Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan Nasabah BMT berkah Madani

(1)

BMT BERKAH MADANI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (Se.Sy)

Oleh :

ANDI ABDULLAH SA’AD

NIM. 203046101669

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

BMT BERKAH MADANI

Oleh

ANDY ABDULLAH SA’AD

NIM. 203046101669

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(3)

BMT BERKAH MADANI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)

Oleh

Andy Abdullah Sa’ad

NIM. 203046101669

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Euis Amalia, M.Ag Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si

NIP. 150 289 265 NIP. 150 326 914

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(4)

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH BMT BERKAH MADANI”, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 22 Juni 2010 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 19550 5051 9825 31012

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs,Djawahir Hezaizey (…...………)

NIP: 1955 10151979031002

Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, MA. (…...………)

NIP:1964 04121994031004

Pembimbing I : Dr.Euis Amalia.M.Ag (…...………)

NIP. 197107011918032002

Pembimbing II : Fahmi Muhammad Ahmadi.M.si (…...………)

NIP. 197412122003121002

Penguji I : Prof.Dr H.Ahmad Sutarmadi (…...………)

NIP. 19400805162021001

Penguji II : J.M.Muslimin,Ph.D (…...………) NIP. 150295489


(5)

(6)

Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan suri tauladan kita,Nabi Muhammad SAW

Tema skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan besarnya pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatn nasabah.Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasabah yang menggunakan jasa pembiayaan Murabaha pada BMT berkah madani.

Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH. MA, MM,Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,yang telah mencurahkan buktinya kepada kami,

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku ketua dan sekretaris Program Studi Mu’amalat (Ekonomi Islam) yang telah memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

semangat dan dorongan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam membimbing baik secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

7. Ibu Siti Umainah selaku manajer Bmt berkah madani dan seluruh staf dan karyawan yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi..

8. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam Kepada Ayah Drs.H.Hasan Basri Al-Magfurlah<ibu Hj.Dede Sa’diyah,S.Pd.I atas dukungan moril dan materil,kesabaran,keikhlasan,perhatian dan kasih saying yang tak pernah habis bahkan senantiasa berdoa dan bermunajat tiada henti-hentinya,Adik-adik ku tercinta Hasbi,Nurul juga bang Yadi,K Didit, K Agus,Bang Jami,Bpk.Karsono,teh iir,teh sur yang telah banyak membantu


(8)

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Sahabat dekatku Khilda Zuraidah Zahara, S.Ag, yang telah memberikan saran dan dukungannya kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

11.Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan guru-guru yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.

5 November 2009 M

Jakarta,

17 Dzulhijjah 1430 H


(9)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Studi Review Terdahulu ... 8

E. Sistematika Penyusunan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah... 10

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ... 10

2. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah ... 13

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah ... 16

4. Ketentuan Umum Murabahah ... 18

5. Aplikasi Murabahah Pada BMT... 21

A. Konsep Baitul Maal Wattamwil... 22


(10)

UMUM BMT BERKAH MADANI...

A. Hipotesa ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

1. Sumber Data... 27

2. Populasi Dan Sampel ... 27

3. Teknik Pengambilan Sampel... 28

4. Lokasi Penelitian ... 29

C. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani ... 31

D. Visi dan MIsi BMT Berkah Madani ... 32

E. Prinsip Operasional BMT Berkah Madani... 33

F. Struktur Organisasi BMT Berkah Madani ... 34

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden ... 37

B. Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Nasabah... 40

C. Pengujian Hipotesa ... 46

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 51

B. Saran-saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Efektivitas penyaluran pembiayaan ... 67

Tabel 2 : Efektivitas pengembalian pembiayaan ... 68

Tabel 3 : Efektivitas pembinaan BMT ... 69

Tabel 4 : Efektivitas pendayagunaan teknologi informasi ... 70


(12)

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi dari lembaga keuangan syari’ah baik makro maupun mikro adalah mendistribusikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.1 Selain itu, pembiayaan atau financing merupaka bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual beli yang merupakan instrumen pembiayaan perbankan syari’ah merupakan sumber pendapatan yang dominan.2 Melihat kondisi seperti ini, maka salah satu fungsi dari lembaga keuangan adalah menyalurkan pembiayaan.

Pembiayaan dipahami sebagai pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.3 Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh sebab itu, kualitas dari efisiensi harus dijaga, agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya

1

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. ke-1, h. 160

2

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. ke-4, h. 208

3


(14)

bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan menyebabkan kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang ditanamkan dalam pembiayaan itu.4 Dalam rangka meningkatkan efektivitas bisnisnya, lembaga keuangan syari’ah biasanya memiliki beragam jenis pembiayaan yang salah satunya adalah pembiayaan murabahah.

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di-mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plusprofit.5

Menurut Muhammad, murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah di mana bank syari’ah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang telah disepakati bersama antara bank syari’ah dan nasabah.6 Dengan demikian, pembiayaan murabahah merupakan suatu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk

4

Nasruddin, “Pembiayaan Efektif Untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank”, artikel diakses pada tanggal 15 April 2009 dari www.wikipedia.com

5

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah; Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), Cet. ke-2, h. 62

6


(15)

membeli barang yang diperlukan dengan perjanjian bahwa nasabah akan memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan. Dalam hal ini, pihak-pihak yang telah memberikan pembiayaan seperti bank-bank syari’ah atau lembaga-lembaga keuangan mikro syari’ah lainnya seperti BMT.

Salah satu lembaga keuangan syari’ah yang biasa mendistribusikan pembiayaan murabahah adalah BMT. Fakta BMT yang paling menonjol adalah keberhasilannya dalam penyaluran dana berupa pembiayaan yang diberikan kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini tidak memiliki akses permodalan oleh perbankan. Sebagai contoh, pembiayaan yang hanya bernilai ratusan ribu rupiah, dapat dilayani secara profesional oleh BMT.7 Sekalipun nominalnya kecil, pembiayaan tersebut terbukti sangat membantu para anggota atau nasabah untuk mengembangkan usahanya. Setidaknya BMT membantu mereka untuk dapat mempertahankan penghasilan dari usahanya. Pembiayaan yang diberikan dalam konteks kebutuhan konsumsi pun terbukti mampu melindungi para anggota atau nasabah BMT dari jeratan rentenir.

Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi rakyat yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada masyarakat bawah

7

Awalil Rizky, BMT; Fakta dan Prospek Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UCY Press, 2007), Cet. ke-1, h. 9


(16)

yang miskin dan nyaris miskin. BMT-BMT berupaya membantu mengembangkan usaha mikro dan usaha kecil, terutama bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha membantu permodalan tersebut, yang biasa dikenal dalam istilah pembiayaan dalam khazanah keuangan modern, maka BMT juga berupaya menghimpun dana, terutama sekali yang berasal dari masyarakat lokal di sekitarnya. Dengan kata lain, BMT pada prinsipnya berupaya mengorganisasi usaha saling tolong menolong antar warga masyarakat suatu komunitas dalam masalah ekonomi yang sudah barang tentu dimediasi oleh BMT.

Namun tidak semua BMT dapat memberikan pembiayaan kepada sektor usaha kecil dan mikro. Banyak di antara para BMT yang mengalami kesulitan dalam hal pemberian pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut terkadang BMT mengambil alternatif pendanaan yang penuh resiko. Bahkan menyerempat di wilayah “abu-abu prinsip pengelolaan keuangan syari’ah. Ironisnya, justru terjadi pengendapan dana lebih dari 300 triliun rupiah dalam bentuk SBI dan belum lagi dalam bentuk lainnya yang kita ketahui bersama bahwa dana-dana tersebut diragukan produktifitasnya.8

Memang banyak cara yang bisa dilakukan BMT untuk mengatasi masalah likuiditas tersebut. Namun sebagian besar pelaku BMT tetap menginginkan sebuah skema yang mudah serta murah dalam memperoleh pendanaan dan tentu saja dengan tetap memperhatikan keamanan serta ketentuan-ketentuan syari’ah.

8

PT Permodalan BMT Ventura, 101 Things About Us, (Jakarta: PT Permodalan BMT Ventura, 2009), h. 6


(17)

Oleh sebab itu sebagai ikhtiar untuk turut serta dalam meringankan serta mengatasi persoalan permodalan di sektor usaha mikro dan kecil sekaligus secara stimultan mengatasi kesulitan likuiditas pada BMT, maka BMT Berkah Madani dianggap cukup berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan nasabahnya..

Seperti halnya BMT-BMT lain, BMT Berkah Madani juga memiliki beragam jenis pembiayaan. Salah satu jenis pembiayaan yang disalurkan pihak BMT Berkah Madani dalam upaya meningkatkan pendapatan nasabah adalah jenis pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah pada BMT Berkah Madani diberikan secara langsung kepada nasabah dengan persyaratan yang cukup ringan. Hal ini disebabkan nasabah BMT Berkah Madani merupakan kategori nasabah yang tergolong mikro dan kecil.

Oleh sebab itu, BMT Berkah Madani bertekad meningkatkan capaiannya dalam mendukung usaha mikro dan kecil. Dalam mewujudkan tekad tersebut, maka peranan investor baik dari perorangan, institusi nasional atau internasional, swasta dan pemerintah yang telah mempercayakan dananya untuk dikelola oleh BMT Berkah Madani menjadi penting. Kepercayaan itu akan dijaga dengan berupaya menjalankan bisnis sesuai dengan tata kelola syari’ah, transparan, aman, kompetitif, menguntungkan dan profesional.

Berangkat dari ilustrasi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PENINGKATAN


(18)

PENDAPATAN NASABAH BMT BERKAH MADANI. Tema ini menarik

untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas sehingga dapat menjadi bahan perbandingan bagi institusi perbankan dalam rangka memberikan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu sejauh mana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah.

Dari pembahasan masalah di atas, maka secara spesifik perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pendapatan nasabah sebelum dan sesudah diberikan pembiayaan murabahah ?

2. Bagaimana perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan murabahah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki beberapa tujuan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan murabahah.


(19)

2. Mengetahui perubahan pendapatan nasabah sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan murabahah.

Adapun manfaat dari penelitian skripsi ini ini di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan pelajar dan mahasiswa serta untuk menambah dan memperkaya bahan kajian dan pustaka. 2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menggambarkan penerapan efektivitas pembiayaan murabahah pada BMT Berkah Madani, sedang bagi penulis sendiri dan masyarakat adalah sebagai pengetahuan tentang sebuah BMT berikut aktivitasnya.

D. Studi Review Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang dapat dijadikan bahan rujukkan diantaranya mengangkat tema mengenai al-Qardhul Hasan. Salah satu di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini Yulianti.9 Dalam penelitiannya, ia menekankan keefektifan pinjaman al-qardhul hasan yang diberikan BMT kepada nasabah yang membutuhkan modal usaha untuk

9

Rini Yulianti, “Efektivitas Pemanfaatan Al-Qardhul Hasan Bagi Pedagang Kecil; Studi Pada BMT Husnayain Jakarta Timur”, Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 7 – 8


(20)

berkembang lebih baik dari usaha sebelumnya, dan diharapkan terjadi perubahan yang signifikan terhadap usaha setelah diberikan pinjaman.

Dari penelitian tersebut di atas sudah jelas ada perbedaan yang akan penulis angkat, yakni tentang pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah. Di sini penulis lebih menekankan pada tingkat pendapatan nasabah sebelum dan sesudah diberikan pembiayaan murabahah, dan diharapkan terjadi peningkatan pendapatan nasabah yang signifikan terhadap usaha setelah diberikan pembiayaan murabahah. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah BMT Berkah Madani.

F. Sistematika Penyusunan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review terdahulu, dan sistematika penyusunan.

BAB II Landasan Teori. Ruang lingkup pembahasan landasan teori ini terdiri dari pembiayaan murabahah terdiri atas pengertian murabahah, landasan hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah, ketentuan umum murabahah dan aplikasi murabahah pada BMT.


(21)

BAB III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum BMT Berkah Madani

yang pembahasannya meliputi hipotesa, metode penelitian, sumber data, populasi sample, teknik pengambilan data, teknik analisis data, lokasi penelitian, sejarah singkat BMT Berkah Madani, visi dan misi BMT Berkah Madani, prinsip operasional BMT Berkah Madani, produk pembiayaan BMT Berkah Madani dan struktur organisasi BMT Berkah Madani.

BAB IV Hasil Penelitian yang pembahasannya meliputi karakteristik responden, Pembiayaan murabahah terhadap pendapatan nasabah, Pengujian hipotesa.

BAB V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.


(22)

A. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Secara etimologis, kata murabahah berasal dari kata ﺎﺤﺑر - ﺢﺑﺮﻳ ﺢﻳر

yang berarti beruntung.1 Secara terminologis, murabahah adalah bentuk jual beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, orang pada hakekatnya ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli.2

Menurut Antonio, ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli

murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.3 Menurut Anwar, murabahah adalah menjual sesuatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang

1

Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. ke-1, h. 119

2

M. Abdul Mujieb, et.al., Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994, Cet. ke-1, h. 225

3

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah; Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institut, 2000), Cet. ke-2, h. 145


(23)

ditentukan atau dibayar secara cicilan.4 Pengertian yang sama juga diberikan Karim bahwa cara pembayaran murabahah dapat dilakukan baik dalam bentuk

lump sum (sekaligus) maupun dalam bentuk angsuran.5 Menurut Sutan Remy,

murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan.6

Sedangkan menurut Sumitro, murabahah adalah persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai satu tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi cara pembayaran sekaligus.7 Jika ditinjau dari aspek definisi, maka murabahah juga dapat dipahami sebagai keuntungan yang disepakati. Oleh sebab itu, menurut Karim karakteristik

murabahah adalah sebagai berikut :

Si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya si fulan membeli unta 30 dinar, biaya-biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika ia menawarkan untanya ia mengatakan : saya jual unta ini 50 dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar.8

Manan menegaskan dengan operasi murabahah, para nasabah BMT membeli suatu komiditi menurut rincian tertentu dan menghendaki agar BMT

4

M. Syafi’i Anwar, “Alternatif Terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Qur’an II, Edisi 9 Oktober 1991, h. 13

5

Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), Cet. ke-1, h. 161

6

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999), Cet. ke-1, h. 64

7

Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait; BMI dan Takaful di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 37

8


(24)

mengirimkannya kepada mereka berdasarkan tambahan harga tertentu menurut persetujuan diawal akad antara kedua belah pihak.9 Dalam transaksi

murabahah, penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual-belikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga harga pula harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan dengan jelas.10 Dengan cara ini, si pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual.

Melihat beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi.11 Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu. Dengan kata lain, nasabah telah memperoleh pembiayaan dari BMT untuk pengadaan barang yang dibutuhkan.

Dari beberapa pengertian di atas baik dalam literature fiqh maupun praktisi perbankan, dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah kontrak jual beli barang antara penjuyal dan pembeli dengan fasilitas penundaan pembayaran baik untuk pembelian asset modal kerja maupun investasi dengan harga asal ditambah dengan keuntungan dan jangka waktu yang telah

9

Potan Arif Harahap, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), Cet. ke-1, h. 168

10

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), Cet. ke-1, h. 25 11

Muhammad Syafi’i Antonio, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Cet. ke-1, h. 25


(25)

disepakati kedua belah pihak dan cara pembayarannya dapat dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo ataupun dengan angsuran.

2. Landasan Hukum Murabahah

Murabahah adalah aqad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Rasulullah SAW berprofesi sebagai pedagang,12 ia melakukan aqad murabahah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari aspek hukum Islam, maka praktek murabahah ini dibolehkan baik menurut Al-Qur’an, hadits maupun ijma’ ulama.13

Adapun landasan hukum dari pembiayaan murabahah adalah firman Allah SWT sebagai berikut :

)

ءﺎ ا

:

29

.(

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu,

12

Saat itu Rasulullah SAW berusia kira-kira 25 tahun, dan belum menjadi nabi. Lihat M. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Bandung: Mizan, 1997), h. 75

13

M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab, makalah tidak diterbitkan, h. 1 – 2. Menurut Al-Qur’an, lihat misalnya dalam surat Al-Mujammil ayat 20. Menurut Hadits, di antaranya adalah hadits Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat yang ditetapkan Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib. Menurut ijma’ ulama, karena sistem ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya para sahabat banyak yang mempraktekkannya dan tidak ada yang mengingkarinya.


(26)

dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. Al-Nisa’ : 29).

Dalam ayat lain yang masih berkaitan dengan landasan hukum pembiayaan murabahah adalah firman Allah SWT sebagai berikut :

...

...

)

ةﺮ ا

:

275

.(

Artinya : “…. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

…” (QS. Al-Baqarah : 175)

Pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-Qur’an, tetapi juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :

ْﻦ

ْﻴﻬ

ﻲﺿر

ﷲا

ْ

نأ

ﻲ ا

ﷲا

ْﻴ

و

لﺎ

:

ث ﺛ

ﻦﻬْﻴﻓ

ﺔآﺮ ْا

:

ْﻴ ْا

ﻰ ا

، ﺟﺁ

،ﺔﺿرﺎ ْاو

ْﺧو

ﺮ ْا

ﺮْﻴ ﺎ

ﺖْﻴ ْ

ْﻴ ْ

)

اور

ﻦ ا

ﺟﺎ

.(

14

Artinya : “Dari Suhaeb ra. sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : Ada tiga hal yang mengandung berkah yaitu jual beli tidak secara tunai, dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).

Hadits lain yang erat kaitannya dengan masalah pembiayaan

murabahah adalah sabda Rasulullah SAW sebagai berikut :

ْﻦ

ﻦْا

فْﻮ

ﻲﺿر

ﷲا

ْ

،لﺎ

لﺎ

لْﻮ ر

ﷲا

ﷲا

ْﻴ

و

:

ْ ا

ﺰﺋﺎﺟ

ﻦْﻴ

ﻦْﻴ ْ ْا

ا

ﺎ ْ

مﺮ

ْوا

ا

ﺎ اﺮ

نْﻮ ْ ْاو

ْ ﻬ ْوﺮ

ا

ﺎ ْﺮ

مﺮ

ْوا

ا

ﺎ اﺮ

)

اور

ﺬﻴ ﺮﺘ ا

.(

15

Artinya : “Dari Amr bin Auf ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW : Perdamaian itu dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat

14

Al-Shan’any, Subul Al-Salaam, (Bandung: Dahlan Press, t.th), Juz III, h. 76 15

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulug Al-Marram Min Adillatil Ahkam, (Beirut: Daar Al-Ihya, 1973), h. 175 - 176


(27)

kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Turmudzi).

Selain Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang dijadikan landasan sebagai dasar hukum murabahah, maka ijma’ ulama juga dapat dijadikan acuan hukum murabahah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Abdullah Syeed :

Al-Qur’an tidak membuat acuan langsung berkenaan dengan

murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian dan perdagangan. Demikian pula, tidak ada hadits yang memiliki acuan langsung kepada murabahah. Karena nampaknya tidak ada acuan langsung kepadanya dalam Al-Qur’an atau hadits yang diterima umum, para ahli hukum harus membenarkan murabahah

berdasarkan landasan lain.16

Menurut Imam Malik, murabahah itu dibolehkan dengan berlandaskan pada orang-orang Madinah, yaitu ada konsensus pendapat di Madinah mengenai hukum orang yang membeli baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya berdasarkan suatu kesepakatan berdasarkan keuntungan.17 Imam Syafi’i mengatakan jika seseorang menunjukkan komoditas kepada seseorang dan mengatakan “kamu beli untukku, aku akan memberikan keuntungan begini, begitu”, kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu sah.18 Sedangkan Marghinani serorang faqih mazhab Hanafi membenarkan keabsahan murabahah berdasarkan

16

Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum Neorevivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), Cet. ke-2, h. 119

17

Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum Neorevivalis, h. 120

18

Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum Neorevivalis, h. 120


(28)

kondisi penting bagi validitas penjualan di dalamnya, dan juga karena manusia sangat membutuhkannya. Demikian pula Nawawi dari mazhab Syafi’i, secara sederhana mengemukakan bahwa penjualan murabahah sah menurut hukum tanpa bantahan.19

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa landasan hukum pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-Qur’an, tetapi juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai landasan yang kedua setelah Al-Qur’an serta ijma’ para ulama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan murabahah adalah Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW serta ijma’ ulama.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Menurut Zulkifli, rukun murabahah terdiri atas pembeli dan penjual,

ijab dan qabul barang yang dibeli serta ada nilai tukar pengganti.20 Sedangkan menurut Adiwarman, rukun murabahah itu terdiri atas pelaku, objek, ijab dan

qabul.21 Ulama Hanafiyah mengemukakan bahwa rukun murabahah adalah

ijab dan qabul. Sedangkan menurut Jumhur rukun murabahah itu terdiri atas pembelidan penjual, objek serta ijab dan qabul.22

Adapun syarat-syarat murabahah sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah hal-hal yang berkaitan dengan

19

Abdullah Syeed, Menyoal Bank Syari’ah; Kritik Atas Interpretasi Bunga Kaum eorevivalis, h. 120

20

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, h. 57 21

Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 177 22


(29)

orang yang melakukan akad. Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan aqad murabahah itu harus memenuhi syarat-syarat yaitu baligh dan yang melakukan akad adalah orang-orang yang berbeda. Artinya seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli.23 Sedangkan syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul, para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari murabahah adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak ini dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat qabul itu harus sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: “Saya jual buku ini seharga Rp. 15.000,- Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang melakukan akad murabahah

hadir dan membicarakan topik yang sama.24

Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan barang yang diperjualbelikan disebutkan bahwa barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu. Kemudian dapat manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, bangkai, khamar dan darah tidak sah menjadi obyek jual beli. Barang tersebut adalah milik orang yang berakad dan boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.25

23

Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), Cet. ke-1, h. 115 24

Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 115 25


(30)

Menurut Syafi’i Antonio, syarat murabahah itu meliputi penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas dari riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian dan penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.26 Secara prinsip, jika syarat-syarat tidak terpenuhi, maka pembeli memiliki beberapa pilihan yaitu melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual dan membatalkan kontrak.27

4. Ketentuan Umum Murabahah

Murabahah merupakan jual beli yang berprinsip pada transparansi dan kepercayaan. Kejujuran penjual menjadi hal penting dalam murabahah, mengingat keadaan pembeli yang tidak memiliki pengetahuan tentang harga beli yang pertama dan biaya-biaya yang dikeluarkan penjual ke atas barang. Pembeli pun diharapkan percaya terhadap segala pemberitaan yang datang dari penjual dan begitu juga sebaliknya. Agar kejujuran dan kepercayaan dalam murabahah ini dapat direalisasikan, maka penjual harus menjelaskan tentang biaya-biaya yang dianggap sebagai modal dan yang tidak bisa serta keadaan modal yang bisa dijadikan sebagai dasar laba.

26

Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 118 – 119 27


(31)

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Malik kondisi ini dapat dibagi menjadi tiga golongan pertama, bagian yang bisa dianggap sebagai pokok harga dah mempunyai bagian laba. Kedua, bagian yang bisa dijadikan sebagai pokok modal, tetapi tidak mempunyai bagian laba dan ketiga, bagian yang tidak bisa dimasukkan ke dalam pokok modal dan tidak juga mempunyai bagian laba.28

Bagian yang bisa dianggap sebagai pokok harga dan mempunyai bagian laba. Bagian ini adalah biaya yang dikeluarkan penjual dan berpengaruh serta melekat terhadap zat barang secara langsung. Misalnya penjual berkata, “Saya membeli pakain ini dengan harga sekian, dan saya mencelupkannya dengan ongkos sekian, atau dan saya membordirkannya dengan biaya sekian”. Hukum biaya tambahan yang telah dikeluarkan penjual dalam kasus tersebut di atas adalah seperti harga barang sebagai pokok modal. Kemudian biaya-biaya yang telah digabungkan dengan harga barang tersebut mempunyai bagian laba.

Bagian yang dimasukkan ke dalam pokok modal, tetapi tidak mempunyai bagian laba, maka ia adalah perkara yang tidak mempunyai pengaruh terhada zat barang secara tidak langsung, yaitu perkara-perkara yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh penjual. Misalnya jasa pengangkutan dan penyewaan tempat untuk menyimpan barang, maka uang transport dan uang

28

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, (Riyadh: Maktabah Najar Musthafa al-Baaz, 1995), Cet. ke-1, h. 375


(32)

sewat tersebut dapat diperhitungkan ke dalam pokok harga atau pokok modal, tetapi tidak mempunyai bagian laba.

Bagian yang tidak bisa dimasukkan ke dalam pokok harga dan tidak mempunyai laba, maka ia adalah perkara yang mempunyai pengaruh zat barang baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu perkara-perkara yang diusahakan sendiri oleh penjual. Misalnya penjual merangkap juga sebagai seorang penjahit, kemudian ia menjahit pakaian yang ia beli, atau ia seorang pencelup, kemudian pakaian itu dicelup sendiri. Perkara lainnya seperti transportasi dan tempat penyimpanan barang yang melibatkan pihak ketiga, maka hokum biaya ini tidak bisa diperhitungkan sebagai pokok harga.29

Imam Hambali berpendapat bahwa apabila biaya-biaya tersebut harus dibayarkan pada pihak ketiga, maka akan berpengaruh terhadap nilai barang yang dijual, penjual boleh memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam pokok harga dan membolehkan pembebanan pada harga jual. Sedangkan Imam Syafi’i membolehkan semua biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli untuk dimasukkan ke dalam pokok harga dan kemudian dapa dibebankan pada harga jual, selama biaya-biaya itu bermanfaat dan dapat menambah nilai barang yang dijual. Namun mereka tidak membolehkan biaya-biaya tenaga kerja untuk dimasukkan ke dalam pokok harga, karena

29

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, (Beirut: Daar Al-Fikr, tth), Cet. ke-1, h. 534


(33)

menurut mereka komponen ini sudah termasuk ke dalam keuntungan. Adapun Imam Hanafi, semua biaya yang dikeluarkan pedagang untuk mendatangkan barang dapat diperhitungkan dalam pokok harga.30

Permasalahn yang kedua dari ketentuan umum murabahah adalah menyangkut cara pembayaran. Cara pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau diangsur tergantung kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli. Menurut Hanabilah, ketika seseorang menjual sesuatu seharga Rp. 100.000,- bila dibayar secara angsur atau Rp. 50.000,- secara tunai, tidak ada riba di dalamnya.31 Menurut Ibnu Qudamah dan Imam Nawawi, membayar dengan harga yang lebih tinggi dalam jual beli secara tangguh/ tempo merupakan kebiasaan pedagang dan atas dasar ini tidak berarti apa-apa membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk barang yang dijual secara tunda.32

5. Aplikasi Murabahah Pada BMT

Dalam teknik BMT, murabahah adalah akad jual beli antara BMT selaku penyai barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. BMT memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Harga jual BMT adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh BMT.33

30

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, h. 535 – 536 31

Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Al-Syaukani, Nailul Authar, (Kairo: Maktabah Al-Dakwah Al-Islamiyah, tth), h. 152

32

Ibnu Qudamah, Al-Mugni, (Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1994), Cet. ke-1, h. 281 33


(34)

Pada BMT, prinsip murabahah memegang kedudukan kunci nomor dua setelah bagi hasil dan pembiayaan murabahah ini sangat berguna bagi seseorang atau perusahaan yang membutuhkan barang secara mendesak, namun ia kekurangan dana dan pada saat ini boleh dikatakan ia dianggap kekurangan likuiditas. Ia meminta pada BMT agar membiayai pembelian barang tersebut dan ia bersedia membayarnya pada waktu yang telah ditentukan. Dengan demikian, BMT membeli komoditi untuk para nasabahnya dan menjual kembali sampai kepada harga yang maksimum yang ditetapkan atau rasio laba harga yang dinyatakan sebelumnya.

Dengan kata lain, murabahah merupakan pembiayaan sistem jual beli di mana BMT membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Harga jual kepada nasabah adalah sebesar harga pokok barang ditambah margin keuntungan yang telah disepakati antara pihak BMT dengan nasabah.

B. Konsep Baitul Maal Wat Tamwil

1. Pengertian BMT

Istilah BMT (Balai Usaha Mandiri Terpadu) adalah penggabungan dari dua kata, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara etimologi baitul maal

berasal dari kata bait dan al-maal. Bait artinya bangunan atau rumah, sedangkan al-maal berarti harta benda atau kekayaan, jadi secata harfiah,

baitul maal berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun demikian, kata

baitul maal diatikan sebagai pembendaharaan (umum atau Negara).34

34


(35)

Abu A’la al-Maududi memandang bahwa baitul maal adalah lembaga keuangan yang dibangun atas landasan syariah oleh sebab itu pengelolaannya harus dengan aturan syariah pula.35 Adapun yang dimaksud dengan baitul maal adalah istilah fiqih Islam adalah suatu badan atau lembaga (instansi) yang bertugas mengurusi kekayaan Negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukkan dan pengelolaan, maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lai-lain.

Definisi lain yang menjelaskan baitul maal ialah merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (social)36. Sedangkan baitul maal secara etimologi berasal dari kata bait dan tamwil. Yang berarti bait adalah rumah dan tamwil adalah pembiayaan. Jadi baitut tamwil adalaha rumah pembiayaan. Dan baitul tamwil secara terminologis dapat diartikan sebagai lembaga (instansi) keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga (deposan) dengan memberikan pembiayaan-pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan. Atau baitut tamwil didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana masyarakat dan bersifat profit motive.37

35

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1997), Cet. ke-5, h. 186

36

Hertanto Widodo, et.al, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung: Mizan, 1999), h. 81 37


(36)

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa BMT adalah merupakan lembaga keuangan yang bertugas mengumpulkan dan mengelola dana umat berdasarkan prinsip syariah Islam yang dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian.

2. Konsep Islam Tentang BMT

Dalam perbankan konvensional dasar yang dijadikan adalah bunga bank, dimana bunga bank selalu dibebankan seluruhnya kepada nasabah, pihak bank tinggal menghitung hari dan tanggal untuk menunggu hasil pelunasan,dan mempersiapkan surat sitaan atau denda, bagi mereka yang tidak tepat waktu. Hal ini merupakan beban yang harus ditanggung oleh pihak nasabah, karena suku bunga yang cukup tinggi biasa” mencekik leher”. Sebagian orang mengatakan, bunga boleh diambil karena beban uang yang diberikan tidak terlampau tinggi dan tidak berlipat ganda. Tetapi siapa yang tahu suku bunga bank lebih rendah atau lebih tinggi untuk masa yang akan datang

Para ulama Islam dan ahli ekonomi muslim yang berpendapat satu sama lain dengan argumentasinya masing-masing apakah bunga bank sama dengan riba, pendapat mereka dapat di kelompokan dalam empat kelompok yaitu : a. Bunga bank sama dengan riba, yang berarti haram hukumnya.

b. Bunga bank adalah mutasyabihat (belum jelas) sebab dalil yang mengharamkan belum jelas atau tidak kuat dan dalil yang menghalalkan tidak kuat.


(37)

c. Bunga bank di haramkan, tetapi boleh jika dalam keadaan darurat

d. Bunga bank Halal,lebih banayak manfaatnya dari pada kerugiannya ( mudhorot)38

Allah melarang bagi orang yang memakan riba akan berakibat fatal yaitu mereka akan mendapat siksa yang pedih,karena termasuk memakan harta orang lain,dengan cara yang bathil.

Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisa : 161)

Dari gambaran ayat inilah dasar ajaran Islam melarang praktek riba, yang banyak digunakan bank konvensional. Dengan dasar ini pula pengoperasional BMT menggunakan pada sistem syariah.

38

Karnaen Perwataamadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, ( Depok: Usaha Kami,1996), Cet,Ke-I.h.156


(38)

GAMBARAN UMUM BMT BERKAH MADANI

A. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

X ( Pembiayaan Murabahah) Y ( Pendapatan Nasabah)

Ho = tidak ada hubungan atau pengaruh antara besarnya pembiayaan yang didapat dengan peningkatan pendapatan nasabah

H1= ada hubungan atau pengaruh positif yang signifikan antara pembiayaan murabahah dengan peningkatan pendapatan nasabah

B. Metode Penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam jenis desain penelitian deskriptif1dari olahan data kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang dipisah-pisahkan menurut kategori tertentu agar memperoleh kesimpulan.2 Menurut Marzuki, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan

1

Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu pertama untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Kedua, untuk memprediksi fenomena sosial tertentu. Lihat Masri Singarimbun, et.al., Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4 – 5

2

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), Cet. ke-2, h. 3


(39)

cara melukiskan keadaan obyek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.3

Oleh sebab itu, pembahasan hasil penelitian ini mengupayakan beberapa hal seperti mencari informasi faktual yang mendetail dalam menjelaskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung, membuat konfirmasi dan evaluasi serta mengetahui apa yang telah dikerjakan orang lain mengenai masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.4

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dan questioner dengan karyawan dan nasabah BMT Berkah Madani Depok.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data kualitatif yang dikeluarkan oleh BMT Berkah Madani Depok yang akan diolah menjada data kuantitatif.

3

Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE – UII, 2001), h. 8 4

Penelitian deskriptif memiliki pengertian yang sangat luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis serta eksperimental dan penelitian deskriptif dalam arti luas biasanya diidentikan dengan penelitian survey. Lihat Mastuhu, et.al., Manajemen Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis, (Jakarta: INIS, 2000), h. 209


(40)

Selain itu data sekunder juga didapat dari buku-buku referensi yang terkait dengan penelitian penulis diantaranya : Suhartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, Faisal Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruh unit analisis yaitu obyek yang akan diteliti.5 Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan obyek penelitian yang dipelajari dan diamati.6 Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah BMT Berkah Madani yang berjumlah 15 orang.7

Dari populasi yang diteliti ada 15 orang responden, yang mayoritas responden bertempat tinggal di daerah depok sekitar kantor BMT Berkah Madani, dari 15 responden yang teliti mayoritas responden berjenis kelamin laki laki 11 orang dan 4 orang responden perempuan. Dengan tingkat pendidikan responden adalah SMA dengan jumlah 8 orang responden kemudian 3 orang responden bertingkat sekolah dasar, yang selanjutnya diikuti oleh sarjana dan strata diploma.

3. Teknik Pengambilan Data

Untuk kepentingan penelitian, pengambilan data dapat dilakukan melalui :

5

Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35 6

Sanapsiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Bandung: Rajawali Press, 1992), h. 86 7

Data diperoleh dari BMT Berkah Madani yaitu nasabah yang diberikan pembiayaan murabahah oleh BMT yang bersangkutan.


(41)

Kuisioner.

Kuisioner ini merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam bentuk daftar pertanyaan terstruktur agar responden dapat memberikan jawaban lebih bebas dengan menggunakan istilah mereka sendiri dan menulis ulasan-ulasan yang dianggap penting pada ruang yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan pada questioner sebagian bersifat tertutup dimana pilihan atau alternatif jawaban tersedia dan sebagian lagi bersifat terbuka untuk menggali informasi yang mungkin muncul di luar pertanyaan yang tersedia. Kuisioner ini akan diberikan pada seluruh responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitin.

Kuesioner adalah mengumpulkan data primer mengenai persepsi para responden mengenai metode pelatihan dan pengembangan yang telah dilaksanakan oleh bank syariah tempat penelitian dilaksanakan.

Jenis pertanyaan dalam kuesioner ini merupakan pertanyaan tertutup karena responden hanya memilih satu jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah ditentukan.

4. Teknik Analisis Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini meruipakan hasil survei

questioner dan wawancara untuk kemudian kuantifisir dengan menggunakan angka dan alat hitung dari sejumlah model deskriptif yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pembiayaan murabahah. Penelitian


(42)

deskriptif menurut Sugiyono8 diasumsikan sebagai penelitian yang ditujukkan untuk tidak mengambil kesimpulan ataupun peramalan mengenai keseluruhan data induk. Untuk itu, alat ukur statistik yang menjadi pilihan penulis dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik.

Dalam analisa data penelitian ini, penulis menggunakan pengujian Ho

(hubungan nol), dimana :

H0 = Tidak ada pengaruh antar variable-variabel yang ada

H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable-variabel yang ada

Adapun untuk pengujian Ho (hubungan nol), penulis menggunakan uji

statistik rs (rangkaian spearman),9 yaitu :

) 1 ( 6 1 2 2 − Σ − = n n di rs dimana :

rs = Rank spearman

di = Beda (selisih) setiap pasang rank n = Jumlah pasangan rank

Apabila terdapat nilai pengamatan yang sama, statistic rs dihitung dengan

rumus :10

8

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alvabet, 2002), h. 14 9

Korelasi rangking spearman merupakan statistik yang paling awal dikembangkan dan mungkin yang paling dikenal dengan baik. Kadang-kadang statistic ini disebut rho, merupakan kolerasi yang menuntut kedua variable pengamatan sekurang-kurangnya diukur dalam skala ordinal, sehingga obyek-obyek individu-individu yang diamati dapat dirangking dalam dua rangkaian berurut. Lihat Wijaya, Statistik Non Parametrik, (Bandung: Alvabeta, 2003), Cet. ke-3, h. 95

10


(43)

2 2 2 2 2 2 Y X di Y X rs Σ Σ Σ − Σ + Σ = dimana : Tx N N

x = − −Σ

Σ 12 3 2 12 3 t t Tx=Σ −

Σ

Ty N N

y = − Σ

Σ 12 3 2 12 2 t t Ty=Σ −

Σ

Uji signifikansi rs, dilakukan dengan statistik t, yaitu :

2 1 2 s s r n r t − −

= ,11 dan

kaidah pengujian: tolah H0 jika t < - atau t > , dengan taraf nyata α

= 0,05.

) 2 ( 2 / ka

t ta/2(k2)

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan sekitar wilayah kelapa dua depok yang merupakan nasabah BMT Berkah Madani yang beralamat Jalan Margonda Raya No. 25 Depok Telp. (021) 7887293.

C. Sejarah Singkat BMT Berkah Madani

BMT Berkah Madani berbadan hukum koperasi jasa keuangan syariah yang disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

11


(44)

Menengah No. 486/BH/MENEG.I/V/2006. Operasional BMT Berkah Madani dimulai tepat pada tanggal 10 Pebruari 2005 yang bertepatan dengan 1 Muharram 1426 H dengan aset awal Rp. 38.000.000.12 BMT Berkah Madani berlokasi di Jalan Akses UI No. 44 Kelapa Dua Depok.

D. Visi dan Misi BMT Berkah Madani

Visi yang ingin diwujudkan oleh BMT Berkah Madani adalah menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam rangka memberikan solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkala dan berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip

fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh. Sedangkan misi yang diemban oleh BMT Berkah Madani di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun

non finansial.

2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.

3. Menjadi BMT yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.

4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder

melalui pelayanan terbaik kepada shareholder.13

12

“Berangkat dari nol, asset BMT Berkah Madani Melonjak Tajam”, artikel diakses pada tanggal 19 September 2009 melalui www.republika.co.id.

13


(45)

E. Prinsip Operasional BMT Berkah Madani

Sebagai lembaga non bank, BMT Berkah Madani melakukan kegiatan operasionalnya secara konsisten dengan mengacu kepada ketetapan-ketetapan syar’i sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW secara ijma’ dan fatwa ulama. Sedangkan dalam menjalankan usahanya, BMT Berkah Madani menerapkan prinsip-prinsip syariah yang antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mudharabah, yaitu prinsip kerja sama antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama (BMT Berkah Madani) menyediakan dana penuh (100%) sebagai modal, sedang pihak kedua menjadi pengelola usahanya. Kerugian ditanggung oleh pihak BMT Berkah Madani selama kerugian itu bukan akibat dari pihak pengelola dan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.

2. Musyarakah, yaitu prinsip kerja sama antara kedua belah pihak untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama.

3. Murabahah, yaitu prinsip jual beli antara penjual dan pembeli dengan harga asal yang diketahui bersama, kemudian ditambahkan keuntungan tertentu untuk si penjual sesuai dengan kesepakatan.

4. Ba’i al-Istishna, yaitu prinsip kontrak jual beli antara pembuat barang dan pembeli. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli dengan harga dan cara pembayarannya telah disepakati bersama.


(46)

5. Ijarah wa itiqna, yaitu prinsip-prinsip atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.

F. Struktur Organisasi BMT Berkah Madani

Adapun struktur organisasi BMT Berkah Madani adalah sebagai berikut : 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Rapat Anggota Tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam BMT yang berbadan hukum koperasi, sehingga seluruh anggota memiliki hak yang sama untuk meminta keterangan dan pertanggungjawaban dari Badan Pengurus dan Badan Pengawas mengenai pengelolaan BMT. Pelaksanaan rapat anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.14

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan ini wajib untuk diadakan dan dioperasionalkan untuk lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syariah dan muamalah yang didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional BMT.

3. Badan Pengurus

Pengurus adalah orang-orang yang dipilih oleh anggota BMT dalam rapat anggota. Pada tahap awal pendirian, pengurus biasanya dipilih dari badan pendiri. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga secara umum.

14


(47)

4. Badan Pengawasan

Badan ini diadakan sebagai bagian dari prinsip prudensial bagi BMT Berkah Madani dalam melaksanakan operasionalnya.

5. Bidang Operasional

Bidang operasional berfungsi sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang operasional BMT

6. Bidang Pemasaran

Bidang pemasaran bertugas untuk membantu direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut pemasaran dan pembiayaan.

7. Bidang Keuangan

Bidang keuangan merupakan bidang yang melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang.

Adapun susunan pengurus BMT Berkah Madani pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Muhammad Haikal Anggota : Arisson Haikal 2. Badan Pengawas

Ketua : Asril


(48)

3. Badan Pengurus

Ketua Umum : Andi Estetiono Ketua 1 : Budi Hartanto

Ketua 2 : Bambang Wahyudiono Sekretaris 1 : Wawan S. Setiawan Sekretaris 2 : Johan Machrobi Bendahara 1 : Yoke Paramita Bendahara 2 : Fevin Andryanto

Melihat struktur organisasi BMT Berkah Madani seperti dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa struktur organisasi BMT tersebut telah memenuhi standar berdirinya sebuah institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat yang didukung oleh sumber daya insani yang unggul dan profesional. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi BMT Berkah Madani ini dapat dilihat pada bagan lampiran struktur.


(49)

A. Karakteristik Responden

Secara umum, gambaran umum responden dalam penelitian ini adalah nasabah yang mendapatkan pembiayaan murabahah di BMT Berkah Madani. Masyarakat atau nasabah yang menjadi responden berasal dari masyarakat sekitar lingkungan BMT Berkah Madani, ada juga yang berasal dari daerah di luar lingkungan BMT Berkah Madani. Dalam penelitian ini, ada 15 sampel responden yang merupakan sample jenuh.

Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan beberapa karakteristik responden.

Bagan 1

Jenis Kelamin Nasabah

11

4

0 2 4 6 8 10 12

Laki Laki Perempuan Jenis Kelamin Nasabah


(50)

Dari bagan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di atas dapat dilihat dari 15 responden yang mendapat pembiayaan murabahah pada BMT

Berkah Madani lebih dominan responden yang mengisi angket adalah laki-laki dengan persentase 73% sedangkan perempuan sebesar 27%. Ini berarti bahwa laki-laki lebih banyak mendapatkan pembiayaan murabahah dibandingkan

perempuan.

Bagan 2

Tingkat Pendidikan Nasabah

Dapat lihat pula dari karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, dari 15 orang responden ada yang berasal dari SD 20%, SMP sebesar 6.7%, SMA sebesar 53.3%, D3 sebesar 6.7%, dan sarjana sebesar 13.3%.

Bagan di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir SMA lebih dominan dibandingkan dengan pendidikan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa dengan tingginya pendidikan terakhir responden di tingkat SMA sangat

3

1

8

1

2 0

2 4 6 8

SD SMP SMA D3 SARJANA


(51)

berpengaruh pada jenis pekerjaan nasabah pada usaha yang dilakukan yaitu sebagai pengusaha.

Berikut ini bagan perbandingan daftar golongan rata-rata pendapatan bulanan yang di dapat responden setiap bulannya ketika sebelum mendapatkan pembiayaan murabahah dan sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah seperti terlihat dibawah ini.

Berdasarkan bagan perbandingan rata-rata pendapatan bulanan, terlihat adanya perubahan yaitu pendapatan bulanan, sebelum mendapatkan pembiayaan dari 15 orang responden diperoleh data mayoritas 40% responden mempunyai rata-rata pendapatan bulanan sebesar < Rp 2000.000,- setiap bulannya dan 13.3% responden berkisar Rp.9000.000,-.

Sedangkan pada gambar rata-rata pendapatan bulanan sesudah mendapatkan pembiayaan murabahah rata pendapatan responden sebagai berikut 6.7% responden mendapatkan pendanaan sebesar Rp.800.000,-, 13.3% responden mendapatkan pendapatan sebesar Rp.1.500.000.-, 13.3% responden pendapatan

1 2 3 1 2 1 1 2 1 1 0 1 2 3

6E+05 5E+06 7E+06 1E+07 Bagan 3 Pendapatan Nasabah Sebelum Pembiayaan 1 2 2 1 1

2 2 2 2

0 0.5 1 1.5 2

8E+05 5E+06 1E+07 Bagan 4 Pendapatan Sesudah


(52)

responden sebesar Rp. 2000.000,-, 6.7% responden pendapatannya sebesar Rp.5000.000.-, 6.7% responden mendapatkan pendapatan sebesar Rp.6000.000,-, dan 53% responden mempunyai pendapatan lebih dari Rp.7000.000,-.

B. Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Nasabah

BMT Berkah Madani merupakan salah satu BMT yang merupakan salah satu BMT yang bergerak dibidang lembaga keuangan non perbankan dengan berlandaskan prinsip syariah. Kehadiran BMT Berkah Madani membawa angina segar bagi pengusaha kecil dan menengah terutama bagi mereka yang membutuhkan modal usaha. Dengan adanya BMT Berkah Madani diharapkan dapat membantu pelaku usaha kecil dan menengah yang tak tersentuh oleh perbankan umum.

Dalam perkembangannya, BMT Berkah Madani memberikan pembiayaan kepada nasabahnya melalui beberapa jenis pembiayaan diantaranya pembiayaan

murabahah. Dalam memberikan pembiayaan tersebut, pihak BMT Berkah

Madani memberikan syarat-syarat yang relatif ringan dan mudah diikuti oleh para calon nasabah yang notabene dari kalangan kecil dan menengah.

Penyaluran pembiayaan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kegiatan perbankan karena pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber penghasilan BMT. Kinerja dan kelangsungan usaha berdasarkan prinsip syariah sangat dipengaruhi oleh kualitas penanaman dana atau pembiayaan. Hal ini sesuai dengan fungsi BMT sebagai lembaga perantara jasa keuangan (financial


(53)

intermediary) yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Dari hasil yang ditemukan, peningkatan ini terjadi setelah nasabah mengajukan pembiayaan murabahah pada BMT Berkah Madani.

Pada dasarnya pembiayaan murabahah disalurkan kepada nasabah-nasabah BMT Berkah Madani yang ditujukan untuk membantu usaha kecil dan menengah dalam segi permodalan usaha sehingga dapat meningkatkan keuntungan dari usaha yang sedang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian, pendapatan nasabah tersebut mengalami kenaikkan yang signifikan sehingga dapat mengangkat dan memberdayakan ekonomi mikro kecil dan menengah.

Hal ini dapat ini dapat dilihat pada bagan grafik indikator peningkatan pendapatan nasabah setelah mendapatkan pembiayaan murabahah dibawah ini.

Bagan 2

Perbandingan bagan di atas menunjukkan jawaban responden ketika ditanyakan setujukah dengan pernyataan usaha harus tetap menguntungkan

0 5 10

SS S R TS STS

Bagan 5 Menjaga Usaha Tetap Menguntungkan Sebelum Mendapatkan Pembiayaan

0 2 4 6 8 10 12

SS S R TS STS

Bagan 6 Menjaga Usaha Tetap Menguntungkan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan


(54)

sebelum mendapatkan pembiayaan terlihat dari 15 responden mayoritas 9 orang responden menjawab setuju dan 6 orang menjawab sangat setuju. Pada bagan menjaga usaha tetap menguntungkan sesudah mendapatkan pembiayaan terjadi adanya perubahan yang signifikan yang menunjukkan dari 15 orang responden mayoritas 11 orang responden menjawab sangat setuju dan 4 orang menjawab setuju. Hal ini berarti dengan adanya pembiayaan, maka pedagang memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga usaha sebelumnya.

Dari perbandingan bagan di atas terlihat pada grafik mengecek kelengkapan barang yang dijual sebelum mendapatkan pembiayaan. Dari 15 orang responden mayoritas responden 8 orang menjawab setuju, 5 orang menjawab sangat setuju dan 2 orang responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan pada bagan mengecek kelengkapan barang yang dijual sesudah mendapatkan pembiayaan mayoritas responden 10 orang menjawab sangat setuju, 5 orang responden menjawab setuju.

0 2 4 6 8

SS S R TS STS

Bagan 7

Mengecek kelengkapan barang yang dijual sebelum mendapatkan

pembiayaan

0 2 4 6 8 10 12

SS S R TS STS

Bagan 8 Mengecek kelengkapan barang yang dijual sesudah


(55)

Hal ini berarti bahwa dengan adanya pembiayaan, maka pedagang diharapkan agar lebih teliti dalam mengecek kelengkapan barang yang dijual sesudah memperoleh pembiayaan.

Selain mengecek kelengkaapan barang dagangan, kualitas dan mutu barang seperti terlihat pada grafik di bawah ini.

Dalam perbandingan bagan di atas menunjukkan adanya perubahan yang signifikan antara memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sebelum dengan sesudah mendapatkan pembiayaan. Hal ini ditunjukkan pada bagan memperhatikan kualitas dan mutu barang yang di jual sebelum mendapatkan pembiayaan . dari 15 orang responden mayoritas 9 orang responden menjawab sangat setuju dan 6 orang menjawab setuju. Sedangkan pada grafik bagan memperhatikan kualitas dan mutu barang dagangan sesudah mendapatkan pembiayaan dari 15 orang responden mayoritas 13 orang menjawab sangat setuju dan 2 orang responden menjawab setuju.

0 2 4 6 8 10

SS S R TS STS

Bagan 9

Memperhatikan kualitas dan mutu barang yang dijual sebelum

mendapatkan pembiayaan 0 2 4 6 8 10 12 14

SS S R TS STS

Bagan 10

Memperhatikan kualitas dan mutu barang yang dijual

sesudah mendapatkan pembiayaan


(56)

Hal ini berarti bahwa dengan adanya pembiayaan, maka pedagang lebih memperhatikan kualitas dan mutu barang yang dijual sebelum mendapatkan pembiayaan.

Dalam melakukan usahanya, tentunya mendapatkan keuntungan dari hasil usaha nasabah tersebut. Dalam bagan grafik pendapatan nasabah meningkat sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.

Dari perbandingan bagan di atas dapat dilihat adanya perbedaan. Pada bagan pendapatan nasabah meningkat sebelum memperoleh pembiayaan 6 responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab setuju dan 2 responden menjawab ragu-ragu. Sedangkan pada bagan grafik 8 pendapatan nasabah meningkat sesudah memperoleh pembiayaan mayoritas 11 responden menjawab sangat setuju dan 4 orang menjawab setuju.

Hal ini berarti adanya peningkatan pendapatan nasabah setelah memperoleh pembiayaan murabahah dari pihak BMT Berkah Madani.

0 2 4 6 8

SS S R TS STS

Bagan 11

Pendapatan nasabah meningkat sebelum memperoleh

pembiayaan

0 5 10 15

SS S R TS STS

Bagan 12 Pendapatan nasabah

meningkat sesudah memperoleh pembiayaan


(57)

Pada saat memperoleh pembiayaan, maka pendapatan nasabah meningkat dan tentunya nasabah memperoleh banyak keuntungan sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan.

Pada perbandingan bagan di atas terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam memperoleh banyak keuntungan sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan. Pada bagan 9 memperoleh keuntungan sebelum memperoleh pembiayaan 7 responden menjawab sangat setuju, 8 orang responden menjawab setuju. Sedangkan pada bagan 10 memperoleh keuntungan sesudah memperoleh pembiayaan mayoritas 11 orang responden menjawab sangat setuju dan 4 responden menjwab setuju.

Dari perbandingan grafik bagan indikator peningkatan pendapatan nasabah setelah memperoleh pembiayaan terlihat mayoritas nasabah menunjukkan peningkatan pendapatan dari usaha yang dijalankan setelah mendapatkan pembiayaan dibandingkan sebelum mendapatkan. Hal ini berarti menunjukkan adanya keuntungan yang signifikan setelah nasabah memperoleh pembiayaan.

0 2 4 6 8

SS S R TS STS

Bagan 13 Memperoleh banyak keuntungan sebelum memperoleh pembiayaan

0 5 10 15

SS S R TS STS

Bagan 14

Memperoleh banyak keuntunan sesudah memperoleh


(58)

C. Pengujian Hipotesa

1. Korelasi Rank Spearman

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, di uji dengan uji statistic non parametrik yakni korelasi rank spearman untuk melihat hubungan antara

variabel pembiayaan murabahah dan tingkat pendapatan nasabah. Untuk uji korelasi rank spearman dipilih dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa

kedua variabel penelitian tingkat pengukurannya ordinal.

Rumus korelasi rank spearman yang digunakan dalam hal ini adalah

sebagai berikut:

rs = ∑x2 + ∑y2-∑d2 (siegel and Castellan, 1988:239) 2√∑x2∑y2

∑x2 = N3- N – Tx 12

t = rank kembar

Tx = Jumlah rank kembar pada variabel x (pembiayaan murabahah) Ty = Jumlah rank kembar pada variabel y (pendapatan nasabah)

Uji signifikan terhadap rs digunakan uji – t dengan rumus sebagai berikut : t = rs√N – 2

t – rs kaidah keputusan

tolak Ho. Bila r ≥ t α, n- 2 terima Ho. Bila r < t α, n-2


(59)

Keeratan hubungan diinterpretasikan dengan menggunakan aturan Guilford ( Guilford’s Empirical Rule) sebagai berikut:

0 → < 0.2 Slight correlation ; almost neglibible relationship ≥ 0.2 → < 0.4 Smal correlation ; low relationship

≥ 0.4 → < 0.7 Moderate correlation ; substantial relationship ≥ 0.7 → < 0.9 High correlation : dependable relationship

≥ 0.9 → < 1.0 Ver high correlation ; very dependable relationship

2. Pendapatan Sebelum dan Sesudah Pembiayaan Murabahah

• Formulasi Hipotesanya

Ho : r = 0 pendapatan sebelum pembiayaan murabahah = pendapatan sesudah pembiayaan murabahah

H1 : r ≠ 0 pendapatan sebelum pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sesudah pembiayaan murabahah

• Taraf nyata (α) dengan t tabelnya : α : 5% : 0.05 ; uji dua arah

db : n-1 : 15-1 : 14

t ( 0,01;15 ) : 1.960 atau -1.960

• Kriteria pengujiannya

Ho diterima apabila to<1.960 Ho ditolak apabila to>1.960

• Nilai uji statistik yang dipakai adalah t = ð – uρ


(60)

• Penyelesaian

Dari tabel diperoleh :

Nilai rata-rata : ð= ∑d1 = 11 = 0.73 n 15 Variasi = sd2 = n ∑d2 (∑d)2 = 225 – 121 = 0.49

15 .(14)

Simpangan baku Sd = √Sd2 = √0.49 = 0.7 Maka nilai uji statistic uji t adalah

T = d-UP = 10.26 – 0 = 6.88

Sd / √15 5.8/3.87

3. Uji Dua Sample Berpasangan Wilcoxon

Uji ranking ini pada prinsipnya ingin menguji apakah dua sample yang berpasangan satu dengan yang lain berasal dari populasi yang sama. Maka maksudnya adalah subyek yang diukur sama namun diberi dua perlakuan. Pendapatan sebelum dan sesudah pembiayaan murabahah

H1 : Pendapatan sebelum pembiayaan murabahah = pendapatan sesudah

pembiayaan murabahah

Ho : Pendapatan sebelum pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sesudah pembiayaan muarabahah


(61)

Table 15 NPar Tests Descriptive Statistics

15 54.60 4.641 48 63

15 61.87 3.204 56 65

Pendapatan Sebelum Pembiayaan Murobaha Pendapatan Sesudah Pembiayaan Murobaha

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Wilcoxon Signed Ranks

Ranks

N Mean Ranks Sum of Ranks

Pendapatan sesudah pembiayaan Negative Ranks Positive Ranks 1a 14b 1.00 8.50 1.00 119.00 Pendapatan sebelum pembiayaan Ties Total 0c 15

a. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah < Pendapatan pembiayaan b. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah > Pendapatan pembiayaan c. Pendapatan sesudah pembiayaan murabahah = Pendapatan pembiayaan

Test Statisticsb

-3.353a .001 Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Pendapatan Sesudah Pembiayaan Murobaha - Pendapatan Sebelum Pembiayaan Murobaha

Based on negative ranks. a.

Wilcoxon Signed Ranks Test b.

Setelah dilakukan beberapa uji statistik, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :


(62)

Ho : Pembiayaan murobaha tidak mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah

Ha : Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah

Pengambilan Keputusan:

dengan membandingkan nilai probabilitas dengan = 5% Jika probabilitasnya>0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitasnya<0,05 maka Ho ditolak

Dengan melihat probabilitas sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak artinya Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah.

Dari tabel di atas di dapat negative ranks (nilai negatif pada ranking) atau

selisih antara “sebelum” dam sesudah yang bernilai nol. Kemudian Sum of rank

(jumlah/hasil ranking) sebesar nol, dan mean of rank (nilai rata-rata ranking)

sebesar nol. Hal ini dikarenakan tidak ada selisih angka negatif pada nilai

negative ranks (nilai negatif pada ranking). Nilai positif rank (nilai positif pada

rangking) atau selisih antara sesudah dan sebelum yang bernilai positif, yang mengandung arti bahwa nilai sesudah lebih besar dari nilai sebelum. Sehingga adanya perubahan yang signifikan terhadap pendapatan sebelum pembiayaan murabahah pada nasabah BMT Berkah Madani dengan pendapatan sesudah pembiayaan murabahah.


(63)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta analisis yang dilakukan terhadap pengaruh pembiayaan murabahah terhadap pendapatan nasabah BMT Berkah Madani, maka untuk mengakhiri penulisan skripsi ini penulis mengambil beberapa kesimpula sebagai berikut:

1. BMT sebagai salah satu jenis lembaga keuangan dengan prinsip syariah membawa dampak yang positif serta dapat diterima dengan baik untuk masyarakat yang menjadi nasabahnya. Temua-temuan penelitian ini menunjukkan bahwa indicator – indikato pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah yang baik. Selain itu juga BMT memberika sejumlah manfaat yang dirasakan oleh anggotanya juga mempunyai peranan dalam pemberdayaan ekonomi.

2. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan hasil t sebesar 4,03 terletak di daerah Ho ditolak. Maka keputusan menolak Ho mengandung arti bahwa ada hubungan atau pengaruh positif yang di yang siginifikan antara pendapatan sebelum pembiayaan murabahah terhadap pendapatan sesudah pembiayaan murabahah. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan wilcoxon, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar -3.335 dengan tariff nyata


(64)

5% maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolah berarti pendapatan sesudah pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sebelum pembiayaan murabahah. Dengan demikian, karena ada perubahan yang siginifikan dalam pendapatan sesudah pembiayaan murabahah, berarti pembiayaan murabahah yang diberikan BMT Berkah Madani berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan nasabah.

B. Saran-saran

Dari hasil studi dan penela’ahan tentang kajian yang tertuang dalam pembahasan skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. BMT Berkah Madani sebagai mitra ummat, dengan pembiayaan murabahah ini diharapkan pembiayaan tersebut dapat terus diberikan bagi usaha mikro kecil dan menengah khususnya yang betul-betul membutuhkan modal usaha. Karena dilihat pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit, ingin usaha pun kendala pada modal.

2. BMT Berkah Madani diharapkan dapat terus dikembangkan bentuk pembiayaan murabahah dengan mempermudah proses pembiayaan yang diberikan untuk para pelaku usaha mikro menengah

3. Bagi penulis dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang fungsi serta kegunaan BMT serta sistem pembiayaan yang diberikan.


(65)

4. Diharapkan pada pemerintah untuk dapat berperan lebih terhadap pelaku usaha yang tidak mendapatkan ruang diperbankan nasional terutama dalam permodalan usaha.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta: Departemen Agama RI, 1984

A. Karim, Adiwarman, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, Cet. ke-1

A. Mas’adi, Gufron, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. ke-1

Abdul Mudjieb, M., et.al., Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet. ke-1

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, Beirut: Daar Al-Fikr, tth., Cet. ke-1

Al-Shan’any, Subulus Salam, Bandung: Dahlan Press, tth.

Al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Nailul Authar, Kairo: Maktabah Al-Dakwah Al-Islamiyah, tth.

Arif Harahap, Potan, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Internusa, 1992, Cet. ke-1

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, Cet. ke-4

Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 Brosur BMT Berkah Madani Tahun 2009

Dajan, Anton, Pengantar Metode Statistik, Jakarta: LP3ES, 1986, Cet. ke-11

Faisal, Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press, 1992 Haekal, M., Sejarah Hidup Muhammad, Bandung: Mizan, 1997


(1)

Ho : Pembiayaan murobaha tidak mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah

Ha : Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah

Pengambilan Keputusan:

dengan membandingkan nilai probabilitas dengan = 5% Jika probabilitasnya>0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitasnya<0,05 maka Ho ditolak

Dengan melihat probabilitas sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak artinya Pembiayaan murobaha mempunyai efek berarti pada peningkatan pandapatan nasabah.

Dari tabel di atas di dapat negative ranks (nilai negatif pada ranking) atau selisih antara “sebelum” dam sesudah yang bernilai nol. Kemudian Sum of rank (jumlah/hasil ranking) sebesar nol, dan mean of rank (nilai rata-rata ranking) sebesar nol. Hal ini dikarenakan tidak ada selisih angka negatif pada nilai negative ranks (nilai negatif pada ranking). Nilai positif rank (nilai positif pada rangking) atau selisih antara sesudah dan sebelum yang bernilai positif, yang mengandung arti bahwa nilai sesudah lebih besar dari nilai sebelum. Sehingga adanya perubahan yang signifikan terhadap pendapatan sebelum pembiayaan murabahah pada nasabah BMT Berkah Madani dengan pendapatan sesudah pembiayaan murabahah.


(2)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta analisis yang dilakukan terhadap pengaruh pembiayaan murabahah terhadap pendapatan nasabah BMT Berkah Madani, maka untuk mengakhiri penulisan skripsi ini penulis mengambil beberapa kesimpula sebagai berikut:

1. BMT sebagai salah satu jenis lembaga keuangan dengan prinsip syariah membawa dampak yang positif serta dapat diterima dengan baik untuk masyarakat yang menjadi nasabahnya. Temua-temuan penelitian ini menunjukkan bahwa indicator – indikato pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah yang baik. Selain itu juga BMT memberika sejumlah manfaat yang dirasakan oleh anggotanya juga mempunyai peranan dalam pemberdayaan ekonomi.

2. Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan hasil t sebesar 4,03 terletak di daerah Ho ditolak. Maka keputusan menolak Ho mengandung arti bahwa ada hubungan atau pengaruh positif yang di yang siginifikan antara pendapatan sebelum pembiayaan murabahah terhadap pendapatan sesudah pembiayaan murabahah. Tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan wilcoxon, dari hasil uji tersebut didapat z sebesar -3.335 dengan tariff nyata


(3)

5% maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolah berarti pendapatan sesudah pembiayaan murabahah ≠ pendapatan sebelum pembiayaan murabahah. Dengan demikian, karena ada perubahan yang siginifikan dalam pendapatan sesudah pembiayaan murabahah, berarti pembiayaan murabahah yang diberikan BMT Berkah Madani berpengaruh positif terhadap perubahan pendapatan nasabah.

B. Saran-saran

Dari hasil studi dan penela’ahan tentang kajian yang tertuang dalam pembahasan skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. BMT Berkah Madani sebagai mitra ummat, dengan pembiayaan murabahah ini diharapkan pembiayaan tersebut dapat terus diberikan bagi usaha mikro kecil dan menengah khususnya yang betul-betul membutuhkan modal usaha. Karena dilihat pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit, ingin usaha pun kendala pada modal.

2. BMT Berkah Madani diharapkan dapat terus dikembangkan bentuk pembiayaan murabahah dengan mempermudah proses pembiayaan yang diberikan untuk para pelaku usaha mikro menengah

3. Bagi penulis dan masyarakat adalah memberikan pengetahuan tentang fungsi serta kegunaan BMT serta sistem pembiayaan yang diberikan.


(4)

4. Diharapkan pada pemerintah untuk dapat berperan lebih terhadap pelaku usaha yang tidak mendapatkan ruang diperbankan nasional terutama dalam permodalan usaha.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta: Departemen Agama RI, 1984

A. Karim, Adiwarman, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, Cet. ke-1

A. Mas’adi, Gufron, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. ke-1

Abdul Mudjieb, M., et.al., Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, Cet. ke-1

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahibil Arba’ah, Beirut: Daar Al-Fikr, tth., Cet. ke-1

Al-Shan’any, Subulus Salam, Bandung: Dahlan Press, tth.

Al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Nailul Authar, Kairo: Maktabah Al-Dakwah Al-Islamiyah, tth.

Arif Harahap, Potan, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Internusa, 1992, Cet. ke-1

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, Cet. ke-4

Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992 Brosur BMT Berkah Madani Tahun 2009

Dajan, Anton, Pengantar Metode Statistik, Jakarta: LP3ES, 1986, Cet. ke-11

Faisal, Sanapsiah, Format-Format Penelitian Sosial, Bandung: Rajawali Press, 1992 Haekal, M., Sejarah Hidup Muhammad, Bandung: Mizan, 1997


(6)

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Al-Hafidz, Bulugul Maram Min Adillatil Ahkam, Beirut: Daar Al-Ihya, 1973

J. Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998, Cet. ke-2

Lathif, Azharuddin, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE-UII, 2001

Mastuhu, et.al., Manajemen Penelitian Agama; Perspektif Teoritis dan Praktis, Jakarta: INIS, 2000

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2002, Cet. ke-1 ---, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Yogyakarta: Ekonosia, 2005, Cet.

ke-2

Nasution, Harun, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992

Perwaatmadja, Karnaen, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok: Usaha Kami, 1996, Cet. ke-1

PT. Permodalan BMT Ventura, 101 Things About Us, Jakarta: PT. Permodalan BMT Ventura, 2009

Qudamah, Ibnu, Al-Mugni, Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1994, Cet. ke-1

Remy Sjahdeini, Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991, Cet. ke-1

Rizki, Awalil, BMT; Fakta dan Prospek Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta: UCY Press, 2007, Cet. ke-1

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Riyadh: Maktabah Nazar Musthafa Al-Baaz, 1995, Cet. ke-1

Standar Prosedur Operasional BMT Berkah Madani Kelapa Dua, 2005

Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. ke-1