Analisis Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh :

LIA SYUKRIYAH SA'RONI

NIM : 106046101646

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2010M


(2)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

LIA SYUKRIYAH SA’RONI

NIM. 106046101646

Pembimbing

Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, PhD

NIP. 1961062441985121001

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431H/2010M


(3)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 10 Desember 2010

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (...) NIP. 150281979000000000

Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, Ph.D (...) NIP. 1961062441985121001

Penguji I : Drs. H. Zainul ArifinYusuf, M.Pd (...) NIP. 195607121981031003

Penguji II : Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ (...) NIP. 196905282008012010


(4)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Muharram 1432 H Desember 2010 M


(5)

v

LIA SYUKRIYAH SA’RONI. NIM 106046101646. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Kosentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.

Isi: xiv + 124 halaman + 12 lampiran, 46 literatur (1993 – 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Berawal dengan keadaan masyarakat yang

unbankable menutup jalan mereka untuk memperoleh modal melalui akses bank. Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana melalui renternir, namun jasa kredit informal (rentenir) tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Dengan hadirnya BMT yang memenuhi ciri-ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal, menuai reaksi positif dan meraih keberhasilan. Begitu pula BMT Berkah Madani Cimanggis yang mengalami peningkatan SHU, kinerja BMT, asset,

outstanding pembiayaan dan simpanan anggota.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kuantitatif dengan jenis analisis statistik, yakni statistik induktif tepatnya statistik nonparametrik dengan skala pengukuran skala ordinal. Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan BMT. Dengan menggunakan analisis kolerasi (koefisien kolerasi Spearman) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independent (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan). Selain itu juga menggunakan model regresi (regresi linear berganda) untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, penelitian ini menggunakan Analisis Laporan Keuangan, Analisis Karakteristik, Analisis Risiko, Analisis Value and Attitude Anggota terhadap Usaha, Analisis Support Bisnis BMT dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan manajerial yang baik, tidak ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan jaringan yang dimiliki dan ada hubungan yang signifikan antara manajerial BMT yang baik dengan jaringannya. Dan diketahui bahwa 65% Keberhasilan BMT dapat dijelaskan oleh variabel Rasa memiliki, Manajerial yang baik dan Jaringan. Sedangkan sisanya (100% - 65% = 35%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Dan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis diantaranya kemampuan mengelola keuangan, karakteristik nasabah pembiayaan, kemampuaan BMT Berkah Madani Cimanggis untuk mengolah beberapa risiko (risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan), kedekatan antara nasabah dengan pengelola dan Information Technology (IT) serta network yang mendukung.

Kata Kunci: Faktor-Faktor Keberhasilan, BMT Berkah Madani Cimanggis.

Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, Ph.D NIP. 1961062441985121001


(6)

vi

Syukur tiada henti pada Illahi Rabbi atas keindahan ilmu lentera ‘aqlu wa qalbu,

shalawat dan salam semoga selalu melimpah ke hadirat Rasul tauladan ummat, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis” ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.EC, Ph.D, Dosen Pembimbing atas segenap ilmu, waktu, kesempatan dan bimbingan yang diberikan hingga akhir penulisan skripsi ini, semoga keindahan ilmu senantiasa melimpah berkah disetiap langkah.

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat. 5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.

6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur.


(7)

vii yang dibutuhkan.

8. Ayahanda Drs. H. Sa’ronih Amin yang senantiasa beri motivasi tiada henti tuk cerdaskan diri ini, Ibunda Hj. Nunung Nurhayati yang selalu sebut namaku disetiap isak tangis dan air mata dalam sujud malamnya dan adik-adikku (E. Humaydi Sa’roni dan W. Mudrikah Sa’roni) yang buatku tersenyum saat lemah dan lelah.

9. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.

10.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.

Ciputat, Dzulhijah 1431 H November 2010 M


(8)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN, GRAFIK DAN GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………...……..………. 9

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ………. 11

E. Sistematika Penulisan ………...………. 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 2. Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 4. Prinsip Operasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 5. Penghimpunan Dana ... 6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...

22 22 22 24 26 28 31


(9)

ix

3. Efesiensi ... 4. Earning ... 5. Likuiditas ... C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya ... D. Analisis Laporan Keuangan ... E. Analisis Karakteristik ... F. Analisis Risiko ... G. Analisis SWOT ...

35 35 36 36 38 41 42 45 H. Kerangka Pemikiran ... 47 I. Tinjauan Teoritis Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap

Keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ... 1. Keberhasilan ... 2. Rasa Memiliki ... 3. Manajerial yang Baik ... 4. Assosiasi Jaringan ... J. Hipotesis ...

51 51 52 52 54 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 57 B. Data dan Teknik Pengumpulan Data ...

1. Jenis Data ... 2. Teknik Pengumpulan Data ... 3. Sumber Data ...

57 57 58 59 C. Variabel dan Pengukuran Variabel ...

1. Jenis Variabel ... 2. Pengukuran Variabel ...

59 59 60


(10)

x

1. Instrument dan Uji Instrument Penelitian ... a. Uji Validitas ... b. Uji Reliabilitas ... 2. Teknik Analisis Data ...

a. Analisis Kolerasi ... ... b. Analisis Regresi ... c. Koefisien Determinasi ... 3. Interpetasi Hasil Regresi ...

a. Adjusted R. Squered ... b. Koefisien Variabel ...

61 62 62 63 63 64 65 66 66 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Laporan Keuangan ... 67 1. Likuiditas ...

2. Solvabilitas ... 3. Rentabilitas ... 4. Profitabilitas ... 5. Aktivitas ...

68 71 72 75 76 B. Analisis Karakteristik ...

C. Analisis Risiko ...

77 86 1. Risiko Pasar ...

2. Risiko Kredit ... 3. Risiko Operasional ... 4. Risiko Likuiditas ... 5. Risiko Hukum ... 6. Risiko Reputasi ...

86 87 91 92 92 94


(11)

xi

E. Analisis Sistem Support Bisnis ... 101

1. Information Technology (IT) ... 2. Kerjasama dan Jaringan (Network) ... F. Analisis SWOT ... G. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis ... 1. Validitas dan Reabilitas ... 2. Analisis Kolerasi Spearman ... ... 3. Analisis Regresi Linier ... 101 103 105 107 107 110 112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(12)

xii

dan 2009 ………... 6

Tabel 1.2 Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………... 7

Tabel 1.3 Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………... 8

Tabel 1.4 Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil ... 13

Tabel 1.5 Daftar Tinjauan Pustaka ………... 18

Tabel 2.1 Analisis Perbedaan Bank, Rentenir dan BMT ………. 37

Tabel 3.1 Skala Likert ……….. 62

Tabel 3.2 Kaidah Reliabilitas Guilford ……… 63

Tabel 3.3 Pedoman Untuk Mengintepretasikan Koefisien Kolerasi ……… 64

Tabel 4.1 Rasio Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ………. 67

Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Tukar dan Porsi Nisbah ……...……… 86

Tabel 4.3 Risiko BMT Berkah Madani Cimanggis ………. 97

Tabel 4.4 Analisis SWOT BMT Berkah Madani Cimaggis ……… 105

Tabel 4.5 Item Total Statistic ………... 108

Tabel 4.6 Analisis Kolerasi Spearman ………. 110


(13)

xiii

Bagan 2.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK ………... 25

Bagan 2.2 Analisis Laporan Keuangan ………. 38

Bagan 2.3 Analisis SWOT ……… 45

Bagan 2.4 Skema Alur Pikir ………. 50

Grafik 4.1 Pertumbuhan Likuiditas BMT Berkah Madani Cimanggis ……. 68

Grafik 4.2 Pertumbuhan Solvabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 71

Grafik 4.3 Pertumbuhan Rentabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 72

Grafik 4.4 Pertumbuhan Profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis …. 75 Grafik 4.5 Pertumbuhan Aktifitas BMT Berkah Madani Cimanggis ……... 76

Grafik 4.6 Kualitas Pembiayaan BMT berkah Madani Cimanggis Periode 2007, 2008 dan 2009 ……….... 88

Grafik 4.7 Pertumbuhan Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009 ……… 94

Grafik 4.8 Pertumbuhan Tabungan Investasi dan Pembiayaan ………. 95

Gambar 4.1 Keadaan Responden Berdasarkan Usia …... ………... 78

Gambar 4.2 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………...…. 79

Gambar 4.3 Keadaan Responden Berdasarkan Status Pernikahan ……...…. 80

Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Penndidikan Terakhir …....… 81

Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Lama Usaha ...…………...…. 82

Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Usaha ………...…. 83

Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Letak Usaha …...………...…. 84


(14)

xiv

Output SPSS ………... ………... 125

Wawancara I ………... 128

Wawancara II ……….. 138

Kuesioner………. 142

Data Kuesioner ………... 145

Tipologi Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis ……….. 148

Laporan Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis ……… 155

Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis ……… 167

Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ……….. 183

Surat Penelitian/ Wawancara ke BMT Berkah Madani Cimanggis …………... 184

Surat Keterangan Riset dari Berkah Madani Cimanggis ……… 185


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya kemiskinan timbul bukan dikarenakan tidak adanya keterampilan, tetapi karena tidak adanya ketersediaan modal yang cukup. Karena untuk meningkatkan produktivitas, ketersediaan modal yang cukup merupakan salah satu faktor penunjang yang penting. Pada umumnya hal ini menjadi masalah bagi masyarakat kecil. Keadaan mereka yang unbankable menutup jalan mereka untuk memperoleh modal melalui akses bank, itu karena bank berpegang pada asas

bankable dalam memutuskan kreditnya.

Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana dengan akses mudah melalui renternir, walau mereka harus menanggung suku bunga yang sangat tinggi yang lambat laun akan mematikan usahanya. Jasa kredit informal (rentenir) tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Jasa kredit informal ini umumnya hanya bersifat jangka pendek, akibatnya tidak mampu menciptakan akumulasi permodalan. Pelayanan kredit tersebut hanya sekedar untuk membantu mempertahankan kehidupan, tetapi tidak mampu meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan penerima kredit secara nyata, bahkan tidak sedikit yang mengalami kemiskinan. Atau


(16)

dengan kata lain, jasa kredit informal ini dapat berdampak sebagai pola kemiskinan yang baru1.

Pada dataran idealitas, pemberian pinjaman atau kredit harus diartikan sebagai suntikan modal yang bersifat sementara dan rangsangan. Selain itu pemberian pinjaman harus dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan. Karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan kapitalitas usaha kecil dan meningkatnya produksi, dengan meningkatnya pendapatan dapat diartikan meningkatnya kesejahteraan. Atas dasar peningkatan produksi tersebut, maka tabungan juga akan mengalami peningkatan. Inilah titik awal kapitalisasi permodalan usaha kecil. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal:

1. Mencerminkan prinsip sosial dan ekonomi.

2. Lembaga tersebut harus mudah dikontrol dan diawasi.

3. Lembaga tersebut harus mampu menciptakan distribusi aset atau kekayaan secara merata dan adil.

4. Lembaga tersebut harus mendapatkan keuntungan.

5. Lembaga tersebut harus konsisten dengan visi dan misinya. 6. Lembaga tersebut memiliki prosedur yang sederhana dan praktis.

1

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watamwil. Jogjakarta: UII Press, 2004. h. 26-27.


(17)

Berbagai bentuk lembaga yang memiliki keenam ciri tersebut secara ideal sudah cukup banyak. Pendirian BKK (Badan Kredit Kecamatan), BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan), BPR (Bank Perkreditan Rakyat), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) dan sejenisnya dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada kelompok mikro. Namun, karena pembentukannya bernuansa proyek, maka perkembangannya sangat lamban, bahkan banyak yang bermasalah dengan kredit macet2. Maupun masalah lainnya seperti adanya kebocoran dalam penyaluran dana. Sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus (1975) bahwa bila sebuah program pengentasan kemiskinan mengizinkan mereka yang relatif tidak miskin untuk turut serta, maka kaum miskin dengan segera akan tersikut keluar dari program oleh mereka yang keadaannya lebih baik3.

BPR sesungguhnya lebih profesional dibandingkan dengan badan kredit proyek tetapi karena berbentuk bank, maka prosedurnya sering terjebak dengan prosedur perbankan yang kaku dan rumit. Sehingga banyak pengusaha kecil dan mikro tidak mampu menjangkaunya. Kehadiran BMT (Baitul Maal wat Tamwil) diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. Dari segi namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial sejenis BAZIS (Badan Amil Zakat)

2

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 29. 3

Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Penerjemah, Irfan Nasution Cet.4. Depok: Marjin Kiri, 2007 h. 43.


(18)

sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis. Oleh karenanya, BMT secara segi nama telah melekat dua ciri sosial dan bisnis4.

Dalam menciptakan dan menumbuhkan wirausaha-wirausaha yang tangguh dibutuhkan sebuah inkubator bisnis yang merupakan suatu model pendekatan yang diterapkan untuk mempercepat penciptaan calon pengusaha baru (tenant) atau

peningkatan kualitas pengusaha kecil yang tangguh dan profesional. Terbukti dengan hasil penelitian di Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pengusaha pemula di AS yang tidak melalui program inkubator bisnis, 80 persen usahanya gagal sebelum lima tahun. Sedangkan pengusaha yang tumbuh melalui inkubator bisnis, hanya 20 persen yang gagal usahanya dalam periode waktu yang sama5. Untuk itu dibentuklah PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang merupakan lembaga yang membantu menyempurnakan konsep, mensosialisasikan, membina dan mengembangkan BMT (pendamping)6. Keberhasilan PINBUK pun nampak dari jumlah BMT yang telah bergabung, tercatat hingga saat ini ada lebih dari 3.000 unit yang bergabung. Diantaranya adalah 106 BMT bekerjasama dengan Departemen Sosial, 82 BMT Nagari di Kabupaten Agam, 30 BMT bekerjasama dengan Depnakertrans yang ditempatkan di unit pemukiman transmigrasi, serta 500 BMT

4

Muhammad Ridwan Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 31. 5

Hendra Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://hendrakholid.net/bog/2009/05/26/pinbuk-dan-inkopontren-2/

6

Skripsi ini diambil dari Abdullah Marhazi (2007) Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wa Tamwil (BMT) hal. 61


(19)

Shar-E dengan Bank Muamalat7. Tentunya keberhasilan PINBUK beriringan dengan keberhasilan BMT. Seperti salah satunya Baitul Maal wat-tamwil Maslahah Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri yang terus mengalami pertumbuhan modal, omzet, asset dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang terus bertambah tiap tahunnya8. Keberhasilan kredit mikro juga nampak dengan keadaan yang membaik pada penyaluran pembiayaan kredit BRI dengan BRI unit-nya yang dianggap paling menonjol diantara perbankan konvensional dalam layanan terhadap UMKM dan masyarakat miskin. Di mana pada priode 31 Desember 2000 hanya menyalurkan kredit sebesar 37% tercatat membaik pada periode 31 Desember 2004 dengan menyalurkan kredit sebesar 71%9.

Kesuksesan menjalankan micro finance ini juga telah dialami oleh

negara-negara di belahan dunia lainnya, salah satunya adalah Bangladesh. Muhammad Yunus dengan pola Grameen Bank nya telah berhasil memberi solusi pengentasan kemiskinan, bahkan telah memperoleh Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 2006. Dan telah menjadi inspirasi bagi banyak negara yang mengadopsinya, yaitu hampir 130 negara di dunia (kebanyakan Negara Asia dan Afrika)10. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang turut mengadopsi Pola Grameen Bank ini. Konsep

7

Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)" 8

Mokh. Syaiful Bakhri. "BMT-MMU Sidogiri: Sukses Memasuki Dunia Lain", artikel ini diakses pada 08 April 2010 dari http://www.pnm.co.id/content.asp?id=740&mid=54

9

Awalil Rizky BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil Yogyakarta: Penerbit UCY Press, 2007, h.183

10


(20)

yang menginspirasi banyak pihak itu tak kecuali mengilhami berdirinya BMT Berkah Madani yang melakukan upaya penyaluran pembiayaan dengan konsep serupa. Bersama dengan UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, BMT Berkah Madani mengembangkan konsep tersebut khusus pembiayaan produktif yang disalurkan bagi perempuan miskin11.

Keberhasilan juga dirasakan oleh BMT Berkah Madani Cimanggis, hal itu ditunjukkan dengan peningkatan kinerja yang signifikan. Beberapa peningkatan yang terjadi diantaranya adalah:

1. Peningkatan Aktiva Produktif

Aktiva produktif BMT Berkah Madani Cimanggis berupa piutang murabahah dan pembiayaan yang disalurkan. Selama tahun 2008 BMT Berkah Madani Cimanggis telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2.008.750.000,- dengan

outstanding pembiayaan pada 31 Desember 2008 sebesar Rp 531.123.618,-.

Perincian jumlah pembiayaan per jenis produk disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009

Jenis Pembiayaan 2007 2008 2009 trend %

Piutang Murabahah Rp 433.164.442,- Rp 421.934.113,- Rp 606.367.606,- 43,71% Piutang Mudharabah Rp 28.506.117,- Rp 27.687.300,- Rp 304.687.300,- 1.000% Piutang Ijarah Rp 69.658.686,- Rp 82.729.634,- Rp 124.456.717,- 50,44% Piutang Al Qard Rp 11.841.778,- Rp 10.630.000,- Rp 6.358.500,- -40,18%

Total Rp 542.811.023,- Rp 542.981.056,- Rp 1.041.870.123,- 91,88%

Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis

11


(21)

2. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan BMT Berkah Madani Cimanggis bersumber dari dana simpanan anggota dan simpanan berupa tabungan, investasi berjangka mudharabah dan investasi terikat (mudharabah muqayyadah). Penghimpunan dana dari anggota (modal) yang dicapai selama tahun 2009 turun dari Rp 36.200.000,- menjadi Rp 31.200.000,- mengalami penurunan sebesar Rp 5.000.000,-. Sedangkan dana tabungan dan investasi terus meningkat setiap tahunnya. Adapun rincian jumlah tabungan dan investasi dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009

Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %

Tabungan Berkah Rp 257.399.878,- Rp 238.330.095,- Rp 250.648.582,47 5,17%

Tabungan Berkah Hasil Rp 170.580.237,- Rp 148.910.388,- Rp 166.868.486,25 12,06% Tabungan Berkah Amanah Rp 13.268.635,- Rp 13.717.609,- Rp 45.074.597,53 228,59% Tabungan Berkah Siswa Rp 68.270.467,- Rp 69.689.933,- Rp 33.290.529,39 -52,23% Tabungan Berkah Talbiyah Rp 1.099.534,- Rp 2.697.134,- Rp 2.165.666,09 -19,70% Tabungan Berkah Qurban Rp 3.934.859,- Rp 3.082.510,- Rp 3.144.978,20 2,02% Tabungan Berkah Fitri Rp 237.146,- Rp 118.556,- Rp 91.260,80 -23,02% Tabungan Berkah Walimah - Rp 113.965,- Rp 13.064,21 -88,54% Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis


(22)

Tabel 1.3

Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009

Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %

Investasi Berjangka Berkah Invest

Rp 615.687.771,- Rp 669.987.876,- Rp 957.427.530,- 42,90%

Berkah Invest 1 Bulan Rp 311.882.000,- Rp 122.137.101,- Rp 215.943.775,- ↑ 76,80% Berkah Invest 3 Bulan Rp 47.525.980,- Rp 36.500.000,- Rp 45.840.156,- ↑ 25,59% Berkah Invest 6 Bulan Rp 152.579.791,- Rp 197.700.000,- Rp 222.312.608,- ↑ 12,45% Berkah Invest 12 Bulan Rp 103.700.000,- Rp 313.650.775- Rp 473.330.514,- ↑ 50,91% Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis

Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah BMT pada umumnya dan BMT Berkah Madani pada khususnya. Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah judul skripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS


(23)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah BMT, khususnya BMT Berkah Madani.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan)?

b. Seberapa besar pengaruh variabel rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan terhadap keberhasilan BMT, baik secara simultan maupun parsial?

c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka yang akan menjadi tujuan penelitian adalah:

a. Mengetahui bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan).


(24)

b. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabel memiliki, manajerial yang baik dan jaringan terhadap keberhasilan BMT.

c. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini bisa dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

a. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam hal BMT.

b. Bagi BMT Berkah Madani, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, sehingga dapat menjadi tolak ukur pencapaian keberhasilan untuk menjadi lebih baik ke depannya. c. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan

dan bahan untuk pengembangan dan penelitian tentang keberhasilan BMT untuk lebih lanjut.

d. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.


(25)

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus pada Beberapa BMT Masjid Jakarta)12.

Indriyati dalam membahas tingkat keberhasilan pada penelitiannya menggunakan dua BMT Masjid, yaitu BMT Masjid Al-Azhar dan BMT At-Taqwa Mandiri. Faktor-faktor penyebab kedua BMT ini dapat berhasil menjalankan usahanya dengan baik antara lain sebagai berikut:

a. Kinerja Keuangan yang Baik

b. Kelembagaan dan Manajemen yang Baik c. Tingkat Kepercayaan Masyarakat

d. Adanya Dukungan dan Partisipasi dari Banyak Pihak

Sedangkan kegagalan-kegagalan yang BMT At-Taqwa Mandiri dan BMT Karsa Cendikia alami dalam menjalankan usahanya tak luput dari faktor-faktor penyebab kegagalannya. Berikut faktor-faktor penyebab kegagalannya:

a. Kredit Macet

b. Sumber Daya Manusia (SDM) c. Kesulitan Modal

d. Kurangnya rasa memiliki (peduli) pengurus BMT terhadap BMT

12

Indriyati, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus pada Beberapa BMT Masjid Jakarta). (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).


(26)

2. Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: "Kemandirian Ekonomi Pola Syariah"13

Faisal dalam jurnal ini bahwa keberhasilan Baitul Maal wat-tamwil Maslahah Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri tidak lepas dari kepercayaan masyarakat dengan mengembangkan beberapa pola, diantaranya:

a. Kosistensi dengan sistem syariah dalam pengelolaan bidang usahanya. b. BMT-MMU terus berusaha menguatkan profit.

c. Menerapkan Manajemen Rasul, yakni siddiq (jujur), amanah (dapat

dipercaya) dan fathonah (profesional).

d. BMT-UGT menekankan dalam pemberian pelayanan yang adil, mudah dan maslahah atau memberikan manfaat.

3. Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)14

Abdullah Maharazi menganalisa kelemahan dan keunggulan BMT sebagai acuan bahwasanya BMT memiliki prospek yang baik dan lebih fleksibel. Dan

13

Faisal. "Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: Kemandirian Ekonomi Pola Syariah", ini diakses pada 08 April 2010 dari

http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008

14

Abdullah Maharazi, "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)" (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)


(27)

untuk memaksimalkan konsep Abdullah menganalisisnya berdasarkan analisis SWOT.

Tabel 1.4

Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) PELUANG (O) TANTANGAN (T)

Akad-akad lebih inovatif Didirikannya BMT dilandasi niat untuk ibadan Mampu memberikan pembiayaan pada berbagai lapisan masyarakat Mampu memelihara kepercayaan masyarakat Prinsip bagi hasil Pengajian rutin yang dilaksanakan pengurus BMT terhadap nasabahnya

Jeringan komputerisasi masih lemah

Kurang sosialisasi sehingga banyak BMT yang tidak berkembang Modal terbatas Peraturan khusus mengenai BMT belum ada

Pelayanan terhadap kebutuhan nasabah masih terbatas SDM masih terbatas

Dukungan pemerintah saat ini sangat besar terhadap sektor UKM ICMI menargetkan mendirikan 10 ribu BMT tahun 2010 dan mendirikan LAZNAS BMT tahun 2012 Mayoritas masyarakat muslim

Pengusaha kecil sangat membutuhkan

pembiayaan yang cepat

Maraknya praktek rentenir Pemahaman masyarakat masih kurang Penguatan ruhiyan pengelola masih lemah

STRATEGI S-O STRATEGI W-O STRATEGI S-T STRATEGI W-T

Mengadakan pembinaan terhadap nasabah secara berkesinambungan Meluaskan dukungan dari aghnia, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat Meningkatkan pelayanan terhadap nasabah agar kepercayaan terjaga Menjaga komitmen bersama sehingga target 10 ribu BMT tercapai

Giatkan sosialisasi melalui ceramah di masjid

Harus memahami terlebih dahulu literatuir pedoman pendirian BMT Memperbaiki

infrastruktur BMT Training SDM BMT bisa agar lebih profesional

BMT jangan

menunggu nasabah tapi menjemputnya

Merekrut sebanyak mungkin karyawan baru tapi disesuaikan dengan asset

Mengadakan penguatan ruhiyah pengurus dan pengelola secara berkesinambungan

Seorang pengurus/ pengelola harus fokus, jujur dan ulet

Meningkatkan SDM yang profesional Usahakan produk-produk BMT disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Mengadakan ceramah rutin ekonomi syariah


(28)

4. Jaringan Kerjasama Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dalam Organisasi Koperasi15.

Titik Sartika mengemukakan tentang hasil analisis data yang menghasilkan penemuan-penemuan yang menarik, diantaranya yaitu:

a. Analisis koefisien korelasi membuktikan adanya hubungan antara variabel-variabel jaringan kerja sama (kerja sama, harapan sama, saling membantu dan interaksi) para anggota UKM dalam anggota koperasi dengan kemajuan dan efisiensi kegiatan usaha mereka.

b. Analisis regresi untuk penelitian Hipotesis 1 menyatakan bahwa kerja sama, harapan sama dan interaksi para anggota dalam organisasi koperasi mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap kemajuan kegiatan usaha mereka. Sedangkan saling membantu diantara mereka tidak ada pengaruhnya terhadap kemajuan kegiatan usaha mereka.

c. Pengujian Hipotesis 2 dengan mempergunakan analisis regresi membuktikan bahwa kerja sama, harapan sama, saling membantu dan interaksi para anggota UKM dalam organisasi koperasi mempengaruhi efisiensi kegiatan usaha mereka.

15

Titik Sartika, "Jaringan Kerjasama Usaha Kecil Menengah dalam Organisasi Koperasi" (Jurnal Media Ekonomi IX. NO.2 (Agustus 2003): h. 137-151)


(29)

5. Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus Pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)16.

Dini Vidyawati dalam skripsi ini menyebutkan bahwa terdapat beberapa masalah yang dihadapi BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan dan pemecahannya dalam upaya meningkatkan pendapatan pengusaha kecil. Berikut ini beberapa masalah dan pemecahannya:

a. Kurangnya komunikasi antara nasabah dan staf BMT.

Pemecahannya adalah mengadakan pembinaan kepada anggota BMT secara personal mengenai manajemen usaha, pengajian dan acara ceremonial seperti maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam acara ceremonial tersebut diberikan pembekalan mengenai usaha dengan sistem ekonomi syariah. Para staf marketing BMT Al-Karim terjun langsung ke lapangan setiap hari mengambil tabungan dan angsuran pinjaman nasabah. Disamping itu para staf marketing tersebut mengadakan komunikasi dengan nasabah mengenai usaha yang mereka kelola. Dalam komunikasi tersebut merupakan kesempatan bagi para nasabah untuk menyampaikan keluhan-keluhan maupun permasalahan yang mereka hadapi dalam usahanya.

16

Dini Vidyawati, "Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)", (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004).


(30)

b. Terbatasnya dana yang dimiliki oleh BMT Al-Karim

Untuk mengatasinya pihak BMT Al-Karim melakukan kerjasama dengan bank dan lembaga di luar bank seperti PNB, dan lembaga amil zakat seperti Dompet Dhuafa dan BAZIS.

c. Terkadang timbulnya kredit macet

Diatasi dengan cara memberikan penyuluhan tentang manajemen dasar pengembangan usaha sehingga resiko terjadinya kredit macet dapat diperkecil, disamping itu pula melalui tindakan persuasif serta kebijakan keringanan misalnya waktu angsuran diperpanjang dan bagi hasil diperkecil.

6. Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan.17

Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan dapat disimpulkan bahwa Rasio Likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio dari tahun 2003- 2005

mengalami peningkatan pada current ratio , namun apabila dibandingkan dengan

rasio standarnya, rasio keungan, quick ratio masih berada dibawahnya, hal ini

berarti kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban lancarnya lebih rendah. Untuk Rasio Solvabilitas yang terbentuk Debt Ratio dan Debt to equity ratio,

terus mengalami penurunan dibandingkan dengan rasio standarnya, Hal ini berarti

17

Haidir. “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan”. 2007.


(31)

bahwa total aktiva yang dimiliki koperasi lebih besar jika digunakanmemenuhi hutang koperasi. Untuk Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin,

Ratio Total Assets Turnover, Return on Total Assets, dan Return on Equity,

walaupun mengalami penurunan semuanya masih berada diatas rasio standarnnya kecuali Return on Total Assets, hal ini berarti tidak maksimalnya koperasi dalam

menghasilkan laba/profit melalui total aktiva.

6. Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam18

Penelitian ini menemukan keadaan yang lebih beragam sehubungan dengan eksistensi BMT (beberapa BMT berkembang pesat dan terus memperluas bisnisnya sementara beberapa BMT terancam bangkrut karena kegagalan pada nasabah untuk membayar kembali pinjamannya. Beberapa poin utama hasil penemuan penelitian:

1. Sebagian besar BMT dijalankan oleh para pengusha social dan komitmen kuat untuk membangun keadaan social berdasaran prinsip-prinsip Islam. Kepemimpinan dan komitmen ini sangat mempengaruhi keberhasilan operasi, sama halnya dengan keberadaan peraturan

2. Kurang promosi terhadap jasa-jasa yang ditawarkan BMT secara umum menghambat perkembangan BMT. Hal ini menciptakan persepsi seakan-akan BMT adalah organisasi pemberi sumbangan. Persepsi seperti ini

18

Minako Sakai, “Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam”. Australia Indonesia Governance Research Partnership, 2008.


(32)

menyebabkan timbulnya permasalahan bagi BMT ketika harus menagih pembayaran kembali pinjaman-pinjaman yang diberikan.

3. Beberapa BMT menjalankan kegiatn bisnis sampingan. Keberhasilan dan kegagalan bisnis sampingan ini sering kali member keuangan terhadap operasi BMT.

Tabel 1.5

Daftar Tinjauan Pustaka

No Nama Penulis/ Tahun/ Judul Isi Skripsi Beda dengan Penulis 01 Indriyati/ 2007/ Analisis

Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus pada

Beberapa BMT Masjid Jakarta).

Pada skripsi ini analisis yang dilakukan hanya analisis laporan

keuangan dan

menggunakan metode diskriptif analisis faktor keberhasilan dan kegagalan.

Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan dengan melaksanakan beberapa analisis, diantaranya analisis laporan keuangan, analisis karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude

nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT.

Dan pada penelitian ini pula dijelaskan hubungan beberapa variabel yang mempengaruhi keberhasilan BMT. Dan lokus penelitian yang berbeda. 02 Faisal / 2010/ Jurnal Profil

Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: "Kemandirian Ekonomi Pola Syariah".

Pada jurnal ini menjelaskan bahwa keberhasilan BMT MMU tidak lepas dari kepercayaan yang diberikan masyarakat serta mngemukakan beberapa faktor yang mendukung.

Sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti beberapa variabel (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan) yang merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis


(33)

03 Abdullah Maharazi/ 2007/ "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)"

Pada skripsi terdapat

analisis SWOT

terhadap penguatan BMT

Sedangkan pada penelitian ini analisis SWOT yang dilaksanakan lebih spesifik, yakni terhadap BMT Berkah Mandani Cimanggis.

04 Titik Sartika/ 2003/ Jaringan Kerjasama Usaha Kecil Menengah dalam Organisasi Koperasi

Pada jurnal ini menjelaskan hubungan antara variabel-variabel jaringan kerja sama para anggota UKM

dalam anggota

koperasi dengan kemajuan dan efisiensi kegiatan usaha mereka.

Sedangkan pada penelitian penulis menjelaskan hubungan antara variabel keberhasilan BMT dengan variabel rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan kerja sama.

05 Dini Vidyawati/ 2004/ Peranan BMT Dalam Upaya

Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)

Dalam skripsinya Dini membahas beberapa kendala yang dihadapi BMT Al-Karim dengan menganalisis secara global.

Sedangkan penulis

menggunakan analisis laporan

keuangan, analisis

karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude

nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT untuk menemukan kendala yang dihadapi BMT Berkah Madani Cimanggis.

06 Haidir/ 2007/ Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan.

Haidir menggunakan 3 Rasio Analisis Laporan Keuangan diantaranya Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas untuk mengevaluasi kinerja koperasi BMT-MMU Sidogiri

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis laporan keuangan dengan menggunakan 5 rasio keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Profitabilias dan Aktivitas) untuk mengetahui keberhasilan BMT.

07 Minako Sakai/ 2008/

Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam

Dalam penelitiannya Minako menemukan beberapa faktor kegagalan BMT di Indonesia

Dalam penelitian ini akan membahas beberapa faktor yang mendukung keberhasilan

BMT Berkah Madani


(34)

E. Sistematika Penulisan

Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada setiap babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review)

kajian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, berisi penelitian terdahulu, landasan teori dan kerangka pemikiran.

BAB III Metodologi Penelitian, berisi metode penelitian, data dan teknik pengumpulan data, penjelasan mengenai variabel - variabel penelitian, ruang lingkup penelitian, serta metode analisis data dengan mengunakan instrumen dan teknik uji instrumen penelitian, teknik analisa data dan interpretasi hasil regresi.

BAB IV Hasil Penelitian, berisi analisis yang dilakukan untuk memperhitungkan kolerasi antar variabel independent, dilanjutkan dengan analisis regresi

linier berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

baitulmaal wat tamwil (BMT). Selanjutnya melihat seberapa kuat


(35)

melihat koefisien determinannya. Kemudian menginterpretasikan hasil analisis dan model yang telah terbentuk.

Lalu dilanjutkan dengan analisis keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis, analisis karakteristik, analisis resiko (risk analysis), analisis

value dan attitude anggota BMT Berkah Madani Cimanggis terhadap

bisnis, analisis support bisnis BMT Berkah Madani Cimanggis dan

terakhir analisis SWOT. Setelah itu tahap terakhir yaitu menyimpulkan faktor-faktor keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.

BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalah yang telah diangkat, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.


(36)

22

A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan

baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan

baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.1

2. PeranBaitul Maal wat Tamwil (BMT)

Secara umum peran BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup dalam hal ilmu pengetahuan dan materi, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

1


(37)

Maraknya rentenir atau lintah darat di tengah-tengah masyarakat juga mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap perekonomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif dalam menyelesaikan masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu, BMT diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya memiliki beberapa peran, diantaranya yaitu:

a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting system ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami, misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya. b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif

menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.

c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.


(38)

d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.

3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT dan tugas dari masing-masing struktur adalah sebagai berikut:

a. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.

b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT. c. Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam

merealisasikan programnya.

d. Manajer, bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.


(39)

g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT. Dalam struktur organisasi standar dari PINBUK, musyawarah anggota pemegang simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan pembina manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari

dari pemasaran, kasir, dan pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan koordinatif dengan maal, pemasaran, kasir dan pembukuan.

Bagan 2.1

Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK

Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok

Dewan Syariah Pembina Manajemen

Manajer

Tamwil Maal

Pemasaran Kasir Pembukuan


(40)

Keterangan:

Garis Koordinasi

Garis Komando

Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:

a. Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT

c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan jangka panjang

d. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi BMT.

4. Prinsip OperasiBaitul Maal wat Tamwil (BMT)

Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah yakni menggunakan:

1) Prinsip bagi hasil

Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberian pinjaman dengan BMT. Dengan menggunakan beberapa pilihan akad diantaranya


(41)

2) Sistem jual beli

Sistem jual beli merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia

dana. Dengan menggunakan pilihan akad, yaitu: bai' murabahah, bai'

al-salam, bai'al-istishna dan bai' bitsaman ajil

3) Sistem non-profit

Sistem yang sering disebut sebagai pelayanan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat social dan non-komersial. Nasaba cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja. Sistem ini menggunakan akad

al-qordhul hasan.

4) Akad bersyarikat

Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati. Akad bersyarikat ini terdapat dalam akad al-mudharabah dan al-musyarakah.

5) Produk Pembiayaan

Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil estela jangka waktu


(42)

tertentu. Bentuk pembiayaan itu sendiri, diantaranya: Pembiayaan

al-murabahah (MBA), pembiayaan al-bai' bitsaman ajil (BBA), pembiayaan

al-mudharabah (MDA) dan pembiyaan al-musyarakah (MSA).

Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi mayarakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus memenuhi syarat:

a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

5. Penghimpunan Dana 1) Penyimpanan Dana

a) Sumber dana BMT (1) Dana masyarakat (2) Simpanan biasa

(3) Simpanan berjangka atau deposito (4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi b) Kebiasaan penggalangan dana

(1) Penyandang dana rutin dan tetap, besarnya dana biasanya variatif. (2) Penyandang dana rutin tapi tidak tetap, besarnya dana biasanya


(43)

(3) Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp 1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,-

c) Pengambilan dana

(1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap (2) Pengambilan dana tidak tetapi tertentu (3) Pengambilan dana tidak tentu

(4) Pengampilan dana sejumlah tertentu tapi pasti.

d) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi (1) Memperhatikan momentum

(2) Mampu memberikan keuntungan (3) Memberikan rasa aman

(4) Pelayanan optimal (5) Profesionalisme

2) Penggunaan Dana

a) Penggalangan dana digunakan untuk: (1) Penyaluran melalui pembiayaan (2) Kas tangan

(3) Ditabungkan di BPRS atau di bank syariah

b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada: (1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap

(2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap (3) Penggunaan dan BMT yang tidak tentu tapi tetap


(44)

(4) Penggunaan dana BMT tidak tentu

c) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana (1) Pengangsuran yang rutin dan tetap

(2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap (3) Pengangsuran yang jatuh tempo

(4) Pengangsuran yang tidk tentu (kredit macet) d) Klasifikasi pembiayaan

(1) Perdagangan

(2) Industri rumah tangga

(3) Pertanian/ peternakan/ perikanan (4) Konveksi

(5) Kontruksi (6) Percetakan (7) Jasa-jasa/ lain. e) Jenis angsuran

(1) Harian (2) Mingguan (3) 2 mingguan (4) Bulanan (5) Jatuh tempo

f) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT (1) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan


(45)

(2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan (3) Pemindahan akad baru

(4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan

3) Penyaluran Zakat dan Shadaqoh

a) Penggalan dana zakat, infaq dan shadaqoh (ZIS) (1) ZIS masyarakat

(2) Lewat kerjasama anatara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqoh (BAZIS)

b) Dalam penyaluran dana ZIS

(1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya membantu

(2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu dalam membayar SPP

(3) Penutupan terhdap pembiayaan yang macet karena factor kesulitan pelunasan

6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Membantu masyarakat yang perlu pengobatan Menurut PINBUK karakteristik BMT, yaitu:

1) Mandiri, yakni swadaya dan mampu membiayai usahanya sendiri 2) Profesional


(46)

b) Adanya fasilitasi pendampingan dan pelatihan berjenjan dilengkapi modul-modul aplikatif.

c) Produk simpanan dan pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

d) Menerapkan sistem, prosedur, administrasi dan akuntansi estándar Lembaga Keuangan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sederhana, efisien dan efektif.

e) Pengelolaan dan laboran keuangan secara terbuka. 3) Mengakar di Masyarakat

Dinisiasi, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab.

4) Berkelanjutan

Mampu meningkatkan asset dan menghasilkan laba sehingga tumbuh dan berkembang. 2

B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Tingkat kesehatan BMT dapat diukur dengan beberapa analisis rasio keuangan yang diterapkan oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) sebagai criteria penilaian kesehatan BMT:

2


(47)

a. Capital (Permodalan)

Permodalan (Capital) adalah kriteria kecukupan permodalan, digunakan untuk

mengetahui kemampuan kecukupan modal BMT dalam mendukung kegiatan secara efisien. Komponen yang diukur adalah total modal dibagi dengan simpanannya. Dengan kecukupan modal ini menunjukkan kemampuan BMT mempertahankan modal, mencukupi dan kemampuan manajemen BMT dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul dan mempengaruhi besarnya modal BMT.

Dengan kata lain, permodalan (capital) sebagai salah satu tolak ukur yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan sebuah BMT berfungsi untuk: 1) Ukuran kemampuan BMT untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak

dapat dihindarkan.

2) Sumber daya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang, penjualan asset yang tidak terpakai, dan lain-lain.

3) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisien tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut.

Faktor yang menentukan tingkat kesehatan struktur permodalan BMT antara lain partisipasi pendiri dalam memberikan modal, penciptaan laba, pemupukan dana cadangan, yang semuanya akan menambah kemampuan penyediaan modal sendiri.


(48)

b. Asset (Aktiva Produktif)

Kelangsungan usaha BMT tergantung pada kesiapan untuk menghadapi resiko kerugian. Oleh karena itu BMT berkewajiban menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif (cadangan).

Pengukuran dilakukan dengan mengukur kualitas aktiva produktif yang substansinya didominasi oleh komponen pembiayaan aktiva yang produktif (productive asset) atau yang lebih dikenal dengan aktiva menghasilkan (earning

asset), karena penempatan dana BMT adalah untuk mencapai tingkat penghasilan

yang diharapkan. Jadi kualitas dari aktiva produktif adalah kualitas dari aktiva yang memberikan penghasilan.

Kredit biasanya merupakan bagian dari asset BMT, selain merupakan pendapatan utama BMT sekaligus merupakan sumber kerugian karena kredit macet. Kredit yang dikeluarkan harus disalurkan pada orang atau nasabah yang tepat. Tepat berarti tepat jumlah dan waktu, tepat orang, tepat penggunaan, dan tepat pengembaliannya, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Kualitas aktiva produktif juga diartikan sebagai sejumlah pembiayaan yang dapat menghasilkan pendapatan atau bagi hasil dengan sedikit kemungkinan menimbulkan kredit macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan jaminan hanya diberikan kepada peminjam skala besar.


(49)

c. Efesiensi

Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya operasional tertentu. Biaya operasional meliputi biaya bagi hasil simpanan,

overhead cost dan lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bagi

hasil, mark up dan hasil pendanaan suatu usaha nasabah. Efisiensi usa BMT dapat diukur dengan menghitung rasio antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Componen yang diukur meliputi biaya operacional dan total asset yang dimiliki.

d. Earning

BMT dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran BMT sebagai broker adalah mempertemukan antara pemilik modal dengan pengguna modal. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan BMT dalam menghasilkan laba. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesehatan keuangan. Selain itu tingkat kemampuan BMT dalam menganalisis profit melalui operasional BMT, juga dapat diukur dengan menggunakan analisis rentabilitas. Yaitu kemampuan BMT untuk menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding total asset (ROA) dan total modal sendirinya (ROE).


(50)

e. Likuiditas

Penilaian likuiditas terhadap kemampuan BMT memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Likuiditas dapat digunakan untuk mengukur kemampuan BMT dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Pengendalian likuiditas BMT dilakukan setiap hari agar semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh BMT (uang tunai, kas, saldo giro pada Bank Sentral) dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu.3

C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya

Jika dilihat dari nominal, total dana yang berhasil dihimpun BMT memang sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, bahkan jika dibandingkan dengan total dana yang dihimpun BPR saja. Akan tetapi jika dilihat dari siapa saja dana tersebut dihimpun, maka BMT memberi kontribusi amat besar, apalagi dengan memperhitungkan perkembangan yang tidak mengesankan dari lembaga keuangan mikro lainnya. Dengan kata lain, BMT berperan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menabung. Untuk mengenal BMT lebih jauh dan mengetahui secara lebih detail perbedaan BMT dengan lembaga keuangan lainnya akan dipaparkan dalam tabel berikut:

3

Muhamad Iqbal Gifari, "Analisis Kesehatan BMT", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://www.mitrariset.com/2009/baitul-maal-wat-tamwil-bmt.html


(51)

Tabel 2.1

Analisis Perbedaan Bank, Renternir dan BMT4

Pokok Masalah Bank Konvensional Renternir BMT

Yang Dibiayai Pengusaha besar, menengah dan kecil atas

Pengusaha kecil, menengah dan bawah

Pengusaha kecil dan sangay kecil

Jasa Pinjaman Bunga Bunga mencekik Bagi hasil

Jaminan Ada jaminan Secara formal tidak ada

jaminan

Tidak ada jaminan

Penentuan Keuntungan

Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, berdasarkan prestasi pada pokok pinjaman

Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, beerdasarkan pada pokok pinjaman

Waktu akad hanya menyepakati pembagian Porsi (nisbah) bagi hasil, sedang jumlah keuntungan diketahui estela berusaha

Besarnya Keuntungan

Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya

Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya

Belum pasti, tergantung keuntungan usaha

Kerugian Bank tidak akan rugi

karena ada jaminan, walaupun usaha merugi, bank dapat menyita jaminan

Rentenir tidak akan merugi, walaupun tidak ada jaminan, rentenir dapat menyita barang berharga milik pengusaha

Bila usaha merugi, BMT ikut

menanggung kerugian

Pelayanan Formal dan resma Ramah tapi tidak

toleran

Bersahabat dan penuh tenggang rasa

Prosedur Panjang dan asing,

sesuai aturan dan kebiasaan

Gampang dan mudah tanpa formulir yang bermacam-macam

Sederhana dengan beberapa formulir yang sederhana

Kelayakan Usaha Harus ada kelayakan usaha yang dibuat oleh pengusaha

Tidak perlu kelayakan usaha BMT bersama pengusaha membuat kelayakan usaha bersama Pembinaan Pengusaha

Hampir tidak jelas Tidak ada Ada

Pemilik Pemegang saham Pribadi Anggota/ Masyarakat

4

Skripsi ini diambil dari Abdullah Marhazi (2007) Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wa Tamwil (BMT) hal. 85


(52)

D. Analisis Laporan Keuangan

Pada analisis laporan keuangan dapat dilakukan tiga jenis analisis, yaitu analisis rasio, analisis perbandingan (comparative) serta analisis sumber dan

penggunaan dana. Untuk lebih jelas pembagiannya akan ditunjukkan pada bagan berikut:

Bagan 2.2

Analisis Laporan Keuangan

Namun pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis rasio. Karena dengan analisis rasio kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jernih tentang kondisi keuangan bisnis BMT Berkah Madani dan kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari BMT tersebut.

Analisis Lap. Keuangan

Analisis Rasio

Analisis Comparative

Analisis Sumber & Penggunaan Dana

Likuiditas

Solvabilitas

Rentabilitas

Profitabilitas

Aktivitas

Vertikal


(53)

Secara umum rasio keuangan dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan preusan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Ada beberapa rasio yang digunakan dalam mengukur likuiditas, diantaranya

a. Current Ratio, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana kewajiban

lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar

(current asset).

b. Loan Deposit Ratio (LDR), digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank

dalam memberikan pembiayaan.

c. Quick Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam

membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid

Tetapi dari ketiga jenis rasio tersebut yang lebih sering digunakan untuk mengukur likuiditas adalah current ratio.

d. Financing Deposit Ratio (FDR), adalah menunjukkan kesehatan bank dalam


(54)

2. Solvabilitas atau rasio leverage ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Untuk itu dalam perhitungan menggunakan DER (Debt to Equity Ratio).

3. Rentabilitas, rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Dalam hal ini ada dua rumus yang dapat digunakan yaitu ROA (Return On Asset) untuk mengetahui pengembalian bisnis atas seluruh

investasi yang dilakukan, dan ROE (Return On Equity) digunakan untuk

mengukur keberhasilan bisnis dalam "memperkaya" pemegang saham.5

4. Profitabilitas, rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Untuk itu dapat menggunakan profit margin, yaitu gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba.

5

Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. h.50-60


(55)

5. Aktivitas (Debt to Asset), adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank

dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:

a. Fixed Asset Turnover (FAT), adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva.

b. Total Asset Turnover, adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu priode tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan pendapatan (revenue).6

E. Analisis Karakteristik

1. Usia

Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Ia mengelompokkan perkembangan karier manusia menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan karier. Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun), masa ini sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Sedangkan usia 6

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari'ah. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004. h.159


(56)

dewasa madya (usia 40-60 tahun) bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Dan usia dewasa akhir (usia diatas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan kariernya atau berhenti sama sekali (masa pensiun).7

2. Pendidikan Terakhir

Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson ada beberapa yang harus dimiliki oleh

wirausaha yaitu, Self knowledge, Imagination, Practical knowledge, Search skill, Foresight, Computation skill danCommunication skill.8

3. Lama Usaha (Pengalaman)

Menurut Hisrich & Brush (1991), wirausaha yang maju saat ini bukanlah usaha yang pertama kali yang dimiliki. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya, mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru.9

7

Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003.

8

Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian 9

Suryana Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003.


(57)

F. Analisis Risiko

Sebagian besar orang berpandangan bahwa risiko hanya membawa kerugian, bahkan tidak sedikit manager risiko cenderung menganggap bahwa risiko adalah sumber masalah, pandangan tersebut memaksa para manager untuk membuang dan menghindari risiko. Namun sebenarnya penghindaran risiko adalah salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang dapat dikembangan, yaitu bagaimana risiko dapat dialihkan menjadi potensi perusahaan.

Oleh karena itu pengetahuan akan pengidentifikasian, pemetaan, pengukuran dan pengelolaan risiko sangat penting bagi pihak terkait dalam perusahaan, kemampuan mengelola risiko dengan baik justru meningkatkan keunggulan bersaing dan keunggulan kinerja dengan perusahaan pesaing.

Maka dapat disimpulkan fungsi risiko adalah sebagai alat yang dapat digunakan dalam kinerja perusahaan dalam pengembangannya. Jika risiko tesebut dapat diatasi maka risiko tersebut dapat dijadikan alat yang potensial bagi perusahaan, maka perusahaan akan mendapat nilai lebih dari risiko dan tidak hanya menganggap risiko adalah masalah. Namun jika dalam kinerjanya perusahaan tidak dapat mengolah dan mengatasi risiko tersebut dapat berdampak kerugian maupun kehilangan.10

Macam-macam risiko yang Bank Indonesia (BI) wajibkan untuk dikelola bagi seluruh bank di Indonesia (PBI NOMOR: 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan 10

Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006. h.19


(58)

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum), memungkinkan untuk dikelola oleh BMT. Begitu pula oleh BMT Berkah Madani Cimanggis dan macam-macam risiko tersebut adalah sebagai berikut:

1. Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar (adverse moment) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang merugikan bank,

variable pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.

2. Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan debitur dan/ atau lawan transaksi (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya.

3. Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak cukupan dan/ atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

4. Risiko Likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.

5. Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak. 6. Risiko Reputasi adalah resiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi

negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.


(59)

7. Risiko Strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

8. Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

G. Analisis SWOT

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal (strenght dan

weakness) dan lingkungan eksternal (opportunity dan threats) yang dihadapi sebuah

organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).11

Bagan 2.3 Analisis SWOT

11

Chen Blochar dan Lin, Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000. h. 19

BERBAGAI PELUANG

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL

BERBAGAI ANCAMAN

SEL A

1. Mendukung Strategi Agresif

SEL C

3. Medukung Strategi Turn Around

SEL D

4. Mendukung Strategi Defensif

SEL B


(60)

Sel A memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat, namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak menentu dalam lingkungannya. Dengan demikian kita harus dapat menentukan bagaimana memanfaatkan peluang yang ada pada kita untuk meningkatkan posisi kompetitifnya.

Sel B menghadapkan organisasi pada isu strategis mobilization, yaitu kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diindentifikasi dengan kekuatan organisasi. Disini harus dilakukan mobilisasi sumber daya yang kekuatan organisasinya untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut bahkan jika mungkin mengubahnya supaya menjadi peluang.

Sel C menampilkan isu pilihan strategis investasi atau divestasi yang memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan, namun kemampuan untuk menggarapnya tidak dimiliki. Kalau dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar, sehingga dapat merugikan organisasi. Jika memang demikian lebih baik ditinggalkan dan diserahkan kepada organisasi lain yang menggarapnya, atau bisa juga mengambil keputusan tidak berbuat apa-apa.

Sel D adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan kotak atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah. Karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah damage

control (mengendalikan kerugian), sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang


(1)

tercipta segmentasi yang menghasilkan ragam sistem pembiayaan yang cocok untuk setiap kategori segmen UKMK.

5. Agar masalah keterbatasan dana dalam pemenuhan permohonan pembiayaan dapat teratasi. Dengan kondisi BMT Berkah Madani Cimanggis yang telah melaksanakan kerjasama keuangan dengan INKOPSYAH maupun instansi perbankan dirasa telah maksimal sesuai kapasitas BMT yang jika dipaksakan akan berdampak tidak baik. BMT Berkah Madani Cimanggis lebih memperkuat permodalan anggotanya. Atau dapat diupayakan degan memberi batasan jumlah nasabah pembiayaan, sehingga pemberian pinjaman pada nasabah yang ada dapat dilakukan secara optimal sehingga hasilnya juga akan lebih optimal.

6. Agar mempertahankan persepsi positif masyarakat, diadakan acara sosial yang ditujukan khususnya untuk masyarakat sekitar (Depok, Bogor dan Jakarta Timur). 7. Agar dapat meningkatkan nilai profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis

dapat mengoptimalkan asset yang dimiliki.

8. Agar meningkatkan peformance mudharabah BMT Berkah Madani Cimanggis maupun Lembaga Keuangan Syariah lainnya dapat melakukan beberapa hal diantaranya:

a. Peningkatan kualitas preferensi Mudharib dalam menerima amanah.

b. Peningkatan kualitas transparansi dalam kontrak seperti penyusunan kontrak yang lebih terperinci dan pemakaian benchmarking.


(2)

120

c. Penerapan standar akuntansi yang memadai, yaitu sistem akuntansi yang selain sesuai dengan konsep syariah juga harus dapat menentukan level resiko dari transaksi.

d. Untuk mengurangi resiko ketidakpastian usaha, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memerlukan Lembaga Penjamin. Lembaga ini menjamin kelayakan permohonan dan pengunaan dana, kelayakan produksi, kelayakan praktek pemasaran dan kelayakan pengelolaan keuangan bagi pengusaha yang mengajukan pembiayaan mudharabah.


(3)

121

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan

Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2005.

Baihaqi, Abd. Madjid dan Saifuddin A. Rasyid Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari'ah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di

Indonesia. Jakarta: Pinbuk, 2000

Bakhri, Mokh. Syaiful "BMT-MMU Sidogiri: Sukses Memasuki Dunia Lain", artikel ini diakses pada 08 April 2010 dari

http://www.pnm.co.id/content.asp?id=740&mid=54

Berkah Madani News diakses pada tanggal 12 Desember 2009 dari www.berkahmadani.co.id

Blochar, Chen dan Lin. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000.

Citrus, "Faktor Keberhasilan", artikel ini diakses pada 22 Juli 2010 dari http://www.emfajar.net/chit-chat/faktor-keberhasilan/

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009.

Demodar, Gujarati. Ekonometrika Dasar, Penerjemah Sumarno Zain, PT Gelora Aksara Pratama 1999

Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006.

Faisal. "Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: Kemandirian Ekonomi Pola Syariah", artikel ini diakses pada 08 April 2010 dari http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=articl&i

d=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008

Fitriyani, Yeni. "Peranan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dalam Permodalan Usaha Kecil Mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.


(4)

122

Haidir. “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitassebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan”. 2007

Indradie, Andri. "Kredit Mikro BRI Tambah Rp 1,2 Triliun". Artikel ini diakses pada 11 April 2010 dari

http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/33528/Kredit-Mikro-BRI-Tambah-Rp-12-Triliun

Iqbal Gifari, Muhammad "Analisis Kesehatan BMT", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://www.mitrariset.com/2009/baitul-maal-wat-tamwil-bmt.html Jawapos.com. "Koperasi Sidogiri Beraset Rp 54 M", artikel ini diakses pada tanggal

08 April 2010 dari

http://pasuruan.info/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=1650 Kahf, Monzer. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi

Islam) Terjemahan Machnun Husein (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,

1995).

Kamus Wikipedia Indonesia diakses pada 14 Februari 2010 dari http://wikipedia.org

Kholid, Hendra "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://hendrakholid.net/bog/2009/05/26/pinbuk-dan-inkopontren-2/

Kristanto Bachtiar, Andi. "Strategi BMT Dalam Pemasaran dan Penyaluran Ijarah Murni Menurut Perspektif Islam (Studi Kasus Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Maharazi, Abdullah. "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)." Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Masrahati. "Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan", (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).


(5)

Nachrowi D, Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk

Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LP FEUI, 2006.

Nursamsiah. "Konsep Pendistribusian Zakat dan Aplikasinya Pada Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus Baitul Maal Muamalat)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Prihatin Dwi Riyanti, Benedicta Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi

Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003.

Rahman H, Maman. "Tinjauan Pendayagunaan Zakat (Studi Kasus Pada BMT BRI)". Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Ridwan, Muhammad . Manajemen Baitul Maal watamwil. Jogjakarta: UII Press, 2004

Rivai,Veithzal dan Andariia Permata. Credit Management Handbook. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Rizky, Awalil BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil Yogyakarta: Penerbit UCY Press, 2007

Rochaety, Etty.dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007.

Sakai, Minako. “Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam”. Australia Indonesia Governance Research Partnership, 2008.

Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2000.

Sartika, Tiktik. "Jaringan Kerjasama Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dalam Organisasi Koperasi". Media Ekonomi IX. NO.2 (Agustus 2003): h. 137-151 Soleh, M. "Peranan BMT Center Dalam Pemberdayaan Masyarakat". Skripsi S1

Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA, 2007.


(6)

124

Suryana. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003.

Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: DEW, 1995.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Vidyawati, Dini. "Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus Pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

Wijaya, Toni. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009.

Weston, Fred dan Eugene, F.Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Jilid I.

Jakarta: Erlangga, 1993.

Yunus, Muhammad Bank Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi

Kemiskinan. Penerjemah, Irfan Nasution Cet.4. Depok: Marjin Kiri, 2007

Yusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.

"BMT Shar-e Perlu Ditiru" Republika. 28 Agustus 2009.