Penilaian Kesehatan Dalam Pengelolaan Bank

29 Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain. m. Preauthorized debit automatic bill payment Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tanggal tertentu dan biasanya dengan jumlah pembayaran tertentu misalnya pembayaran listrik, tagihan, telepon, dan lain-lain. n. Electronic Bill Presentment and Payment EBPP Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank. o. Electronic Fund Transfer EFT Perpindahan uang atau pinjaman dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik. p. Payroll card Diterbitkan oleh pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayarannya pada terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara elektronik.

C. Penilaian Kesehatan Dalam Pengelolaan Bank

30 Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana- dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula. Berdasarkan fungsi dan peranan bank tersebut, setiap negara senantiasa berupaya agar lembaga perbankan selalu berada dalam kondisi yang sehat, aman, dan stabil. Kesehatan suatu bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat akan menyebabkan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal. Terganggunya fungsi intermediasi maka alokasi dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai sektor- sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien, selain itu sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas kebijakan moneter. 31 Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun BI sebagai pembina dan pengawas. Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing- masing pihak tersebut perlu mengikatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. 32 Tingkat kesehatan bank adalah bankyang dapat menjalankan fungsi- fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga danmemelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,dapat melancarkan lalu lintas pembayaran serta dapat dipergunakan olehpemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakanmoneter. Faktor kepercayaan dari masyarakat juga merupakan faktor yang utama dalam menjalankan bisnis perbankan, sehingga bank dituntut untuk mempunyai kemampuan mengelola kinerja keuangan dengan baik agar dapat menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. 33 Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar BI. 34 Oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai berikut: 35 1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; 32 Ibid., hlm. 129. 33 VethzalRivai, Bank and Financial Institution Management Jakarta: Rajawali Pers, 2007, hlm. 118. 34 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, hlm. 185. 35 Rachmadi Usman,Op. cit., hlm. 129. 32 2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan. 36 Bank agar selalu sehat, ditetapkan kriteria-kriteriatertentu, yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut: 37 1. Batas Maksimum Pemberian Kredit BPMK atau sering juga disebut sebagai Legal Lending Limit 3L, yaitu larangan memberikan kredit untuk perusahaan- perusahaan terafiliasi satu kelompok dengan bank tersebut melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan, yang saat ini batas maksimum tersebut adalah 20 dari modal setor. 2. Berdasarkan Peraturan BI No. 9PBI2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum mencakup fakto-faktor meliputi Capital, Asset, Management, Earning,dan Liquidity CAMEL oleh sebab itu Surat Keputusan Direksi BI No. 3011KEPDIR tanggal 30 April 1997 tentang cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, Pasal 2 dinyatakan tidak berlaku lagi. 38 Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sanksi dari BI sebagai pengawas dan pembina bank-bank. 39 36 Ibid. 37 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Cetakan I Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 40-41. 38 Ibid. 39 Kasmir, Op. cit., hlm. 44. 33 Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantitatif dimaksud dilakukan dengan penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas yang disingkat dengan sebutan CAMEL capital, asset quality, management quality, earnings, and liquidity. 40 Tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan CAMELadalah sebagai berikut : 41 1. Permodalan Capital Permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasrkan kepada CAR Capital Adequaci Ratio. 42 Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modalterhadap Aktiva Terimbang Menurut Resiko ATMR. Sedangkanpenilaian terhadap Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMMberdasarkan Pasal 2 PBI No. 1015PBI2008 Tentang KewajibanPenyediaan Modal Minimum Bank Umum bank ditetapkan sebagaiberikut: 43 a. Pemenuhan KPMM sebesar 8 diberi predikat “sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0, 1 dari pemenuhan KPMM sebesar 8 nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100. 40 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 130. 41 Munir Fuady, Op. cit., hlm. 40. 42 Kasmir, Op. cit.,hlm. 44. 43 Ibid. 34 b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8 sampai dengan 7,9 diberi predikat “kurang sehat” dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0, 1 dari pemenuhan KPMM sebesar 7, 9 nilai kredit dikurangi 1 dengan minimal 0. 2. Kualitas Aktiva Produktif Assets Quality Penilaian terhadap KAP didasarkan atas 2 dua rasio, yaitu : a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif sebesar 15,5 atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan 0,15 mulai dari 15,5 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100. b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh Bank terhadap penyisihan aktiva produktif yang dibentuk oleh Bank sebesar 0 diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1 dimulai dari 0, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 10. 3. Manajemen Managemant Penilaian terhadap manajemen mencakup 2 dua komponen, yaitu: manajemen umum dan manajemen resiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan. 44 44 Ibid., hlm. 41. Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen 35 likuiditas. Penilaian kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset, dan rentabilitas, tetapi kini penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja. 45 4. Rentabilitas Earning Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 dua rasio, yaitu : 46 a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. 5. Likuiditas Liquidity Rasio untuk penilaian likuiditas dibagi atas 2 dua , yaitu : a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dalam rupiah. b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank dalam rupiah dan valas. Kemudian ada aspek penilaian tambahan yang disebut sensitivitas Sensitivity. Aspek ini mulai diberlakukan oleh BI sejak bulan Mei 2004. Seperti kita ketahui dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu: tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan resiko yang harus dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. 45 Kasmir, Op. cit., hlm. 45. 46 Munir Fuady, Op. cit., hlm. 41. 36 Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan. 47 Kriteria lain yang merupakan syarat-syarat bank sehat yaitu: 48 1. Perbandingan pinjaman terhadap simpanan atau yang sering disebutdengan Loan to Deposit Ratio LDR, yang dalam hal ini ditetapkansebesar 110 . 2. Kualitas Aktiva Produktif KAP. 3. Posisi Devisa Netto PDN. 4. Margin Trading Limit MTL, yaitu adanya batasan tertentu celling dalam hal bank melakukan kegiatan margin trading. 5. Kewajiban modal setor menjadi 50 miliar rupiah bagi bank umum nondevisa dan 150 miliar rupiah bagi bank devisa. 6. Kewajiban Giro Wajib Minimum GWM atau Reserve RequirementRR sebesar 5 dari total dana Pihak ketiga yang dihimpun. Giro wajib minimum adalah sejumlah dana yang harus disetorkan kepada bank sentral. 49 7. Margin pendapatan bunga bersih. 8. Return on Average Assets ROA, yaitu angka yang menunjukan berapa besar relative laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. 9. Return on Average Equity RAE, yaitu cara penilaian kesehatan bank dilihat dari laba bersih setelah pajak dibagi dengan modal. 10. Debt to Equity DER, yaitu perbandingan kredit terhadap modal. 11. Kemampuan untuk melunasi utang Working Capital Ratio. 50 47 Kasmir, Op. cit., hlm. 46. 48 Munir Fuady, Op. cit., hlm. 40-41. 49 Mandala manurung, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2004, hlm. 89. 37 Masing-masing aspek di atas diberikan nilai, kemudian dijumlahkan secara keseluruhan dari komponen yang dinilai, hasil dari penilaian ini ditetapkan ke dalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut: 51 a. nilai kredit 81 - 100 mendapat predikat “Sehat”; b. nilai kredit 66 - 81 mendapat predikat “Cukup Sehat”; c. nilai kredit 51 - 66 mendapat predikat “Kurang Sehat”; d. nilai kredit 0 - 51 mendapat predikat “Tidak Sehat”. 50 Munar Fuady, Op. cit., hlm. 41. 51 Kasmir, Op. cit., hlm. 46-47. 38 BAB III PENYELESAIAN BANK YANG BERMASALAH

A. Penggolongan Bank yang Bermasalah