Dengan demikian tingkat resiko kekeringan atau kebanjiran akan semakin besar. Indonesia bagian Utara Sulawesi Utara, Kalimantan Utara dan Sumatera
bagian Utara, curah hujan musim hujan akan semakin berkurang sedangkan curah hujan musim kemarau akan cenderung semakin tinggi, khususnya Kalimatan bagian
Utara. Hasil uji statistik menunjukan adanya perbedaan yang nyata antara jumlah bulan basah dan bulan kering pada periode tahun 1970-1993 dengan periode tahun
1970-2008 hal tersebut menunjukan bahwa indikasi adanya perubahan iklim di Sumatera Utara telah terjadi. Adanya bukti ini dapat dijadikan sebagai landasan
bagi kita semua untuk tidak lagi mengabaikan aspek perubahan iklim.
4.2. Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman dan Schmidth-Fergusson
Dari 265 data curah hujan yang digunakan dengan menggunakan software GIS maka didapat hasil peta klasifikasi iklim Oldeman Gambar 5 dan Tabel 6 dan
Schmidth-Fergusson Gambar 6 dan Tabel 7.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 5. Peta Klasifikasi Iklim Oldeman Tahun 2009 Tabel 6. Klasifikasi Iklim Oldeman Tahun 2009 di Masing-masing Kabupaten
Kota Provinsi Sumatera Utara
KLASIFIKASI IKLIM KLASIFIKASI IKLIM
OLDEMAN TAHUN 2009 OLDEMAN TAHUN 2009
1 Langkat
A1, B1, C1, D1, D2, E2, E3 15
Tobasa C1, D1, D2, E1, E2
2 Binjai
B1, C1, D1, D2 16
Samosir C1, D1, E1, E2
3 Deli Serdang
C1, D1, D2, E2, E3 17
Humbahas A1, C1, D1, E1, E2
4 Medan
C1, D1, D2, E2 18
Tapanuli Utara A1, D1, E1, E2
5 Serdang Bedagai
C1, D1, D2, E1, E2, E3 19
Tapanuli Tengah A1, C1, D1
6 Tebing Tinggi
D1, E1, E2, E3 20
Labuhan Batu C1, D1, E1
7 Karo
C1, D1, D2, E1, E2 21
Tapanuli Selatan A1, C1, D1, E1, E2
8 Dairi
C1, D1, D2, E1, E2 22
Padang Sidempuan D1, E1, E2
9 Pak-Pak Barat
C1, D1, E1 23
Padang Lawas Utara D1, E1, E2
10 Simalungun B1, C1, D1, D2, E1, E2, E3
24 Padang Lawas
D1, D2, E1, E2 11 Pematang Siantar
C1, D1 25
Mandailing Natal C1, D1, E1, E2
12 Asahan C1, D1, D2, E1, E2, E3
26 Nias
A1, C1, D1 13 Tanjung Balai
D1, D2, E2 27
Nias Selatan C1, D1
14 Batu Bara C1, D1, D2, E1, E2, E3
NO KABKOTA
NO KABKOTA
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 6. Peta Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson Tabel 7. Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson di Masing-masing Kabupaten
Kota Provinsi Sumatera Utara
KLASIFIKASI IKLIM KLASIFIKASI IKLIM
SCHMIDTH-FERGUSSON SCHMIDTH-FERGUSSON
1 Langkat
A, B 15 Tobasa
A, B, C, D, E 2
Binjai A, B
16 Samosir A, B, C
3 Deli Serdang
A, B, C 17 Humbahas
A, B, C 4
Medan A, B
18 Tapanuli Utara A, B
5 Serdang Bedagai
A, B, C, D 19 Tapanuli Tengah
A, B 6
Tebing Tinggi B, C
20 Labuhan Batu A, B
7 Karo
B, C, D 21 Tapanuli Selatan
A, B 8
Dairi A, B, C, D
22 Padang Sidempuan B
9 Pak-Pak Barat
A, B 23 Padang Lawas Utara
A, B, C 10 Simalungun
A, B, C 24 Padang Lawas
B, C 11 Pematang Siantar
A 25 Mandailing Natal
A, B, C 12 Asahan
A, B, C, D 26 Nias
A 13 Tanjung Balai
B 27 Nias Selatan
A, B 14 Batu Bara
B, C, D NO
KABKOTA NO
KABKOTA
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 8. Klasifikasi Iklim Oldeman Tahun 2009 dan 1993
KLASIFIKASI IKLIM KLASIFIKASI IKLIM
OLDEMAN TAHUN 1993 OLDEMAN TAHUN 2009
1 Langkat
A, B1, C1, D2, E2 A1, B1, C1, D1, D2, E2, E3
2 Binjai
B1, C1, D1 B1, C1, D1, D2
3 Deli Serdang
A, D1, E2 C1, D1, D2, E2, E3
4 Medan
D1 C1, D1, D2, E2
5 Serdang Bedagai
A, C1, D1, E2 C1, D1, D2, E1, E2, E3
6 Tebing Tinggi
D1, E2 D1, E1, E2, E3
7 Karo
D1, E2 C1, D1, D2, E1, E2
8 Dairi
C1, D1 C1, D1, D2, E1, E2
9 Pak-Pak Barat
C1, D2 C1, D1, E1
10 Simalungun A, C1, D1, E2
B1, C1, D1, D2, E1, E2, E3 11 Pematang Siantar
C1 C1, D1
12 Asahan C1, D1, E2
C1, D1, D2, E1, E2, E3 13 Tanjung Balai
D1, E2 D1, D2, E2
14 Batu Bara E2
C1, D1, D2, E1, E2, E3 15 Tobasa
C1, D1, E2 C1, D1, D2, E1, E2
16 Samosir E2
C1, D1, E1, E2 17 Humbahas
A, D1, E2 A1, C1, D1, E1, E2
18 Tapanuli Utara A, C1, D1
A1, D1, E1, E2 19 Tapanuli Tengah
A A1, C1, D1
20 Labuhan Batu C1, D1
C1, D1, E1 21 Tapanuli Selatan
A, C1, D1, E2 A1, C1, D1, E1, E2
22 Padang Sidempuan E2
D1, E1, E2 23 Padang Lawas Utara
C1, D1, E2 D1, E1, E2
24 Padang Lawas D1, E2
D1, D2, E1, E2 25 Mandailing Natal
A, E2 C1, D1, E1, E2
26 Nias B1
A1, C1, D1 27 Nias Selatan
B1 C1, D1
NO KABKOTA
Berdasarkan hasil rincian tabel di atas dapat dilihat bahwa peta Oldeman tahun 1993 telah mengalami banyak perubahan, dengan kecenderungan terjadinya
pertambahan jumlah klasifikasi Oldemannya. Pada Klasifikasi iklim Oldeman tahun 1993 terdapat 6 klasifikasi A, B1, C1, D1, D2, E2 sedangkan pada Klasifikasi
Oldeman tahun 2009 terdapat 8 klasifikasi A1, B1, C1, D1, D2, E1, E2, E3. Hal ini menunjukkan bahwa di Sumatera Utara telah terjadi pergeseran pola hujan dalam
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
rentang waktu 1970-2008. Jika dibandingkan dari penampilan petanya dilihat dengan jelas bahwa terjadi penurunan luasan terutama wilayah klasifikasi iklim C1 dan A1,
pada klasifikasi iklim 2009 Gambar 5 luasan klasifikasi iklim C1 dan A1 menjadi lebih kecil dibandingkan dengan peta Oldeman tahun 1993 Gambar 7.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Iklim Oldeman Tahun 1993
Hasil pengolahan data curah hujan tahun 1970-2008 didapatkan klasifikasi Oldeman sebagai berikut:
a. Klasifikasi Oldeman A1
Klasifikasi iklim Oldeman tipe A1 ini terdapat di KabupatenKota: Langkat, Humbahas, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Nias.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 8. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe A1
Pola hujan pada Tipe A1 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 10 bulan
Maret-Desember dan tidak terjadi hujan yang 100 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 3108-4388 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 3822
mm. Zona agroklimat pada Tipe A1 adalah sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah
sepanjang tahun. b.
Klasifikasi Oldeman B1 Klasifikasi iklim Oldeman tipe B1 ini terdapat di KabupatenKota: Langkat,
Binjai, dan Simalungun.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 9. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe B1
Pola hujan pada Tipe B1 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 8 bulan Mei-
Desember dan tidak terjadi hujan yang 100 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 2595-3104 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 2933 mm. Zona
agroklimat pada Tipe B1 adalah sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim tanam yang baik.
c. Klasifikasi Oldeman C1
Klasifikasi iklim Oldeman tipe C1 ini terdapat di KabupatenKota: Langkat, Binjai, Deli Serdang, Medan, Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Pak-Pak Barat,
Simalungun, Pematang Siantar, Asahan, Batu Bara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias dan Nias Selatan.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 10. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe C1
Pola hujan pada Tipe C1 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 5 bulan
Agustus-Desember dan terjadi hujan yang 100 mm pada bulan Pebruari. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1750-3957 mm, rata-rata jumlah curah hujan
tahunannya 2729 mm. Zona agroklimat pada Tipe C1 adalah dapat tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun.
d. Klasifikasi Oldeman D1
Klasifikasi iklim Oldeman tipe D1 ini terdapat di seluruh KabupatenKota Sumatera Utara.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 11. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe D1
Pola hujan pada Tipe D1 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 4 bulan
Agustus-Nopember dan terjadi hujan yang 100 mm pada bulan Pebruari. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1705-3085 mm, rata-rata jumlah curah hujan
tahunannya 2274 mm. Zona agroklimat pada Tipe D1 adalah tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan fluks radiasi
surya tinggi, waktu tanam palawija cukup. e.
Klasifikasi Oldeman D2 Klasifikasi iklim Oldeman tipe D2 ini terdapat di KabupatenKota: Langkat,
Binjai, Deli Serdang, Medan, Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Simalungun, Asahan, Tanjung Balai, Tobasa, dan Padang Lawas.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 12. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe D2
Pola hujan pada Tipe D2 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 3 bulan
September-Nopember dan curah hujan yang 100 mm berturut-turut terjadi selama 2 bulan Pebruari-Maret. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1749-2409 mm,
rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 1911 mm. Zona agroklimat pada Tipe D2 adalah hanya mungkin tanam padi satu kali atau palawija sekali setahun, tergantung
pada adanya persediaan air irigasi. f.
Klasifikasi Oldeman E1 Klasifikasi iklim Oldeman tipe E1 ini terdapat di KabupatenKota: Serdang
Bedagai, Binjai, Tebing Tinggi, Karo, Dairi, Pak-Pak Barat, Simalungun, Asahan, Batu Bara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli Utara, Labuhan Batu, Tapanuli
Selatan, Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Mandailing Natal.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 13. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe E1
Pola hujan pada Tipe E1 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 2 bulan
September-Oktober dan terjadi hujan yang 100 mm pada bulan Pebruari. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1615 – 2145 mm, rata-rata jumlah curah hujan
tahunannya 1922 mm. Zona agroklimat pada Tipe E1 adalah daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali tanam palawija, itu pun tergantung pada
ada tidaknya hujan. g.
Klasifikasi Oldeman E2 Klasifikasi iklim Oldeman tipe E2 ini terdapat di KabupatenKota: Langkat,
Deli Serdang, Medan, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Karo, Dairi, Simalungun, Asahan, Tanjung Balai, Batu Bara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Mandailing Natal.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 14. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe E2
Pola hujan pada Tipe E2 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 2 bulan
September-Oktober dan curah hujan yang 100 mm berturut-turut terjadi selama 2 bulan Januari-Pebruari. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1172-2233 mm, rata-
rata jumlah curah hujan tahunannya 1685 mm. Zona agroklimat pada Tipe E2 adalah daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali tanam palawija, itu
pun tergantung pada ada tidaknya hujan. h.
Klasifikasi Oldeman E3 Klasifikasi iklim Oldeman tipe E3 ini terdapat di KabupatenKota: Deli
Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Simalungun, Asahan, dan Batu Bara.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 15. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Oldeman Tipe E3
Pola hujan pada Tipe E3 seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 200 mm berturut-turut terjadi selama 1 bulan
Oktober dan curah hujan yang 100 mm berturut-turut terjadi selama 4 bulan Januari-April. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1027-1823 mm, rata-rata
jumlah curah hujan tahunannya 1488 mm. Zona agroklimat pada Tipe E3 adalah daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali tanam palawija, itu
pun tergantung pada ada tidaknya hujan. Hasil pengolahan data curah hujan tahun 1970-2008 didapatkan klasifikasi
Schmidth-Fergusson sebagai berikut: a.
Klasifikasi Schmidth-Fergusson A Klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson tipe A ini terdapat hampir di seluruh
KabupatenKota Sumatera Utara, kecuali: Tebing Tinggi, Karo, Tanjung Balai, Batu Bara, Padang Sidempuan dan Padang Lawas.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 16. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Schmidth-Fergusson Tipe A
Pola hujan pada Tipe A seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 100 mm terjadi selama 12 bulan Januari-
Desember dan tidak terjadi hujan yang 60 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1705-4338 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 2687 mm. Rata-rata
jumlah bulan keringnya adalah 1 bulan. Zona agroklimat pada Tipe A adalah daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.
b. Klasifikasi Schmidth-Fergusson B
Klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson tipe B ini terdapat hampir di seluruh KabupatenKota Sumatera Utara, kecuali: Pematang Siantar, dan Nias.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 17. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Schmidth-Fergusson Tipe B
Pola hujan pada Tipe B seperti terlihat pada grafik di atas menunjukan bahwa jumlah curah hujan yang 100 mm terjadi selama 12 bulan Januari-Desember dan
tidak terjadi hujan yang 60 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1480-2751 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 1931 mm. Rata-rata jumlah bulan
keringnya adalah 2 bulan. Zona agroklimat pada Tipe B adalah daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis.
c. Klasifikasi Schmidth-Fergusson C
Klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson tipe C ini terdapat di KabupatenKota: Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Karo, Dairi, Simalungun, Asahan,
Batu Bara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Mandailing Natal.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 18. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Schmidth-Fergusson Tipe C
Pola hujan pada Tipe C seperti terlihat pada grafik di atas menunjukan bahwa jumlah curah hujan yang 100 mm terjadi selama 10 bulan Januari-Mei; Agustus-
Desember dan tidak terjadi hujan yang 60 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1283-2083 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 1629 mm. Rata-rata
jumlah bulan keringnya adalah 3 bulan. Zona agroklimat pada Tipe C adalah daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat jenis vegetasi yang
daunnya gugur pada musim kemarau, misalnya Jati. d.
Klasifikasi Schmidth-Fergusson D Klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson tipe D ini terdapat di KabupatenKota:
Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Asahan, Batu Bara dan Tobasa.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 19. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Schmidth-Fergusson Tipe D
Pola hujan pada Tipe D seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 100 mm terjadi selama 4 bulan September-
Desember dan tidak terjadi hujan yang 60 mm. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1172-1319 mm, rata-rata jumlah curah hujan tahunannya 1213 mm. Rata-rata
jumlah bulan keringnya adalah 5 bulan. Zona agroklimat pada Tipe D adalah daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.
e. Klasifikasi Schmidth-Fergusson E
Klasifikasi iklim Schmidth-Fergusson tipe E ini terdapat di Kabupaten Tobasa.
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 20. Grafik Histogram Rataan Curah Hujan pada Klasifikasi Schmidth-Fergusson Tipe E
Pola hujan pada Tipe E seperti terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang 100 mm terjadi selama 4 bulan September-Desember,
curah hujan hujan yang 60 mm terjadi selama 3 bulan Januari-Maret. Jumlah curah hujan tahunannya antara 1027-1088 mm, rata-rata jumlah curah hujan
tahunannya 1058 mm. Rata-rata jumlah bulan keringnya adalah 7 bulan. Zona agroklimat pada Tipe E adalah daerah agak kering dengan vegetasi hutan Sabana.
Pada peta Oldeman hasil olahan tahun 2009 terlihat bahwa terjadi penurunan luasan wilayah tipe iklim dibanding peta Oldeman tahun 1993. Pada peta Oldeman
tahun 1993 seluruh Tapanuli Tengah sampai ke daerah pesisir Tapsel dan Madina adalah tipe iklimnya A, sedangkan pada peta Oldeman tahun 2009 Tapanuli Tengah
hanya sebagian kecil yang tipenya A, selebihnya didominasi oleh tipe iklim C1. Daerah pesisir Tapsel berubah menjadi C1 dan pesisir Madina berubah menjadi D1.
Kepulauan Nias dari tipe B1 pada peta Oldeman tahun 1993 menjadi dominan C1 dan
Ayi Sudrajat : Pemetaan Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Schmidth-Fergusson Sebagai Upaya Pemanfaatan Sumber Daya Iklim Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Sumatera Utara, 2010.
D1. Namun secara umum wilayah Sumatera Utara didominasi oleh tipe D1. Adanya informasi perubahan ini tentunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk
mengantisipasi kejadian yang ekstrim yang berdampak negatif dengan teknik adaptasi penyesuaian seluruh kegiatan terhadap kondisi iklim. Menurut IPCC 2001
kemampuan adaptasi adaptive capacity merujuk pada kemampuan dari suatu sistem misalnya pertanian untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap keragaman
iklim saat ini dan akan datang, termasuk kejadian iklim ekstrim, sehingga dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat ditekan atau sebaliknya kondisi tersebut dapat
disiasati sehingga menimbulkan dampak yang positif. Jadi kemampuan adaptasi tidak hanya menunjukkan kemampuan untuk menekan dampak negatif dari suatu kejadian,
tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan potensinya sehingga menimbulkan dampak yang positif.
4.3. Evaluasi Kesesuaian Klasifikasi Iklim Schmidth-Fergusson untuk Bidang