Fungsi Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penyehatan Bank

e. pemeriksaan bank. Otoritas Jasa Keuangan dalam hal melakukan pengawasan perbankan tetap melakukankoordinasi dan kerja sama dengan BI yang merupakan Bank Sentraldi Indonesia yang tata cara koordinasinya diatur bersama antara OJK dan BI. 92

B. Fungsi Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penyehatan Bank

Artinya walaupun sebagian wewenang dari BI telahberalih kepada OJK, masi ada hubungan secara terintegrasi antara BI selaku Bank Sentral dengan OJK selaku lembaga pengawas disektor jasa keuangan mengenai kewenangan pengawasan di sektor perbankan. Lahirnya UU OJK memberi kewenangan penuh OJK dalam melakuan pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. 93 92 Penjelasan Pasal 39 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 93 Pasal 4 Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa keuangan. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Pasal 7 huruf b menjelaskan, bahwa OJK mempunyai wewenang pengaturan dan kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitur; 4. pengujian kredit credit testing ; dan 5. standar akuntansi bank; Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan antara lain: 1. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank; 2. Sistem informasi perbankan yang terpadu; 3. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri; 4. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya; 5. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank; dan 6. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi. Otoritas Jasa Keuangan dalam hal mengindikasikan bank tertentu mengalami kesulitan likuiditas danatau kondisi kesehatan semakin memburuk, OJK segera menginformasikan ke BI untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan BI. Berkaitan dengan tugas pengawasan BI khususnya masalah penilaian kesehatan terhadap bank yang bermasalah. Misalnya Ketentuan dalam Pasal 31 dan Pasal 33 Undang-undang BI, menentukan kewenangan BI hanya sampai sebatas memberikan penilaian terhadap bank dan menghentikan sementara kegiatan transaksi tertentu. Untuk melakukan tindakan selanjutnya, BI tidak berwenang menentukan sehat atau tidak sehatnya bank dimaksud tersebut. Sebab kewenangan BI sebagai Bank Sentral berhenti pada tahap memberikan penilaian dan penghentian sementara kegiatan transaksi tertentu, kemudian selanjutnya dialihkan menurut ketentuan Pasal 40 Undang-undang OJK yang menentukan: 1. Dalam hal BI untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, BI dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada OJK. 2. Dalam melakukan kegiatan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, BI tidak dapat memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank. 3. Laporan hasil pemeriksaan bank sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada OJK paling lama 1 satu bulan sejak diterbitkannya laporan hasil pemeriksaan. Pengalihan kewenangan untuk menentukan tingkat kesehatan bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat 2, tidak ditujukan kepada OJK dan OJK sekalipun juga tidak berwenang menentukan sehat atau tidaknya bank dimaksud. Dalam rangka meningkatkan kinerja lembaga keuangan yang ada di Indonesia, dan untuk tetap menjaga stabilitas sistem perbankan, maka didalam Undang-undang OJK mengatur harus adanya hubungan kerjasama ataupun koordinasi dengan lembaga lain. Sistem koordinasi yang dapat dilakukan diantaranya koordinasi antara BI dengan OJK serta koordinasi antara OJK dengan LPS. 1. Sistem koordinasi OJK dengan BI Pihak yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap bank adalah OJK. Namun untuk melaksanakan wewenang tersebut, OJK memerlukan koordinasi dengan BI demi terwujudnya sistem perbankan yang sehat sehingga mendorong reformasi perekonomian bangsa ditengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif. 94 OJK harus tetap memiliki hubungan dengan BI terutama agar BI informasi yang tepat dan dapat mengakses data secara langsung dari bank umum untuk keperluan tertentu sehingga kebijakan moneter bisa berjalan aktif. Karena suatu kebijakan moneter tidak akan efektif bila otoritas moneter tidak mempunyai informasi yang tepat di sektor keuangan termasuk bank. 95 a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan BI dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan antara lain: Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum Bank bertujuan menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu bersaing secara nasional dan internasional, maka diperlukan penyesuaian struktur permodalan bank sesuai standar Internasional yang berlaku. 96 b. Sistem informasi perbankan yang terpadu 94 Penjelasan Pasal 43 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 95 Anwar Nasution, “Masalah-masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia”, http:www.lfip.orgenglishpdfbaliseminarMasalah20sistem20keuangan20dan20perban kan20-20anwar20nasution.pdf. diakses pada tanggal 28 september 2015. 96 Peraturan BI Nomor 321PBI2001 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Sistem Informasi Perbankan SIP adalah media penyajian informasi yang bersifat makro, individu bank, maupun informasi lain terkait lingkungan bisnis dari bank, menyajikan informasi yang berasal dari media massa, institusi pemerintah, maupun lembaga-lembaga lainnya serta menintegrasikan data-data yang tersebar pada sistem yang berbeda-beda. c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjam komersial luar negeri BI dan OJK berkoordinasi dalam membuat peraturan tentang penerimaan dana valuta asing, dan pinjam komersial luar negeri, serta membuat tata cara pelaksanaannya. Penerimaan ini dimaksudkan sebagai pelengkap pembiayaan APBN dan pembangunan, disamping sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan tabungan baik tabungan masyarakat dan sektor swasta. 97 d. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya Produk perbankan pada umumnya adalah berbagai macam bentuk simpanan di bank, pemberian kredit, pemberian jasa pembayaran dan peredaran uang serta bentuk jasa produk perbankan lainnya. Transaksi derivative yang merupakan suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari instrument yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks. 98 97 Penerimaan dan Pemberian Pinjaman, http:poenyariefdha.blogspot.com201111penerimaan-dan-pemberian-pinjaman.html. diakses pada tanggal 28 september 2015. 98 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hlm. 445. Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas pengawas perbankan tetap berkoordinasi dengan BI dalam membuat regulasi tentang produk perbankan, transaksi derivatif, dan kegiatan usaha bank lainnya. e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank Systemically Important Bank adalah suatu bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban, luas jaringan, atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan serta keterkaitan dengan sektor keuangan laindapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank-bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun financial, apabila bank tersebut mengalami gangguan dan gagal. 99 f. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki data atau informasi yang bersifat rahasia. Rahasia berarti sesuatu yang menurut peraturan perundang-undangan harus dirahasiakan. 2. Sistem koordinasi OJK dengan LPS Lembaga Penjamin Simpanan didirikan dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. LPS memiliki dua fungsi yaitu menjamin dana nasabah penyimpanan pada industri perbankan dan turut menjaga stabilitas sistem perbankan. Untuk mengefektifkan peran dan fungsi LPS, UU OJK menetapkan pengaturan hubungan antara OJK dengan LPS dengan memberikan kewenangan lebih luas kepada LPS yaitu dengan menetapkan Ketua 99 Pasal 39 huruf e Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dewan Komisioner LPS sebagai anggota FKSSK Forum Kordinasi Stabilitas Sistem Keuangan. 100 Undang-undang OJK juga menetapkan bahwa LPS dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang LPS sebagai lembaga yang menjamin simpanan masyarakat dan turut menjaga stabilitas sistem perbankan.Lingkup pemeriksaan yang dapat dilakukan LPS meliputi pemeriksaan premi, posisi simpanan bank tingkat bunga, kredit macet dan tercatat, bank bermasalah, kualitas asset serta kejahatan di sektor perbankan. 101 Otoritas Jasa Keuangan wajib memberikan informasi berkala kepada Lembaga Penjamin Simpanan mengenai laporan keuangan bank yang telah diaudit, hasil pemeriksaan bank dan kondisi kesehatan keuangan bank yang diatur dalam Pasal 38 ayat 2 UU OJK.Berdasarkan uraian diatas, maka hubungan Koordinasi dan kerja sama OJK, BI dan LPS serta lembaga lainnya dapat di simpulkan sebagai berikut: 102 a. Otoritas Jasa keuangan, BI, dan LPS membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi. b. Otoritas Jasa Keuangan, BI, dan LPS berbagi seluruh informasi tentang perbankan tirnely basis dengan menjaga kerahasian. c. Otoritas Jasa keuangan, BI, dan LPS bekerja samadalam kegiatan pemeriksaan bank. 100 Zulkarnain Sitompul, Op. Cit., hlm. 16. 101 Ibid. 102 Abdul Hanan, “Tugas, Wewenang dan Kedudukan OJK” Medan : disampaikan pada seminar Hukum dalam rangka meningkatkan pemahaman atas peran dan tujuan Otoritas Jasa Keuangan , 14 November 2013, hlm.3. d. Otoritas Jasa Keuangan segera menginformasikan ke BI terhadap bank yang mengalami kesulitan keuangan likuidasi atau kondisi memburuk untuk dilakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan BI lender of last resort. e. Otoritas Jasa Keuangan, Kementrian Keuangan, BI dan LPS bekerja sama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan dalam pencegahan serta penanganan krisis. f. Otoritas Jasa Keuangan bekerja sama dan berkoordinasi dengan instansi lain, termasuk penegakan hukum dalam rangka penyidikan dan perlindungan konsumen. g. Otoritas Jasa Keuangan OJK bekerja dan berkoordinasi dengan instansi lain nasional maupun internasional berdasarkan asas timbal balik yang seimbang.

C. Pengalihan Pengelolaan Bank Dalam Rangka Penyehatan Bank Oleh