4.1 Karakteristik dan distribusi data demografis
Tabel 5 Distribusi karakteristik dan data demografis pada kelompok kontrol dan kasus
Karakteristik Kontrol
Kasus n
n
Usia tahun 20-30
31-40 41-50
Agama Islam
Kristen Katolik
Buddha Pendidikan
SMU Universitas
Pekerjaan Pegawai negeri
Karyawan Wiraswasta
Lama
menikah tahun
5 5-10
11-15 15
Riwayat keguguran 1
2
≥3 Riwayat persalinan
Keguguran primer Keguguran sekunder
IMT 18.5
18.5-24.9 25-29.9
≥30 11
24 5
12 12
8 8
20 20
7 9
24
26 9
4 1
5 NA
NA
NA NA
1 17
19 3
27.5 60
12.5
30 30
20 20
50 50
17.5 22.5
60
65 22.5
10 2.5
12.5 NA
NA
NA NA
2.5 42.5
47.5 7.5
10 23
7
17 6
9 8
16 24
8 26
6
26 8
5 1
NA 33
7
35 5
23 22
5 25
57.5 17.5
42.5 15
22.5 20
40 60
20 65
15
65 20
12.5 2.5
NA 82.5
17.5
87.5 12.5
57.5 55
12.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5 di atas menunjukkan analisis karakteristik distribusi demografis univariat pada kelompok studi. sebagian besar subjek termasuk
pada kelompok 30-40 tahun, 60 pada kelompok kontrol dan 57,5 pada kelompok kasus. Untuk variabel Agama terbagi hampir merata antar agama.
Muslim 30, Kristen 30, Katolik 20, dan Buddha 20 pada kelompok kontrol dan Muslim 42,5, Kristen 15, Katolik 22,5, Buddha 20 pada
kelompok kasus. Latar belakang pendidikan terbagi antara SMU dan universitas di kelompok kontrol dan SMU 40 dengan universitas 60 di
kelompok kasus. Sebagian besar pasien adalah pengusaha 60 pada kelompok kontrol. Sementara itu, sebagian besar pasien di kelompok kasus
adalah karyawan 65. Lama menikah sebagian besar di bawah 5 tahun pada kelompok kontrol 65 dan kelompok kasus 65. Riwayat keguguran
pada kelompok kasus sebanyak 82,5 dengan keguguran 2 kali dan hanya 17,5 dengan tiga atau lebih keguguran. Ada 87,5 aborter primer dan
aborter sekunder 12,5 pada kelompok kasus. Sebagian besar IMT pada kelompok kontrol adalah antara 25-29,9 47,5 dan 57,5 pasien adalah
antara 18,5-24,9 pada kelompok kasus.
Tabel 6 Reabilitas analisa antar pengamat dalam indeks fragmentasi DNA sperma
Variabel N rata- rata ±SD Cronbach’s Alpha
Interobserver 1 40 24.76 ±16.12 0.984 Interobserver 2 40 25.38±15.89
Reabilitas analisa menggunakan uji cronbach ’s alpha menunjukkan kualitas
pengukuran yang baik antar pengamat dengan nilai tes alpha 0,800.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7 Distribusi hasil analisa semen, fragmentasi DNA sperma DFI, homosistein serum dan homosistein semen dalam kelompok kontrol dan
kasus
Hasil uji Kontrol
Kasus Mean±SD
CI Mean±SD
CI
Volume mL 3.52±1.29
3.07-3.97 3.52±1.41
3.01-3.92 Densitas 10
6
ml 36.39±20.1
29.96-42.81 31.74±25.52
23.57-39.90 Motilitas A
24.50±11.87 20.70-28.30
19.75±14.54 15.1-24.40
Motilitas A+B 54.35±15.70
49.33-59.37 45.15±15.11
40.32-48.98 Bentuk normal
10.78±4.34 9.39-12.16
10.15±5.09 8.52-11.78
DFI 16.02±8.33
3.36-18.69 34.12±16.53
28.84-39.41 HCY Serum µmolL
6.72±4.76 5.19-8.24
13.57±6.16 11.60-15.54
HCY Semen µmolL 5.77±4.31
4.40-7.15 3.26±10.03
0.052-6.47
Tabel 7 di atas menunjukkan tes univariat untuk distribusi rata-rata berbagai parameter pada analisa semen, DFI, homosistein serum dan
homosistein semen pada kelompok studi. Parameter analisa semen terdiri dari volume, densitas, motilitas A, motilitas A+B, dan bentuk normal sperma. Rata-
rata volume semen pada subjek penelitian adalah 3.52 ml pada kelompok kontrol dan 3.52 ml pada kelompok kasus. Densitas sperma 36.39 jutaml dan
31.74 jutaml masing-masing pada kelompok kontrol dan kasus. Motilitas A pada kelompok kontrol sebanyak 24.50 dan 19.75 pada kelompok kasus.
Motilitas A+B adalah 54.35 pada kelompok kontrol dan 45.15 pada kelompok kasus. Bentuk normal 10.78 pada kelompok kontrol dan 10.15
pada kelompok kasus. DFI pada kelompok kontrol adalah 16.02 dan 34.12 pada kelompok kasus. Kadar homosistein serum 6.72 µmolL dalam kelompok
kontrol dan 13.57 µmolL dalam kelompok kasus, sedangkan tingkat dalam semen adalah 5.77 µmolL dalam kelompok kontrol dan 3.26 µmolL dalam
kelompok kasus.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 Perbandingan karakteristik dan hasil analisa semen, DFI, kadar homosistein serum dan homosistein semen pada kelompok kontrol dan kasus.
Variabel Kontrol
Kasus P
mean±SD CI
mean±SD CI
Usia tahun 34.05±5.08
32.43-35.67 34.02±5.73
32.19-35.86 0.984
a
IMT 25.27±3.20
24.25-26.29 25.70±4.99
24.1-27.19 0.729
b
Volume semen
ml 3.52±1.29
3.07-3.97 3.52±1.41
3.01-3.92 0.900
b
Densitas 10
6
ml 36.39±20.1
29.96-42.81 31.74±25.52
23.57-39.90 0.368
a
Motilitas A 24.50±11.87
20.70-28.30 19.75±14.54
15.1-24.40 0.136
b
Motilitas A+B 54.35±15.70
49.33-59.37 45.15±15.11
40.32-48.98 0.009
b
Bentuk normal 10.78±4.34
9.39-12.16 10.15±5.09
8.52-11.78 0.585
b
DFI 16.02±8.33
3.36-18.69 34.12±16.53
28.84-39.41 0.000
a
HCY serum
µmolL 6.72±4.76
5.19-8.24 13.57±6.16
11.60-15.54 0.000
b
HCY semen
µmolL 5.77±4.31
4.40-7.15 3.26±10.03
0.052-6.47 0.000
b
a
student t test
b
Mann Whitney U test Tes normalitas distribusi data pada kelompok kontrol dan kelompok kasus
dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan didapati bahwa pada kelompok kontrol, variabel dengan distribusi data yang normal adalah
usia, Indeks Massa Tubuh IMT, densitas sperma, motilitas A, motilitas A + B, dan DFI sedangkan variabel distribusi data yang tidak normal adalah volume
semen, bentuk normal, homosistein serum dan homosistein semen. Sedangkan pada kelompok kasus, variabel dengan distribusi data normal
berupa usia, densitas dan DFI; variabel dengan distribusi data tidak normal berupa IMT, volume semen, motilitas A, motilitas A + B, morfologi normal,
homosistein serum, dan homosistein semen. Uji bivariat membandingkan dua rata-rata antara kelompok kontrol dan
kelompok kasus dilakukan dengan menggunakan tes student t jika kedua kelompok memiliki distribusi data normal dan menggunakan Uji Mann Whitney
U jika salah satu kelompok memiliki variabel dengan distribusi data yang tidak normal.
Tabel 8 menunjukkan bahwa karakteristik distribusi untuk usia adalah serupa pada kedua kelompok p ≥ 0,05, dan IMT pada kedua kelompok juga
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil analisa semen pada kedua kelompok, volume semen ditemukan hampir
serupa pada kedua kelompok p ≥ 0,05, untuk densitas sperma, jumlah yang lebih rendah ditemukan pada kelompok kasus
dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05 . Untuk motilitas A, kelompok kasus
memiliki persentase yang lebih rendah dibandingkan kontrol, tetapi tidak ada
perbedaan yang signifikan p ≥ 0,05, motilitas total A + B pada kelompok kasus lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol
p 0,05. Adapun bentuk normal, persentase dalam kelompok kasus sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol tetapi tidak bermakna
secara statistik p ≥ 0,05. Untuk hasil fragmentasi DNA sperma, ditemukan bahwa DFI pada
kelompok kasus secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol p 0,05. Tingkat homosistein serum diuji antara kelompok kedua dan
ditemukan bahwa pada kelompok kasus secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol p 0,05. Sementara itu kadar
homosistein semen ditemukan bahwa pada kelompok kontrol secara signifikan lebih
tinggi dibanding
kelompok kasus
p 0,05.
4.2 Faktor determinan keguguran berulang idiopatik dini