Penggolongan Bank yang Bermasalah

38 BAB III PENYELESAIAN BANK YANG BERMASALAH

A. Penggolongan Bank yang Bermasalah

Bank Indonesia melakukan tugas pengawasan bank berdasarkan Pasal 37 ayat 2 UU Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank yang sebagian telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 738PBI2005 serta Surat Edaran Intern Nomor 943Intern tanggal 15 November 2007 perihal PedomanPelaksanaan Ketentuan Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank. Suatu bank dikatakan bermasalah jika bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yang bisa membahayakan kesulitan yang bisa membahayakan kelangsungan usahanya, yakni kondisi usaha bank semakin memburuk, yang antara lain ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas serta pengelolaan bank yang tidak dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat. Ini berarti bank yang tidak bermasalah adalah bank yang kegiatan usahanya berkembang secara wajar, tanpa mengalami kesulitan yang berarti dalam segi permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas. 52 Kamus BI menjelaskan bank bermasalah adalah problem banktroubled bank yaitubank yang mempunyai rasio atau nisbah kredit tidak lancar yang tinggi 52 Rachmadi Usman, Op. Cit.,hlm. 143. 39 apabila dibandingkan dengan modalnya, bank yang dari hasil pemeriksaan nilai CAMEL-nya berada pada posisi empat kurang sehat atau lima tidak sehat pada daftar urutan kondisi bank, penilaian tersebut tidak disebarluaskan ke masyarakat, bank bermasalah akan lebih sering diperiksa daripada bank yang berkondisi sehat. Bank yang bermasalah dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu: 1. bank yang bermasalah struktural, yakni bank yang kondisinya sudah tergolong sangat parah tidak sehat dan setiap saat dapat terancam kelangsungan hidupnya. Karakteristik bank yang masuk dalam kategori ini biasanya antara lain kualitas aktiva produktif tidak sehat, akumulasi rugi cukup besar yang mengakibatkan modal menjadi negatif serta likuiditasnya sangat buruk. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh campur tangan pemilik dalam pengelolaan manajemen cukup besar antara lain dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan kepada grup atau kelompok dari pemilik; 2. bank yang bermasalah non-struktural, biasanya campur tangan pemilik tidak atau belum terlalu jauh dan kemudian pemilik menyadari kesalahan tersebut. Sementara itu, meskipun rentabilitas bank cenderung memburuk akibat kualitas aktiva produksi yang juga kurang menggembirakan, namun modal bank masih mencukupi ketentuan penyediaan modal minimum. Bank yang masuk dalam kategori ini tingkat kesehatannya biasanya kurang atau bisa juga tidak. Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank menjelaskan kriteria bank yang bermasalah. Dimana bank yang bermasalah tersebut dapat tergolong sebagai bank 40 dalam pengawasan intensif Insentive Supervision atau bank dalam pengawasan khusus Special Surveillance. Pasal 2 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank menetapkan kriteria bank yang termasuk dalam pengawasan intensif adalah jika bank memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut: a. memiliki predikat kurang sehat atau tidak sehat dalam penilaian tingkat kesehatan bank; b. memiliki permasalahan aktual dan atau potensial berdasarkan penilaian terhadap keseluruhan risiko composite risk; c. terdapat pelampauan dan atau pelanggaran batas maksimum pemberian kredit dan menurut penilaian BI langkah-langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilai tidak dapat diterima atau tidakmungkin dicapai; d. terdapat pelanggaran posisi devisa neto dan menurut penilaian BI langkah- langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilaitidak dapat diterima atau tidak mungkin dicapai; e. memiliki rasio giro wajib minimum dalam rupiah sama dengan ataulebih besar dari rasio yang ditetapkan untuk giro wajib minimum bank, namun bank dinilai mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar; f. dinilai memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar; g. memiliki kredit bermasalah non-performing loan secara neto lebih dari 5 lima perseratus dari total kredit. Pasal 5 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 69PBI2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank menetapkan kriteria bank yang termasuk dalam pengawasan khusus adalah jika bank memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut: a. rasio kewajiban penyediaan modal minimum kurang dari 8 delapanperseratus; b. rasio giro wajib minimum dalam rupiah kurang dari rasio yangditetapkan untuk giro wajib minimum bank, dengan perkembangan yang memburuk dalam waktu singkat atau berdasarkan penilaian BI mengalami permasalahan likuiditas yang mendasar. 41 Sebuah bank yang beroperasi bermasalah atau tidak, dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan fundamental dan teknikal. Mencermati sisi fundamental merupakan pendekatan melalui kinerja keuangan bank, yang terdiri atas total aset, rasio kecukupan modal capital adequacy ratio -CAR, NPL-Gross non performing loankredit bermasalah, return on asset ROA dan return on equity ROE untuk laba, net interest margin NIM, loan to deposit ratio LDR, dan produktivitas pegawai employee productivityEP. Sedangkan mencermati sisi teknikal merupakan penilaian atas kinerja saham bank-bank yang telah melantai listed di Bursa Efek Indonesia. Penilaian ini berdasarkan perhitungan return saham dan volatilitas perubahan saham terhadap pasar. Untuk menilai sisi teknikal ini diperlukan metode snail trail jejak bekicot. Gunanya untuk mengukur kinerja portofolio perbankan untuk jangka panjang, biasanya minimal lima tahun. 53 Mulai dari aset, besarnya aset yang dimiliki sebuah bank tidak berarti apa- apa jika seluruhnya merupakan aset berisiko. Yang terpenting disini bagaimana kualitas aset produktifnya, semakin kecil kredit macetnya berarti semakin berkualitas. Oleh karena itu, untuk mengukur kesehatan suatu bank, indikator total aset harus dipadukan dengan indikator lainnya. CAR sebagai bamper resiko merupakan daya tahan suatu bank. Makin besar CAR suatu bank, berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula. BI menetapkan standar minimum CAR untuk perbankan sebesar 8.Artinya, untuk setiap ekspansi kredit Rp1.000, bank harus menyediakan modal sendiri minimal Rp80. Tanpa modal 53 Sapto Jumono, “Bank Sehat” http:www.esaunggul.ac.idarticlebank-sehat-2 diakses pada tanggal 23 september 2015. 42 yang kuat, mustahil bank dapat melanjutkan ekspansi kredit. Selanjutnya, NPL atau kredit tidak lancar. Yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank yang memiliki tingkat NPL lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. Namun, sebuah bank yang memiliki NPL sangat kecil tidak serta- merta hampir seluruh kredit bank tersebut adalah kredit lancar, dan menunjukkan betapa sehatnya bank tersebut. NPL yang sangat kecil dapat saja dicapai bank yang hanya sedikit menyalurkan kreditnya. 54 Pertama, tingkat bunga bank, makin tinggi bunga yang ditawarkan, terutama jika dibandingkan dengan bank yang beraset setara, makin tinggi pula risiko bank tersebut. Bank merupakan lembaga perantara intermediary yang dalam mengelola dananya harus berpegang pada prinsip kesesuaian jatuh tempo maturity. Bank yang berhati-hati biasanya menyalurkan dana masyarakat berjangka pendek menjadi kredit jangka pendek pula. Sedangkan kredit jangka panjang didanai dari dana jangka panjang. Dalam prakteknya, ada bank-bank yang menggunakan dana jangka pendek untuk membiayai proyek properti yang jelas- Return On Asset dan Return On Equity, masing-masing adalah indikator laba usaha dan laba bersih yang dihitung berdasarkan total aset dan total ekuitasnya. Dengan beberapa panduan itu, sebuah bank akan terukur apakah sebuah bank bermasalah atau tidak. Cara lain untuk melihat sebuah bank bermasalah atau tidak adalah dengan cara mengamati tingkat bunga, struktur kepemilikan dan manajemen, serta pertumbuhan asetnya. 54 Ibid. 43 jelas berjangka panjang. Hal ini jelas-jelas melanggar prinsip kehati-hatian prudential banking. 55 55 Ibid. Persoalan menjadi semakin kacau balau kalau pengembalian kredit jangka panjang, dipastikan, bank akan menghadapi persoalan likuiditas. Di satu sisi, bank harus membayar dana masyarakat yang jatuh tempo. Akan tetapi di sisi lain, sumber untuk membayar deposito itu tidak ada. Sebab, dananya sudah tertanam di kredit berjangka panjang. Untuk menyiasati persoalan seperti itu, bank biasanya akan lari ke pasar uang dan mencari pinjaman di sana. Namun, ongkosnya sangat mahal dan belum tentu dana yang dibutuhkan tersedia. Alhasil, bank terpaksa mencari dana-dana baru dari masyarakat. Agar menarik, bank kemudian mematok bunga yang sangat tinggi. Sering kali jauh lebih tinggi ketimbang suku bunga yang berlaku umum. Namun, hal itu sama saja dengan gali lubang tutup lubang. Ketika lubang itu sudah tidak dapat lagi ditutupi, seperti yang ditunjukkan pengalaman, puluhan bank terpaksa dilikuidasi. Oleh karena itu, sebaiknya hindari menempatkan dana pada bank-bank yang memasang bunga terlalu tinggi. Kedua, struktur kepemilikan dan manajemen, banyak bank yang bermasalah adalah bank-bank yang manajemen dan pemiliknya memiliki pertalian yang terlalu erat. Katakanlah, bank dimiliki oleh si A. Kemudian, yang menjadi direktur atau jajaran manajemennya adalah kerabat si A. Jika seperti itu, sangat besar kemungkinannya terjadi persekongkolan di antara mereka. Atau, manajemen cuma jadi boneka. 44 Bank-bank ada pula yang dimiliki satu orang atau mayoritas tunggal. Pemilik yang terlalu berkuasa biasanya cenderung melakukan intervensi. Apalagi kalau pemilik memiliki bidang usaha lain yang membutuhkan kredit. Bukan tidak mungkin, banknya hanya dijadikan sapi perah. Umumnya, bank yang hanya dimiliki satu orang akan sulit beroperasi secara profesional. Sebab, tidak ada pengawasan yang seimbang balancing control dari pihak lain. Jadi, jangan terlalu menaruh harapan terhadap bank yang kepemilikannya hanya dikuasai satu orang. 56 Ketiga, pertumbuhan aset, waspadai bank yang jumlah asetnya secara tiba- tiba menjadi begitu besar. Meskipun pertumbuhan merupakan hal yang baik, lazimnya, hal itu harus bertahap. Sangat riskan kalau aset bank tiba-tiba Pertanyaannya adalah bagaimana mengetahui sebuah bank dikuasai mayoritas tunggal atau tidak. Cara mengetahuinya sangatlah mudah, cari laporan keuangan publikasi bank yang ada di surat kabar. Cermati bagian bawah laporan keuangan tersebut. Biasanya, ada kolom mengenai pemilik bank lengkap dengan presentase kepemilikannya. Dari kolom tersebut, akan ditemukan apakah bank bersangkutan dimiliki segelintir pemegang saham atau tidak. Lebih dari itu, jika pemilik bank itu berupa perusahaan, juga akan diketahui apakah perusahaan yang memiliki bank itu merupakan grup usaha atau bukan. Kesimpulannya sederhana, jika mayoritas saham dimiliki grup usaha, pengalaman empiris memperlihatkan, sebagian kredit bank tersebut pasti disalurkan untuk grup usahanya. Sebaliknya harus berhati-hati dengan bank seperti itu. 56 Ibid. 45 membesar tanpa alasan jelas. Boleh jadi, bank tersebut terlalu ekspansif menyalurkan pinjaman. Bukan tidak mungkin bank tersebut terlalu banyak menyalurkan kredit kepada grup sendiri. Atau, malah bank itu mengkapitalisasi tunggakan bunga debitur menjadi pokok pinjaman baru. 57

B. Upaya Penyelesaian Bank yang Bermasalah