digolongkan kedalam sumber hukum primer. Ketiga sumber hukum yang mengikat secara umum. Di lain pihak, putusan pengadilan dan doktrin atau ajaran
para ahli hukum digolongkan kedalam sumber hukum sekunder. Konsekuensinya, sumber hukum sekunder ini tidak mengikat secara umum. Putusan pengadilan
hanya mengikat sebatas para pihak yang bersengketa, sedangkan doktrin hanya dapat menjadi ketentuan hukum melalui sumber hukum primer.
35
Menurut Sugeng Istanto, keempat sumber hukum tersebut dibagi menjadi sumber hukum formil
dan sumber hukum materil. Sumber hukum formil hukum internasional meliputi konvensi internasional sedangkan sumber hukum materil meliputi prinsip- prinsip
umum hukum dan ajaran para ahli hukum.
36
2. Sumber Hukum Pidana Internasional tentang Terorisme
Sumber hukum adalah tempat dimana kita dapat menemukan atau menggali suatu hukum. Pendapat Alra, sebagaimana yang dikutip oleh Sudikno
Mertokusumo, menyatakan bahwa sumber hukum dapat dibagi menjadi sumber hukum materil dan sumber hukum formil. Sumber hukum materil ialah tempat
dari mana materi hukum itu diambil, sedangkan sumber hukum formil adalah tempat atau sumber darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum.
37
Demikian pula pendapat Sugeng Istanto yang menyatakan bahwa sumber hukum formil ialah faktor yang menjadikan suatu ketentuan menjadi ketentuan
hukum yang berlaku umum. Tegasnya, sumber hukum formil adalah proses yang
35
Ilias Bantekas dan Susan Nash, International Crimminal Law, Routledge, London dan New York, 2007, hal. 1.
36
Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atmajaya Yogyakarta,1998, hal. 2.
37
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, hal. 82- 83.
membuat suatu ketentuan hukum positif yakni proses perundang- undangan dan kebiasaan. Di lain pihak, sumber hukum materil ialah faktor yang menentukan isi
ketentuan hukum yang berlaku.
38
Hukum pidana internasional sebagai sub-disiplin miliki dua sumber hukum yaitu hukum yang berasal dari hukum pidana nasional dan hukum
internasional. Kedua sumber tersebut telah membentuk kepribadian ganda ini tidak harus dipertantangkan, tetapi justru harus harus saling mengisi dan
melengkapi didalam menghadapi masalah kejahatan Internasional termasuk didalamnya masalah terorisme.
39
Salah satu perwujudan nyata dari suatu interaksi antara hukum nasional dan hukum internasional terdapat pada lingkup pembahasan hokum pidana
internasional dengan objek studi tindak pidana yang bersifat transional internasional. Hukum pidana internasional akan memberikan landasan berpijak
bagi analisis kritis di dalam membahas konsepsi dan karaktereristik dari suatu tidak pidana internasional. Lahirnya beberapa Konvensi internasional yang
menetapkan tindak pidana tertentu sebagai tindak pidana internasional mengandung makna dimulainya perjuangan untuk menegakkan hak dan
kewajiban negara peserta konvensi atas isi ketentuan yang dituangkan didalam konvensi internasional tersebut.
Salah satu kewajiban negara peserta sekalipun masih diperkenankan adanya reservation khususnya bagi Indonesia ialah memasukannya hasil
konvensi dimaksud kedalam lingkungan nasional dalam arti antara lain
38
Sugeng Istanto, Op. Cit.
39
Mochtar kusumaatmajda,Pengantar Hukum Internasional, Jakarta, Binacipta,1989 hal.38
melaksanakan ratifikasi terlebih dahulu atas hasil konvensi, sebelum di tuangkan dalam bentuk suatu undang-undang ksususnya mengenai objek yang menjadi
pembahasan di dalam konvensi tersebut. Kejahatan internasional yang dimaksud diatas, salah satunya adalah
terorisme. Dan sumber hukum internasional yang mengatur mengenai pemberantasan terorisme adalah konvensi Tindak Pidana Terorisme yang
ditetapkan dalam Convention for the Prevention and Punishment of Terorism di Genewa 1937. International Convention for the Suppression of Terrorism
Bombing 1998 dan International convention for the suppression of the financing
of terorism, Tahun 1999 sebagai Transnational Crimes. Walaupun adanya usaha-
usaha Amerika Serikat untuk memasukkan tindak pidana teroris dalam International Crimes menjadi yurisdiksi Rome Statute of the International
Criminal Court. Sama dengan Genocide, Crimes against Humanity, War Crimes dan Agressive Crimes. Tetapi semua negara peserta tidak menyetujui. Dalam
Konvensi Teroris 1937, telah mendapat kesepakatan masyarakat internsional untuk melindungi titik rawan yang mudah dijadikan sasaran keuangan, kerusakan
yang menimbulkan penderitaan penduduk atau masyarakat seperti fasilitas hidroelektrik atau nuklir dan untuk pengawasan pelatihanpenggunaan senjata,
amunisi dan bahan-bahan peledak yang dapat digunakan untuk aksi teror. Konvensi 1997 dan knvensi 1998 tersebut memperkuat konvensi 1937
untuk mencegah dan meberantas tindakan peledakan bom oleh teroris. Dan konvensi 1999, secara khusus mencegah dan memberantas pendanaan atau
keuangan untuk kegiatan teroris, termasuk negara- negara atau pihak- pihak yang
menerima atau menyembunyikan dana-dana dimaksud. Dalam konvensi tersebut menyebutkan bahwa terorisme adalah tindak pidana yang mengakibatkan
kematian atau luka parah atau cacat serius terhadap penduduk sipil atau terhadap orang lain. Tindak pidana tersenut termasuk juga untuk setiap orang yang
memberikan bantuan atau mengorganisasikan tindak pidana tersebut. Dalam pembuktian unsur kesalahan dititikberatkan kepada dua unsur yaitu unsur
kesengajaan intentional dilengkapi unsur mengetahui adanya kesengajaan dimaksud knowledge of the intent dan kelanjutan dari suatu tindakan pelanggaran
in furtherance of the offence
40
. Dalam patriot Act, menetapkan jenis tindak pidana terorisme terdiri dari
Pasal 801 serangan teroris dan tindak kekerasan pelanggaran hukum terhadap transportasi massa yaitu barang siapa dengan tahu dan mau:
41
a. Merusak, menyebabkan keluar dari rel jalur membakar atau
melumpuhkan kendaraan massa atau ferry b. Menaruh atau menyebabkan ditaruhnya bahan unsur biologi atau racun
yang dipergunakan sebagai senjata, zat bahan pemusnah atau alat pemusnah pada, atas atau dekat kendaraan transportasi massa atau ferry,
tanpa mendapatkan izin sebelumnya dari pemilik atau pengelola transportasi massa, dan dengan maksud membahayakan keselamatan
penumpang, atau pegawai pengelola transportasi massa, atau secara gegabah tidak mengindahkan keselamatan hidup manusia
40
Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana jilid ke 2, CV. Utomo, 2004, hal. 97.
41
Ibid
c. Membakar atau menaruh bahan unsur biologis atau toxin racun yang
dipergunakan sebagai senjata, bahan pemusnah, atau alat pemusnah pada alas, dekat bengkel pool, terminal, bangunan sarana prasarana,
penyediaan atau falisitas yang digunakan untuk pengoperasian, atau untuk mendukung pengoperasian kendaraan transportasi massa atau ferry, tanpa
mendapatkan izin sebelumnya dari pengelola dan mengetahui atau mempunyai bukti mengenai kegiatan tersebut akan menyebabkan keluar
dari jalur rel, melumpuhkan atau merusak kendaraan transportasi massa atau ferry, yang dipakai, dioperasikan atau digunakan oleh pengelola
transportasi massa d. Menghilangkan memindahkan perlengkapan dan merusak atau secara lain
merusak pengoperasian sebuah sistem sinyal transportasi, sistem pengirim sinyal terpusat, atau sinyal tanda persilangan kereta api yang mana
merupakan wewenang dari pengelola transportasi massa e.
Mengganggu, melumpuhkan atau menyebabkan tidak bekerjanya petugas pengiriman sinyal, pengendara, kapten atau siapa saja yang sedang bekerja
dalam mengirim sinyal, mengoperasikan atau mengelola jalannya kendaraan transportasi massa atau ferry, dengan maksud untuk
membahayakan keselamatan penumpang atau pegawai pengelola transportasi massa, secara gegabah tidak mengindahkan keselamatan
manusia f.
Melakukan sebuah tindakan termasuk penggunaan senjata yang membahayakan dengan maksud menyebabkan kematian atau luka fisik
yang parah pada seseorang penumpang atau pegawai ketika salah satu dari orang- orang yang disebutkan terdahulu berada diatas harta tetap milik
pengelola transportasi massa
g. Mengirim atau menyebabkan dikirimkannya informasi yang salah, dengan mengetahui bahwa informasi tersebut keliru, berkaitan dengan upaya, atau
yang sebagai dalih yang sedang dibuat atau akan dibuat, atau melakukan
tindakan yang merupakan kejahatan yang dilarang
h. Upaya ancaman atau konspirasi untuk melakukan tindakan- tindakan yang disebut terdahulu.
42
Pasal 803 menyebutkan bahwa, larangan melindungi terorisme, barangsiapa yang melindungi atau menyembunyikan atau dengan bukti yang layak
dipercaya, telah melakukan pelanggaran hukum berkaitan dengan pemusnahan perusakan pesawat terbang, dengan senjata biologis, dengan senjata kimia, dengan
bahan- bahan nuklir, dengan pembakaran dan pengeboman harta tetap milik pemerintah yang beresiko atau menyebabkan luka fisik atau kematian, dengan
penghancuran fasilitas sumber daya listrik, dengan pelanggaran hukum terhadap navigasi laut, dengan senjata pemusnah massal, dengan tindakan teror yang
melewati batas negara, dengan data base bahan bakar atau fasilitas nuklir, dengan pembajakan perampokan pesawat udara, akan dikenakan denda dan atau dijatuhi
hukum penjara tidak lebih dari 10 tahun atau keduanya. Pasal 806 menyebutkan, aset organisasi teroris adalah semua aset yang
berada di dalam ataupun luar negeri yang
42
R. Abdussalam, Hukum Pidana Internasional, Restu Agung, Jakarta,2006, hal. 28- 29.
a. Milik perorangan, lembaga ataupun organisasi yang terlibat dalam mencerahkan atau melakukan tindakan teror dalam negeri atau internasional
terhadap Amerika Serikat, warga negara atau yang bermukin di Amerika Serikat atau harta tetap mereka dan seluruh aset baik didalam negeri ataupun
diluar negeri, memungkinkan siapa saja menjadi sumber pengaruh terhadap lembaga atau organisasi tersebut
b. Diperoleh atau dikelola oleh siapa aja dengan maksud dan tujuan mendukung, merencanakan, melaksanaka, atau menyembunyikan tindakan
terorisme internasional atau terorisme dalam negeri terhadap Amerika Serikat, warga negara Amerika Serikat atau orang yang bermukim di
Amerika Serikat atau harta tetap mereka c. Berasal dan terlibat dalam atau digunakan atau ditujukan untuk digunakan
melakukan tindakan teror internasional atau teror dalam negeri terhadap Amerika Serikat, warga negara Amerika Serikat atau orang yang bermukim
di Amerika Serikat atau terhadap harta tetap mereka. Pasal 808 definisi tindak pidana terorisme federal menambah elemen pada
definisi tindak pidana terorisme domestikdalam negeri, yaitu berkaitan : a. Dengan pemusnahanperusakan pesawat terbang atau fasilitas pesawat
terbang. b. Dengan pelanggaran hukumkekerasan di bandara Internasional
c. Dengan pembakaran gedungfasilitas dalam wilayah kewenanganyurisdiksi maritim atau teritorial khusus.
d. Dengan senjata biologi, senjata kimia.
e. Dengan penculikan dan pembunuhan anggota kongres, kabinet dan Mahkamah Agung.
f. Dengan bahan-bahan nuklir, bahan peledakbom plastik. g. Dengan pembakaran atau pengeboman harta tetap pemerintah yang berisiko
atau mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang. h. Dengan pembakaran harta tetap bangunanfasilitas yang digunakan dalam
perdagangan antara negara bagian. i. Dengan pembunuhan atau upaya pembunuhan selama terjadinya serangan
atas fasilitas federal dengan senjata yang membahayakan j. Dengan konspirasi untuk membunuh, menculik, menganiaya siapa saja
warga AS diluar negeri hingga cacat. k. Dengan pejabat negara asing, tamu resmi, atau orang yang dilindungi oleh
hukum Internasional l. Dengan sistem, stasiun transmisi, atau jalur komunikasi.
m. Dengan merusak bangunan atau harta tetap dalam wilayah kewenangan yurisdiksi maritim atau teritorial khusus Amerika Serikat.
n. Dengan serangan teroris dan tindakan kekerasan atau pelanggaran hukum lainnya terhadap sistem transportasi massa.
o. Dengan perusakan utilitas pusat sarana-sarana, bangunan beserta tanahnya, atau alat-alat pertanahan nasional.
p. Dengan anjunganbangunan tetap lepas pantai, perusakan terhadap navigasi laut.
3. Pengaturan Hukum Pidana Internasional tentang Terorisme