Perlindungan Hukum Nasabah Terhadap Bank yang Bermasalah

58 danatau direksi sementara oleh BI serta disampaikan secara tertulis kepada bank yang bersangkutan. 74

C. Perlindungan Hukum Nasabah Terhadap Bank yang Bermasalah

Keterkaitan dan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan merupakan pilar dan unsur utama yang harus dijaga dan dipelihara. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Dengan demikian, maka bagi pemerintah dan kalangan perbankan perlu sekali untuk tetap selalu membangkitkan pemahaman yang benar dari masyarakat terhadap industri perbankan. Hal itu telah diatur dan merupakan satu kewajiban yang tercantum dalam UU Perbankan. Nasabah bank dapat dilihat sebagai konsumen yang menggunakan produk dan jasa-jasa perbankan. Dasar dari hubungan hukum yang terjadi antara nasabah penyimpan dengan bank adalah perjanjian. Hal ini dapat ditelusuri dengan melihat ketentuan bahwa simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan uang dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 75 Hubungan hukum antara nasabah dengan bank terjadi setelah kedua belah pihak menandatangani perjanjian untuk memanfaatkan produk jasa yang ditawarkan oleh bank. Dalam setiap produk bank selalu terdapat ketentuan- 74 Ibid., hlm. 146. 75 Jonker Sihombing, Penjaminan Simpanan Nasabah Perbankan Bandung: PT. Alumni Bandung, 2010, hlm. 99. 59 ketentuan yang ditawarkan oleh bank. Dengan adanya persetujuan dari nasabah terhadap formulir perjanjian yang dibuat oleh bank, berarti nasabah telah menyetujui isi serta maksud perjanjian dan dengan demikian berlaku facta sunt servanda, yaitu perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak sebagai Undang- undang. 76 Perlindungan hukumnasabah penyimpan dana adalah perlindungan yang diberikan oleh peraturanperundang-undangan atau hukum positif yang berlaku bagi nasabah penyimpandana. Perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana bertujuan untukKeinginan tersebut merupakan salah satu wujud perlindungan hukumyang diberikan terhadap nasabah penyimpan dana melalui sistem perbankan Indonesia melindungi kepentingan dari nasabah penyimpan dan simpanannya yangdisimpan di suatu bank tertentu terhadap suatu resiko kerugian.leh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan yang diliputi asas kepercayaan. Pengakuan tersebut membawa konsekuensi bahwa hubungan antara bank tidak boleh hanya memperhatikan Hubungan antara bank dan nasabah penyimpanan dana bukan sekedar hubungan kontraktual biasa antara debitur bank dan kreditor nasabah penyimpan dana yang diliputi oPerlindungan hukum memiliki arti sebagai upaya atau tindakan yangdiberikan oleh hukum dalam arti peraturan perundang- undangan untukmelindungi subyek hukum dari adanya pelanggaran atas hak dan kewajibanpara pihak yang terdapat dalam sebuah hubungan hukum. 76 Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, Simpanan, Jasa Kredit Bogor: Ghlmia Indonesia, 2006, hlm. 18. 60 kepentingan sendiri semata-mata, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah penyimpan dana. 77 Salah satu cara untuk memberikan perlindungan kepada nasabah adalah dengan melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik. Peraturan perbankan itu harus ditegakkan secara objektif tanpa melihat siapa direktur, komisaris atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan. Melalui pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberi perlindungan kepada nasabah. 78 Undang-undang Perbankan menjelaskan mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah dapat dilihat dari Pasal-pasal berikut: 79 1. Pasal 37B Ayat 1 dikemukakan, bahwa: “Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan”. Dari ketentuan tersebut, jelaslah bahwa adanya suatu kewajiban bagi bank untuk menjamin dana dari nasabah penyimpan.ketentuan ini juga memberikan suatu jaminan bagi nasabah penyimpan bahwa apabila bank di mana ia menyimpan kegagalan, maka dananya tersebut pasti diterimanya kembali. 2. Pada ketentuan Pasal 37B ayat 2 dikemukakan, bahwa: “Untuk menjamin simpanan masyarakat pada ayat 1 dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan”. Pembentukan lembaga penjamuin simpanan diperlukan dalam rangka 77 Rony Sautama Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan Dewasa Ini Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 32. 78 Munir Fuady, Op. Cit.,hlm. 106. 79 Hermansyah, Op. Cit., hlm. 136-145. 61 melindungi kepentingan nasabah sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank. Pembentukan LPS di Indonesia merupakan pelaksanaan dari Pasal 37B UU Perbankan, yang secara umum disebutkan bahwa pemerintah akan membentuk LPS berdasarkan pada suatu Peraturan Pemerintah PP. Sebagaimana diketahui, UU Perbankan yang menjadi dasar keberadaan LPS. Kelanjutan dari yang diamantkan oleh UU Perbankan tersebut, pemerintah menerbitkan UU LPS. Selain berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah yang berada di perbankan, LPS juga diharapkan dapat turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. 80 Salah satu isi dari Undang-undang tersebut yaitu ketentuan tentang penjamin simpanan nasabah seperti pada Pasal 10 yang menjelaskan simpanan nasabah yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dijamin oleh LPS. Skim penjamin LPS telah dimulai secara penuh pada sejak tanggal 22 Maret 2007. Apabila terdapat bank yang mengalami kesulitan keuangan dan gagal disehatkan kembali sehingga harus dicabut izin usahanya, LPS akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu, sebagaimana ditetapkan. Simpanan nasabah yang tidak dijamin akan diselesaiakan melalui proses likuidasi bank. 81 Pasal 19 ayat 1 huruf b UU LPS menyebutkan bahwa “Klaim penjaminan tidak layak dibayar bila berdasarkan hasil rekonsiliasi danatau 80 Jonker Sihombing, Op. Cit., hlm. 49-50. 81 Putri Julaiha, “Aspek Hukum Dalam Perlindungan Nasabah Dan Asuransi” http:putrijulaiha.wordpress.com20120324aspek-hukum-dalam-perlindungan-dana-nasabah- perbankan-dan-asuransi diakses pada tanggal 29 agustus 2015. 62 verifikasi, nasabah penyimpan merupakan yang diuntungkan secara tidak wajar”. Penjelasan Pasal 19 ayat 1 huruf b menyebutkan bahwa “Nasabah penyimpan yang merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar, misalnya nasabah yang memperoleh hasil bunga jauh diatas tingkat bunga pasar”. Lahirnya UU OJK, memberikan kewenangan kepada OJK dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan. Dalam Pasal 1 angka 15 UU OJK disebutkan konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya danatau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di lembaga jasa keuangan antara lain nasabah pada perbankan, pemodal di pasar modal, pemegang polis pada perasuransian, dan pesrta pada dana pensiun, berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Amanat UU OJK untuk mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan, OJK mengeluarkan Peraturan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen di sektor Jasa Keuangan selanjutnya disebut POJK Nomor 1 Tahun 2013 dengan memperkuat sisi perlindungan konsumen. Berlandaskan pada strategi dan aspek tujuan tersebut OJK memberi batasan pengertian perlindungan konsumen yang dituliskan pada Pasal 1 angka 3 POJK Nomor 1 Tahun 2013 “perlindungan konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan”. Karena peran dan posisi pelaku usaha jasa keuangan disini dipandang lebih kuat dibandingkan posisi konsumen, maka yang perlu mendapat sorotan adalah pelaku usaha jasa keuangan dalam mengadakan tindakan usahanya. 63 Perlindungan terhadap nasabah bank yang dilakukan oleh OJK yaitu: a. pencegahan kerugian; b. perlindungan hukum melalui pengaturan klausula baku; c. pelayanan pengaduan konsumen; d. pembelaaan hukum. Pasal 30 UU OJK menyatakan bahwa: “untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan pembelaan hukum yang meliputi, memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada lembaga jasa keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan lembaga jasa keuangan dimaksud. Mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian atau memperoleh ganti rugi kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian atau memperoleh ganti rugi kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen danatau lembaga jasa keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 82 Pasal 21 UU OJK menjelaskan, “untuk melindungi konsumen OJK dapat melakukan beberapa pembelaan hukum kepada nasabah.” Diantaranya, OJK bisa memerintahkan penyedia jasa keuangan untuk menuntaskan pengasuan konsumen. Lembaga itu juga berwenang mengajukan gugatan untuk memperoleh harta kekayaan milik pihak yang dirugikan. Selain itu OJK juga bisa mengajukan gugatan untuk memperoleh ganti rugi dari pihak yang menimbulakan kerugian. Di samping itu juga ada peranan OJK dalam penegakan hukum yang tidak bisa 82 Pasal 30 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 64 dianggap enteng. OJK bisa mengenakan sanksi administratif pada lembaga keuangan, mengajukan gugatan perdata, dan OJK juga bisa menjadi pelapor dan saksi dalam kasus sengketa antara nasabah dan lembaga keuangan. 83 Mengenai tanggung jawab dari pelaku jasa keuangan dapat ditemukan di dalam Pasal 29 POJK Nomor 1 Tahun 2013 menyebutkan “pelaku usaha jasa keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian konsumen yang timbul akibat kesalahan danatau kelalaian pengurus, pegawai pelaku usaha jasa keuangan danatau pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan pelaku usaha jasa keuangan. 84 83 Otoritas Jasa Keuangan, “FCC Mewujudkan harapan masyarakat” Loc. cit., hlm. 13. 84 Pasal 29 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan konsumen dalam Sektor Jasa Keuangan. 65 BAB IV PENGALIHAN PENGELOLAAN BANK DALAM RANGKA PENYEHATAN BANK OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

A. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Sektor Perbankan