalitas yang tinggi dan sesuai acuan literatur tersebut dapat dilakukan uji berikutnya, seperti uji toksisitas
subakut, subkronis, atau toksisitas jangka panjang untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat, contohnya mencari zat-zat potensial sebagai antikanker.
Beberapa senyawa bioaktif yang telah berhasil diisolasi dan dimonitor aktivitasnya dengan BSLT menunjukan adanya korelasi terhadap suatu uji
spesifik antikanker, yaitu pada harga LC
50
. Tetapi bila tidak bersifat toksik, dapat diteliti kembali khasiat lainnya dengan menggunakan hewan coba lain yang lebih
besar dari larva Artemia salinaLeach, contonya mencit atau tikus secara in vivo dan dapat dikembangkan untuk tujuan yang luas, seperti bahan baku kosmetika
atau suplemen makanan.
20
Metode BSLT ini merupakan uji penapisan farmakologi awal yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
a. Relatif tidak mahal dan tidak membutuhkan keahlian tertentu
b. Metode ini juga telah teruji tingkat kepercayaannya sebesar 95 untuk
mengamati aktivitas toksik dalam suatu senyawa c.
Merupakan uji tahap awal isolasi senyawa-senyawa toksik yang terkandung dalam ekstrak suatu tanaman
d. Metode ini juga dapat dikaitkan dengan metode penapisan untuk penyaringan
senyawa antikanker dari tanaman
20
2.1.8 Hewan Uji 2.1.8.1 Pemilihan Hewan Uji