Homosistein seminal dan fragmentasi DNA sperma

termolabil yang hanya dapat dideteksi dengan menggunakan tes pembebanan metionin. Karena ambang yang berbeda dari yang ditetapkan untuk defenisi dari hiperhomosisteinemia sehingga perbandingan angka insidensi ini menjadi sulit. Beberapa studi menggunakan ambang 15μmol L Aubard et al, 2000 dan ada yang menggunakan ambang 11.4μmol L untuk pria Selhub et al, 1999. Jumlah kasus hiperhomosisteinemia lebih tinggi pada pasien keguguran berulang dibandingkan dengan pria fertil normal dengan rasio Odd sebesar 3,2. Ini berarti bahwa probabilitas tinggi keguguran berulang akan terjadi jika kadar homosi stein 12μmol L. Jumlah kasus hiperhomosisteinemia dengan pria DFI 30 secara signifikan lebih tinggi daripada pria dengan DFI 30 laki-laki. Ini membuktikan bahwa hiperhomosisteinemia dapat menyebabkan fragmentasi DNA sperma.

5.4 Homosistein seminal dan fragmentasi DNA sperma

Kadar homosistein dalam darah tidak berkorelasi dengan tingkat homosistein semen. Dalam penelitian ini kami menemukan bahwa kadar homosistein semen pada pria subur normal adalah lebih rendah dibandingkan laki-laki dari pasangan dengan kguguran berulang idiopatik dini P = 0,000, r = -0,532. Apakah kadar ini melebihi rentang normal masih tidak dapat ditentukan, karena sampai sekarang tidak ada penelitian yang luas untuk mencari nilai ambang kadar homosistein semen Semen adalah campuran sekresi dari vesikula seminalis 60 sampai 70, kelenjar prostat 15 sampai 30, kelenjar liter, kelenjar Cowper 5, spermatozoa dan cairan epididimis kurang dari 10 Khosrowbeygi et al, 2004. Oleh karena itu lebih dari 90 plasma semen berasal dari kelenjar luar jaringan testis dan mungkin berbeda dari cairan dalam tubulus seminiferus dan epididimis di mana spermatogenesis dan pematangan berlangsung. Selain homosistein yang mungkin tidak dapat melewati barier darah testis dengan mudah, ini mungkin menjelaskan mengapa kadar homosistein semen tidak berkorelasi positif dengan homosistein serum Tremellen dan Tunc, 2009. Dalam penelitian ini kami menemukan fragmentasi DNA sperma lebih rendah pada kasus dengan kadar homosistein semen yang tinggi pada pasien pria subur dibandingkan dengan fragmentasi DNA yang lebih tinggi pada kasus dengan kadar homosistein semen yang lebih rendah. Semakin Universitas Sumatera Utara tinggi kadar homosistein semen juga akan menghasilkan produksi ROS yang lebih banyak dalam semen dan itu memberi kesan kepada kita bahwa fragmentasi DNA yang diinduksi oleh homosistein tidak dominan karena serangan ROS tetapi sebagian besar disebabkan hipometilasi DNA dalam proses genetik dan epigenetik selama spermatogenesis dan tahap spermiogenesis. Homosistein akan menyebabkan salah gabungan dari uracyl bukan timin ke dalam DNA. Selama proses perbaikan normal, ketika proses penghapusan belangsung salah gabung dari gugus uracyl itu gagal berpisah kembali, untai ganda menjadi pecah dan mengakibatkan ketidakstabilan kromosom. Sperma yang normal memiliki pemadatan yang baik dalam struktur karena protamine sebagai protein nucleus, itu membuat DNA stabil dan tahan terhadap serangan ROS Griveau et al, 1997. Hanya sperma yang cacat karena Untai ganda DNA yang longgar dan menyimpang akibat gangguan protaminasi DNA sperma selama spermiogenesis, gangguan pengemasan kromatin yang rentan terhadap stres oksidatif Gill-Guzman et al, 2001. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh ROS dihasilkan oleh sperma yang cacad dan leukosit dalam cairan semenAitken et al, 1992. Salah satu faktor penting dalam etiologi proses ini tampaknya adalah residu sitoplasma yang berlebihan selama spermatogenesis Aitken et al, 1993. Tetesan sitoplasma yang kaya enzim glukosa-6-phophate dehidrogenase, suatu enzim yang mengontrol laju masuk keluarnya kadar glukosa dan produksi intraseluler β- Nikotinamida Adenin dinukleotida fosfat NADPH melalui shunt hexosa monofosfat Griveau et al, 1995. NADPH digunakan untuk bahan penghasil ROS melalui oksidasi NADPH Aitken et al, 1997. ROS intrinsik diproduksi oleh sperma itu sendiri dan ROS ekstrinsik dihasilkan oleh leukosit dalam cairan semen . ROS intrinsik lebih dominan daripada ROS ekstrinsik dan menyebabkan kerusakan DNA akibat kedekatannya Aitken et al, 1998. Selain itu, keberadaan homosistein dalam cairan semen yang bercampur dengan sperma matang tidak mempengaruhi DFI tersebut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sperma yang matang memiliki struktur yang telah melalui proses metilasi DNA dan tidak perlu untuk proses metilasi dalam cairan semen . Ini tidak akan mempengaruhi stabilitas DNA dan homosistein juga dapat membantu menghasilkan spesies oksigen reaktif yang diperlukan Universitas Sumatera Utara sperma untuk mengalami reaksi acrosomal dan kapasitasi untuk membuahi telur Aitken et al, 1987; Amstrong et al, 1999. Hal ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya oleh Tunc dan Tremellen, yang menekankan peran dominan ROS dan bukan karena hipomethilasi DNA pada fragmentasi DNA sperma. Penelitian ini dilakukan pada pasien subur untuk mencari hubungan antara proses metilasi, fragmentasi DNA sperma, homosistein serum dan mani. Tidak ada korelasi ditemukan antara homosistein serum dan fragmentasi DNA dan proses metilasi DNA. Kelemahan penelitian ini adalah karakteristik pasien direkrut. Tidak ada pasien hiperhomositeinemia direkrut dalam penelitian ini dan itu membuat tidak ada kemungkinan untuk menarik kesimpulan hubungan antara efek homosistein dan fragmentasi DNA sperma. 5.5 Penanganan terhadap hiperhomosisteinemia dan fragmentasi DNA sperma yang tinggi dimasa mendatang untuk mencegah kejadian keguguran berulang idiopatik dini. Kadar homosistein yang tinggi dapat diturunkan melalui pengobatan dengan asam folat, vitamin B 6 dan B 12 . Hal ini terkait dengan mekanisme metabolisme homosistein. Homosistein dibentuk pada metabolisme metionin pada persimpangan dua jalur metabolik. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh vitamin B 12 -metil transferase dependen, homosistein dapat memperoleh gugus metil dari methyltetrahydrofolate untuk menghasilkan metionin.Homosistein yang berlebih yang tidak terpakai pada jalur pembentukan methinonin akan dikatabolisme menjadi sistein oleh dua jalur yang melibatkan enzim vitamin B 6 dependen Forges et al , 2007. Badan FDA Amerika menyetujui fortifikasi folat ke dalam gandum pada Januari 1998 dan laporan pertama dari pengaruh fortifikasi menunjukkan pengurangan sebanyak 92 dari prevalensi konsentrasi folat serum kurang dari 7μmolL dan penurunan prevalensi sebanyak 48 dari konsentrasi homosistein serum yang lebih dari 13μmolL Jacques et al, 1999. Folat, piridoksin, dan sianokobalamin dapat mengurangi kadar homosistein dalam tubuh manusia dan diduga dapat mengurangi fragmentasi DNA sperma dan akhirnya dapat mengurangi kejadian keguguran berulang. Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk menyelidiki apakah folat, piridoksin, Universitas Sumatera Utara dan suplemen cyanocobalamin pada pasien pria akan mengurangi fragmentasi DNA sperma dan kejadian keguguran berulang. Suplementasi folat pada pasien dengan oligozoospermia ditemukan secara signifikan meningkatkan densitas sperma, motilitas sperma dan penurunan jumlah sel bulat Boxmeer et al, 2009. Namun studi lain menunjukkan tidak ada korelasi antara konsentrasi folat serum dengan jumlah sperma total dan tidak ada efek menguntungkan dari asam folat pada parameter sperma Landau et al, 1978. Konsumsi asam folat dalam penelitian ini hanya untuk 30 hari dengan dosis 10 mg. Studi yang berbeda dengan dosis tinggi asam folat sebanyak 15 mg dan durasi yang lebih lama sampai 3 bulan menunjukkan peningkatan dari semua parameter sperma Bentivoglio et al, 1993. Studi banding pada asam folat saja dengan asam folat dan Zincum telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dari konsentrasi sperma 74 dalam kelompok folat dan Zincum dibandingkan dengan hanya 40 konsentrasi sperma dalam kelompok folat saja . Zincum berperan dalam konversi pteroylpolyglutamates menjadi monoglutamat yang memfasilitasi penyerapan asam folat dalam usus Tamura dan Kaiser, 1991. Hanya tipe wild dari MTHFR 677 CC yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah sperma setelah suplementasi asam folat dan Zincum, tetapi tidak berpengaruh pada CT heterozigot dan homozigot mutan TT. Hal ini dapat dihipotesa bahwa aktifitas dari residu MTHFR pada pasien heterozigot dan homozigot mutan tidak cukup untuk menghasilkan efek yang diharapkan setelah suplementasi asam folat dibandingkan dengan wild type Ebisch et al, 2003.

5.6 Keterbatasan dan kekuatan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.