dapat dikatakan bahwa untuk bidang perkebunan dan kehutanan lebih tepat digunakan klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson, sedangkan untuk tanaman pangan
pangan dan palawija lebih tepat digunakan klasifikasi iklim Oldeman.
4.4. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dengan Memanfaatkan
Informasi Sumberdaya Iklim
Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan faktor sumberdaya iklim selama ini kurang mendapat perhatian. Namun dengan adanya fakta-fakta
terjadinya pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, paradigma yang tadinya kurang atau bahkan tidak memperdulikan faktor iklim dalam
setiap kegiatan menjadi berubah. Pada saat ini masyarakat lebih sadar betapa besarnya peranan sumberdaya iklim dalam segala aspek kehidupan.
a. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam
Pengelolaan Sumberdaya Pertanian dan Perkebunan di Sumatera Utara Peta Kesesuaian
Komoditas Pertanian dengan Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukan jenis-
jenis tanaman yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan
semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim
dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
masa panen. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian Asyakur,
2007. Adanya peta Oldeman dapat membantu sektor pertanian dalam
mengatasi adaptasi terhadap iklim. Dengan informasi peta klasifikasi Oldeman maka dapat dipetakan wilayah iklim yang sesuai untuk tanaman padi khususnya.
Tanaman padi Oryza sativa dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm Anonimus, 2008. Berdasarkan informasi tersebut
maka yang sesuai untuk tanaman padi tanpa bantuan irigasi teknis adalah wilayah klasifikasi iklim C1, D1, dan D2 seperti terlihat pada Gambar 23. Untuk wilayah
klasifikasi iklim E1, E2 dan E3 bisa ditanami padi dengan bantuan irigasi teknis terutama di musim kemarau Januari-Juni seperti terlihat pada Gambar 23.
Selain itu untuk tanaman pangan informasi klasifikasi iklim Oldeman dapat dimanfaatkan dalam pengaturan pola tanam Balitbang Dinas Pertanian, 2007.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 23. Peta Wilayah Iklim Curah Hujan yang Sesuai untuk Tanaman Padi Oriza sativa
Pemanfaatan peta Schmidth-Fergusson terutama untuk informasi kesesuaian iklim pada komoditas tanaman perkebunan misalnya karet dan kelapa
sawit tentu sangat membantu pihak-pihak terkait di Sumatera Utara dalam memutuskan pengembangan tanaman tersebut.
Dalam kegiatan evaluasi kesesuaian lahan untuk perkebunan faktor iklim adalah faktor utama yang harus terlebih dahulu dievaluasi sebelum evaluasi
faktor lahan lainnya bentuk wilayah dan sifat tanah. Jika dalam evaluasi ternyata lahan tersebut secara klimatologis tidak sesuai, maka dapat disimpulkan
bahwa lahan tersebut tidak direkomendasikan untuk perkebunan. Hasil evaluasi
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
ini sangat beralasan karena setiap tanaman memiliki persyaratan agronomis yang pada kenyataannya didominasi oleh persyaratan iklim Rahmat et al., 1999.
Maka dengan adanya peta klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson Sumatera Utara kita bisa memetakan wilayah yang sesuai dari sisi iklimnya untuk tanaman
perkebunan andalan Sumatera Utara karet dan sawit. Menurut Endert 1949, dalam Djikman, 1951 tanaman karet Ficus
elastica paling cocok ditanam pada wilayah yang mempunyai iklim dengan kriteria bulan kering antara 0-3 dan jumlah curah hujan tahunan yang ideal
adalah 2500-5000 mm, maka untuk wilayah Sumatera Utara yang cocok adalah wilayah yang mempunyai tipe iklim Schmidth-Fergusson A-B, artinya kalau
dilihat dari sisi iklim curah hujan hampir semua wilayah Sumatera Utara cocok untuk tanaman karet seperti terlihat pada Gambar 24.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 24. Peta Wilayah Iklim Curah Hujan yang Sesuai untuk Karet Ficus elastica
Berdasarkan Gambar 24, hampir seluruh wilayah Sumatera Utara dari segi iklim curah hujan cocok untuk tanaman karet. Kecuali beberapa daerah
yang relatif kecil yang tidak cocok sebagian kecil Kab. Madina, Paluta, Dairi, Batu Bara; sebagian besar Kab. Tobasa, Samosir, Karo, Sergai. Namun dalam
kenyataannya di lapangan di Sumatera Utara hampir sebagian besar perkebunan yang ada adalah sawit. Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya
antara lain pengetahuan tentang pentingnya informasi iklim yang sesuai untuk tanaman sawit, paradigma yang berkembang bahwa dengan menanam sawit
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
sudah pasti untung, peranan lembaga-lembaga yang berwenang untuk memberikan pemahaman tentang kesesuaian lahan dengan faktor pendukung
lainnya masih kurang. Menurut Rahmat et.al 1999, tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis
paling cocok ditanam pada wilayah yang mempunyai iklim dengan kriteria bulan kering 1 dan jumlah curah hujan tahunan yang ideal adalah 1750-3000 mm,
maka untuk wilayah Sumatera Utara yang cocok adalah wilayah yang mempunyai tipe iklim Schmidth-Fergusson A, seperti terlihat pada Gambar 25.
Berdasarkan Gambar 25, hanya beberapa wilayah Sumatera Utara dari segi iklim curah hujan cocok untuk tanaman kelapa sawit Langkat di bagian
pegunungan, sebagian besar Kab. Labuhan Batu, Nias dan Nisel, Simalungun; sebagian kecil Dairi, Pak-Pak Barat, Deli Serdang, Sergai. Tetapi dalam
kenyataannya sama dengan kasus tanaman karet, masyarakat tidak mengetahui informasi ini dan akhirnya hampir di seluruh Sumatera Utara ramai-ramai
merubah lahannya menjadi perkebunan sawit dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih besar.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 25. Peta Wilayah Iklim Curah Hujan yang Sesuai untuk Kelapa Sawit Elaeis guineensis
b. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam Upaya Peringatan Dini Wilayah-