D1. Namun secara umum wilayah Sumatera Utara didominasi oleh tipe D1. Adanya informasi perubahan ini tentunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk
mengantisipasi kejadian yang ekstrim yang berdampak negatif dengan teknik adaptasi penyesuaian seluruh kegiatan terhadap kondisi iklim. Menurut IPCC 2001
kemampuan adaptasi adaptive capacity merujuk pada kemampuan dari suatu sistem misalnya pertanian untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap keragaman
iklim saat ini dan akan datang, termasuk kejadian iklim ekstrim, sehingga dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat ditekan atau sebaliknya kondisi tersebut dapat
disiasati sehingga menimbulkan dampak yang positif. Jadi kemampuan adaptasi tidak hanya menunjukkan kemampuan untuk menekan dampak negatif dari suatu kejadian,
tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan potensinya sehingga menimbulkan dampak yang positif.
4.3. Evaluasi Kesesuaian Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson untuk Bidang
Kehutanan
Berdasarkan hasil kajian literatur, yang difokuskan pada prinsip dasar penentuan klasifikasi iklim Oldeman dan Schmidth-Fergusson maka terdapat
beberapa perbedaan. Dengan adanya perbedaan ini tentunya dalam aplikasinya pun akan berbeda, terutama untuk kepentingan evaluasi kesesuaian tanaman terhadap
iklim di wilayah tertentu. Untuk lebih jelasnya bagaimana perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 9. Perbedaan Prinsip Dasar Penentuan Klasifikasi Oldeman dan Schmidth-Fergusson
Dasar Penentuan Klasifikasi Iklim
Klasifikasi Ikli m Kl asifikasi
Oldeman Sc hmidth-Fergusson
Hidrologi Kebutuhan Tan. Padi dan Palawija
Penguapan Bulan Basah 200 mm
Bulan Basah 100 mm Bulan Kering 100 mm
Bulan Kering 60 mm Penghitungan Bulan Basah
dan Bulan Ke ring Jumlah bulan basah dan
Nilai Q = Rata-rata bulan kering bulan ke ring
Rata-rata bulan basah Aplikasi
Pertanian Tan. Pangan Kehutanan dan Perkebunan
Curah Hujan Rataan seluruh data
Se tiap tahun Penentuan akhir
Gambar 21. Peta Overlay Tutupan Lahan dengan Peta Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 22. Peta Overlay Tutupan Lahan Dengan Peta Klasifikasi Iklim Oldeman
Berdasarkan hasil evaluasi peta klasifikasi iklim Oldeman dan Schmidth- Fergusson yang dioverlay dengan peta tutupan lahan seperti terlihat pada Gambar
21 bisa kita lihat bahwa di Kabupaten Labuhan Batu wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan Schmidth-Fergusson A dan B dengan zone agroklimatnya hutan hujan
tropis sesuai dengan tutupan lahannya yang didominasi oleh perkebunan dan hutan. Sedangkan dari Gambar 22 bisa kita lihat bahwa di Kabupaten Labuhan Batu,
wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan Oldeman C1, D1 dan E1 dengan zone agroklimat padi dan palawija secara umum tidak sesuai dengan tutupan lahannya
yang didominasi oleh perkebunan dan hutan. Berdasarkan uraian tersebut maka
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
dapat dikatakan bahwa untuk bidang perkebunan dan kehutanan lebih tepat digunakan klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson, sedangkan untuk tanaman pangan
pangan dan palawija lebih tepat digunakan klasifikasi iklim Oldeman.
4.4. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dengan Memanfaatkan