Determinan faktor keguguran berulang idiopatik

studi. Dilihat dari berbagai penelitian bahwa analisis sperma rutin tidak memberikan bukti yang kuat dalam hubungan dengan keguguran, kami menambahkan parameter lain seperti fragmentasi DNA sperma. Kami juga mencoba untuk melihat ke dalam etiologi fragmentasi DNA sperma. Kami mencoba untuk menghubungkan kadar homosistein pria dengan fragmentasi DNA dan keguguran berulang idiopatik dini.

5.1 Determinan faktor keguguran berulang idiopatik

Dalam penelitian ini, karakteristik usia dan BMI adalah sama pada kedua kelompok umur, p = 0,984, BMI; p = 0,729. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi parameter sperma dan fragmentasi DNA sperma telah dieliminasi melalui kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Dari semua variabel yang dimasukkan, hanya fragmentasi DNA sperma dan homosistein serum muncul sebagai dua faktor penentu dalam kejadian keguguran berulang idiopatik dini dalam penelitian ini DFI: p = 0,001, HCY: p = 0,003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen , densitas , motilitas progresif, dan morfologi sperma tidak berbeda secara signifikan, hanya motilitas sperma total lebih rendah pada kelompok dengan DFI tinggi p = 0,009, ini menunjukkan bahwa sperma dengan DFI tinggi memiliki efek negatif terhadap kemampuan motilitas sperma . Pria subur dengan parameter semen normal hampir seragam memiliki tingkat integritas DNA, sedangkan pria infertil, terutama dengan parameter sperma abnormal mempunya integritas DNA yang abnormal Sebanyak sampai 8 dari pria subur memiliki integritas DNA yang abnormal meskipun parameter semen normal Irvine et al, 2000. Kami tidak bisa menemukan adanya parameter dalam analisis sperma yang terbukti berkorelasi dengan kejadian keguguran berulang idiopatik dini. Kami berasumsi bahwa analisis semen rutin tidak dapat diandalkan untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai kemungkinan peran faktor pria dalam kejadian keguguran berulang idiopatik dini . Karena banyak hasil yang bertentangan, faktor pria sebagai etiologi mutlak belum dapat dikonfirmasi dan perlu dicari parameter sperma yang lain sebagai sarana yang lebih baik. Sejumlah penelitian menunjukkan parameter tertentu dalam analisis semen abnormal dalam kejadian keguguran berulang et al Sutovsky, 2000, Universitas Sumatera Utara tetapi hasil penelitian tidak menghasilkan bukti kuat, karena penelitian lain tidak mendapatkan hubungan yang signifikan antara keguguran berulang dengan parameter analisis sperma yang ada Sbracia et al, 1996. Berbagai Uji fungsi sperma seperti tes reaksi acrosomal, uji kromatin dekondensasi nucleus dan uji pembengkakan hipoosmotik juga telah gagal untuk menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian keguguran berulang Saxena et al, 2008.

5.2 Dampak fragmentasi DNA sperma terhadap kejadian keguguran berulang idiopatik dini