Indikasi-indikasi Histerektomi Sesarea Kontraindikasi Histerektomi Sesarea

3. Teknik Histerektomi Sesarea

Setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea klasik atau segmen bawah, dapat dilakukan histerektomi supraservikal atau lebih baik total dengan cara yang baku, biasanya dengan meninggalkan adneksa. Meskipun semua pembuluh darah pada uterus yang hamil lebih besar dari pada yang tidak hamil, histerektomi biasanya dipermudah oleh mudahnya memisahkan jaringan. Jumlah perdarahan biasanya cukup banyak, pada histerektomi sesarea dengan maksud sterilisasi, jumlah perdarahan rata-rata sekitar 1500 ml, atau 500 ml lebih banyak dari pada seksio sesarea Hariadi et al., 1991. Pada saat bahu anak dilahirkan, oksitosin diberikan dengan infus intravena sampai uterus dikeluarkan. Perdarahan dari pembuluh darah besar segera diklem dan diikat. Plasenta diambil dan untuk mencegah perdarahan hebat, dimasukkan kasa laparatomi ke rongga uterus di tempat bekas implantasi plasenta, sebelum insisi uterus ditutup dengan jahitan jelujur atau simpul. Uterus diangkat keluar dari rongga abdomen, ligamentum rotundum dekat ke uterus dipotong di antara dua klem heaney atau kocher, dan diikat rangkap menggunakan benang catgut khromik ukuran 0 atau 1. Insisi pada serosa vesikouterina, yang dibuat untuk memisahkan kandung kemih pada seksio sesarea, diperpanjang kesamping dan keatas melalui serosa depan ligamentum latum, sampai mencapai potongan ligamentum rotundum Hariadi et al., 1991. Tiap perdarahan yang aktif harus diklem dan diikat untuk mengurangi jumlah perdarahan. Serosa belakang ligamentum latum dekat ke uterus, dilubangi tepat dibawah tuba fallopi, ligamentum ovarii proprium serta pembuluh darah ovarium, kemudian ini semua diklem rangkap dekat dengan uterus dan dipotong, potongan lateral diikat rangkap. Potongan dekat uterus diikat dan klem dapat dilepas Hariadi et al., 1991. Lembar belakang ligamentum latum kemudian dipotong ke bawah ke arah ligamentum kardinale. Lagi, tiap perdarahan harus diklem dan diikat. Kemudian, kandung kemih serta peritoneum dipisahkan dari segmen bawah uterus. Biasanya hal ini dapat dilakukan mudah dengan diseksi secara tumpul, menggunakan kasa pada jari tangan Hariadi et al., 1991. Jika terdapat perlekatan kandung kemih, seperti pada bekas seksio sesarea, maka perlu dilakukan diseksi tajam dengan gunting. Pada saat ini harus hati-hati jangan sampai melukai ureter, yang melintas di bawah arteri uterina. Arteri dan vena uterina pada kedua sisi diidentifikasi, diklem rangkap dekat ke uterus, dipotong dan diikat rangkap Hariadi et al., 1991.