Fungsi Jaminan Mudhârabah

b Makful lahu, yaitu orang yang berpiutang. Disyaratkan jelas, dapat hadir pada waktu akad, berakal sehat. c Makful’anhu atau Ashîl, yaitu oaring yang berutang. Disyaratkan mempunyai kemampuan untuk untuk menyerahkan utang tersebut, baik ia sendiri yang menyerahkannya maupun wakilnya. d Makful bih adalah utang, barang atau orang jiwa yang dipertanggung-jawabkan. e Lafadz atau ucapan ijab dan qabul.

B. Fungsi Jaminan

Jaminan memiliki fungsi antara lain : 1. Menjamin agar debitor berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil 35 . 2. Memberikan dorongan kepada debitor untuk memenuhi janjinya, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar debitor dan pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank 36 . 3. Memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak lembaga keuangan 35 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, cet 2, h. 286 36 Usman, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, h. 286 bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit. 4. Memberikan hak dan kekuasaan kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitor melakukan cidera janji, yaitu untuk pengembalian dana yang telah dikeluarkan oleh debitor pada waktu yang telah ditentukan.

C. Mudhârabah

1. Pengertian dan Landasan Hukum Mudhârabah Perkataan mudharabah adalah dikeluarkan dari bentuk masdar adh- dharbu , yang artinya pergi. Tentang mana ini Allah telah berfirman dalam Surat Al-Muzammil Ayat 20 : ⌧ ⌧ ⌧ ⌦ ⌧ Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Mudharib berarti orang yang berjalan dimuka bumi untuk mencari atau mendapatkan karunia Allah. 37 Mudhârabah menurut pengertian etimologis bahasa ialah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang yang memberikan modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian 37 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 3 40 keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjiannya, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal 38 . Menurut Ulama Mazhab Hanafi Al-Hanafiyah adalah perjanjian kerja- sama perniagaan dengan melihat tujuan para pelakunya adalah merupakan persekutuan dalam memperoleh keuntungan 39 . Menurut Mazhab Maliki Al-Malikiyah mudharabah atau qiradh menurut syara’ ialah akad perjanjian mewakilkan dari pihak pemilik modal kepada lainnya untuk meniagakannya secara khusus pada emas dan perak yang telah dicetak dengan cetakan yang sah untuk tukar menukar kebutuhan hidup 40 . Menurut Mazhab Hambali Al-Hanabilah mudharabah atau kerja-sama perniagaan adalah suatu pernyataan tentang pemilik modal menyerahkan sejumlah modal tertentu dari hartanya kepada orang yang meniagakannya dengan imbalan bagian tertentu dari keuntungannya 41 . Ulama penganut Mazhab Syafi’I menerangkan kerjasama perniagaan atau mudharabah atau qiradh adalah suatu perjanjian kerjasama yang dikehendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada orang lain agar ia 38 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 66 39 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV h. 67 40 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h.73 41 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 80 melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh keuntungan dengan beberapa persyaratan yang ditentukan 42 . Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul mâl menyediakan seluruh 100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelolan maka si pengelola harus bertanggung- jawab atas kerugian 43 . Landasan hukum mudharabah : a Al-Quran Hukum mudharabah berlandaskan pada QS. Al-Jumu’ah ayat 10 : ⌧ Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” b Al-Hadis 42 Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h. 84 43 Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan Jakarta, Tazkia Institute, 1999, h. 171. Hukum mudharabah berlandaskan pada hadis : ْﻬ ْ ﺎ , لﺎ ْ أ ْ : ر لﺎ ﷲا ﻰ ﷲا لْﻮﺳ ﺔآﺮ ا ﻬْﻓ ث ﺛ ﺳو ْ , أ ﻰ ا ْ ا , ﺔﺿرﺎ ْاو ْ ْ ْ ْ ﺮْ ﺎ ﺮ ْا ْ و . ﺎ اور 44 Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual . H.R Ibnu Majah. Keberkahan yang terkandung dalam melepas orang berdagang ialah karena telah membukakan jalan bagi orang yang hidupnya kekurangan untuk berusaha secara halal sehingga ia dapat dengan cara lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama 45 . c Ijma Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan kepada orang, mudharib harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma. d Qiyas Qiyas analogi menurut bahasa berarti Mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya. Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan oleh Wahbah Azh- 44 Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975, h. 768 45 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I Edisi Lengkap Muamalat, Munakahat, Jinayat, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2000, cet 1, h.130 Zhuhaili adalah : menghubungkan menyamakan hukum sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persamaan illat antara keduanya 46 . Adapun qiyas mudhârabah disamakan dengan musaqah mengambil upah dari menyiram tanaman. 47 2. Rukun dan Syarat Mudhârabah Rukun Mudhârabah adalah 48 : a Pihak yang berakad 1 Pemilik modal shahibul mâl 2 Pengelola modal mudharib b Objek yang diakadkan 1 Modal mâl 2 Kerja 3 Keuntungan c Sighat 1 Serah ijab 2 Terima qobul Syarat mudharabah 49 : a Pihak yang berakad shahibul mâl dan mudharabah 46 Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh Suatu Pengantar, h. 130 47 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 5 40 48 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah , h.63 49 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah , h. 63 Keduanya harus memiliki kemampuan untuk mewakili dan mewakilkan. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orenag yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal, itulah sebabnya, syarat-syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah 50 . b Objek yang diakadkan adalah modal, kerja dan keuntungan. i. Harus dijelaskan besaran modal yang disetorkan kepada mudharib, jumlah dan mata uangnya. Yang terkait dengan modal, disyaratkan jelas jumlahnya, Tunai Tidak boleh berbentuk hutang, dan diserahkan sepenuhnya kepada pedagang pengelola modal. ii. Jangka waktu pengelolaan modal. iii. Jenis pekerjaan yang dimudharabahkan. iv. Proporsi pembagian keuntungan. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu seperti setengah, sepertiga atau seperempat 51 . Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut Ulama Hanafiyah akad itu fasid 50 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000 cet 1, h. 178 51 Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 178 rusak. Demikian juga halnya apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut Ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugian ditanggung sendiri oleh pemilik modal. c Sighat i. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad. ii. Antara ijab dan qobul harus selaras baik dalam modal, kerja, maupun penentuan nisbah. iii. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal kejadian yang akan datang. 3. Macam-Macam Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu 52 : a Mudharabah Muthlaqah Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul mâl dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salaf Ash-Shalih, seringkali dicontohkan dengan ungkapan Ifal ma syita lakukanlah sesukamu dari shahibul mal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. b Mudharabah Muqayyadah 52 Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah, Wacana Ulama dan Cendekiawan, h.173 Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau daerah usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul mâl dalam memasuki dunia usaha. 4. Fasad Batalnya Mudharabah : Para Ulama Fiqh menyatakan bahwa akad mudharabah dinyatakan batal dalam hal-hal sebagai berikut 53 : a Masing-masing pihak menyatakan akad batal atau pekerja dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan atau pemilik modal menarik modalnya. b Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal yang wafat, menurut Jumhur Ulama, akad itu batal, karena akad mudharabah sama dengan akad wakalah perwakilan yang gugur disebabkan wafatnya orang yang diwakilkan. Di samping itu, jumhur Ulama berpendapat bahwa akad mudharabah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Ulama Malikiyah berpendapat bahwa jika salah seorang yang berakad meninggal dunia, akadnya tidak batal, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya, menurut mereka akad mudharabah boleh diwariskan. c Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum. Seperti gila. Karena orang gila tidak cakap lagi bertindak hukum. 53 Nasroen, Fiqh Muamalah, h. 180 d Jika pemilik modal murtad keluar dari agama Islam menurut Imam Abu Hanifah, akad mudharabah batal. e Modal habis di tangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja. Demikian juga halnya, mudharabah batal apabila modal itu dibelanjakan oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang boleh dikelola oleh pekerja. f Keuntungan dimiliki oleh pemilik harta, dan apabila pemodal mensyaratkan kerugian ditanggung oleh pelaksana. 54 Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa akad mudharabah dapat menjadi batal apabila dalam proses perjalanan mudharabah itu salah satu pihak mengingkari atau tutup usia, atau karena tidak cakap melaksanakan akad tersebut dan atau pemilik mensyaratkan keuntungan dari dimiliki oleh pemilik harta dan jika terdapat kerugian ditanggung oleh pelaksana. 54 Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 14 40

BAB III PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA