Penilaian Tingkat Kecemasan Kecemasan

5. Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk akan terjadi. 4 3 2 1 6. Lengan dan kaki saya gemetar. 1 2 3 4 7. Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri punggung. 1 2 3 4 8. Saya merasa lemah dan mudah lelah. 1 2 3 4 9. Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan mudah. 4 3 2 1 10. Saya merasakan jantung saya berdebar-debar. 1 2 3 4 11. Saya merasa pusing tujuh keliling. 1 2 3 4 12. Saya telah pingsan atau merasa seperti itu. 1 2 3 4 13. Saya dapat bernapas dengan mudah. 4 3 2 1 14. Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan kesemutan. 1 2 3 4 15. Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan pencernaan. 1 2 3 4 16. Saya sering buang air kecil. 1 2 3 4 17. Tangan saya biasanya kering dan hangat. 4 3 2 1 18. Wajah saya tersa panas dan merah merona. 1 2 3 4 19. Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan baik. 4 3 2 1 20. Saya mimpi buruk. 1 2 3 4 Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokkan antara lain: 1. Skor 20-35 : normaltidak cemas 2. Skor 36-50 : kecemasan ringan 3. Skor 51-65 : kecemasan sedang 4. Skor 66-80 : kecemasan berat

B. Histerektomi

1. Indikasi-indikasi Histerektomi

Menurut Rasjidi 2008, bahwa indikasi tersering histerektomi adalah leiomioma uteri, prolaps uterovaginal, keganasan serviks dan uterus, endometriosis, perdarahan fungsional menetap yangtidak membaik setelah terapi konservatif. a. Leiomioma uteri, merupakan indikasi histerektomi tersering. Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada uterus yang berukuran 12-14 minggu atau lebih. Indikasi lain adalah jika terdapat peningkatan ukuran tumor secara cepat pada wanita premenopause. Indikasi lainnya apabila terdapat menometrorrhagia berat yang menyebabkan anemia, nyeri akibat torsi mioma, dan penekanan pada pelvis. b. Prolaps uteri, menjadi indikasi histerektomi jika timbul keluhan atau terdapat ulserasi pada permukaan uterus yang prolaps. c. Keganasan, kanker endometrial uterus merupakan indikasi mutlak histerektomi. Indikasi lain histerektomi adalah hiperplasia endometrial dengan atipia, yang merupakan prekursor dari keganasan endometrial. Kanker ovarium di atas stadium satu juga merupakan indikasi histerektomi. d. Endometriosis, terutama pada pasien yang sudah tidak mengharapkan kehamilan lagi. e. Dysfunctional Uterine Bleeding, terutama pada pasien yang gagal diterapi secara hormonal. f. Infeksi pelvis, jarang dilakukan terutama dilakukan pada pasien yang sudah tidak menginginkan kehamilan lagi atau pada infeksi uterine puerperal yang tidak dapat dikontrol secara konservatif. g. Masalah obstetrik, histerektomi diindikasikan pada pasien yang mengalami perdarahan yang tidak terkontrol setelah aborsi atau seksio sesarea atau infeksi berat. Penyebab perdarahan tersebut biasanya adalah ruptur uterin