Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. 1 Komunikasi merupakan penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada komunikan demi tercapainya tujuan. Dalam kehidupan- sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut dapat berupa interkasi yang berlangsung dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Allah menyatakan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rahman 55 : 1-4 yang berbunyi: ☺ Artinya : Tuhanyang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia, mengajarnya padai berbicaraQS Ar-Rahman 55: 1-4 2 Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok, karena disadari atau tidak dalam pergaulan hidupnya manusia melakukan komunikasi di dalam kehidupannya. Telah kita ketahui 1 Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Bandung: Rosdakarya, 2001, cet ke-14, h.1 2 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Al Bayan Tafsir Penjelas Al Qur’an,Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002, Cet ke-1, h. 1265 bahwa fungsi umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasi dan rekreatif. Maksudnya secara singkat ialah bahwa komunikasi berfungsi memberi Data atau fakta yang berguna bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Dimanapun dan kapanpun manusia dapat berkomunikasi. Disamping itu, komunikasi juga berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaannya dalam bertingkah laku. Komunikasi seseorang dengan orang lain tidaklah timbul dengan sendirinya, namun komunikasi dapat diperoleh melalui belajar, yakni melalui komunikasi dengan orang lain maupun melalui membaca dan lain-lain. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia, kehidupan manusia akan tampak hampa atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Dengan adanya komunikasi berarti adanya interaksi manusia. 3 Dalam berkomunikasi dibutuhkan berbagai macam cara agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima baik dan dijalankan oleh komunikan, sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah bagaimana seorang komunikator memiliki gambaran tentang sebuah proses komunikasi. Dengan mengetahui gambaran pada sebuah proses komunikasi maka akan dapat diketahui pola apa yang bisa digunakan dalam pencapaian tujuan. Komunikasi juga bisa berarti upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan dan juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Demikian juga komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang menggunakan lambang-lambang, baik berupa kata-kata, angka-angka, tanda-tanda 3 Roudhonah, , Ilmu Komunikasi, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007 , h.12 atau yang lainnya, yang semuanya itu tentu harus adanya kesamaan makna dan pengertian. Komunikasi akan berhasil jika orang yang diajak bicara dapat memberi makna yang sesuai dengan yang diharapkan komunikator. 4 Suatu negara dapat dikatakan negara yang besar apabila memiliki kriteria tertentu. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berpotensi untuk menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tanpa akhlak yang baik dan keimanan yang kuat suatu negara tidak akan berkembang dengan baik karena didalamnya hanya terdapat orang-orang yang dapat merusak kebesaran bangsa tersebut dikarenakan sumber daya manusianya memiliki akhlak yang tidak baik. Tetapi di zaman yang semakin modern ini nilai agama yang telah tertanam dalam diri masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing dalam bertingkah laku, sebagai proses filteriasi dari pengaruh budaya asing tersebut dibutuhkan pribadi muslim yang berkualitas dan berakhlak mulia dalam kaitannya dengan iman dan takwa. Dari situlah diperlukan landasan yang kuat untuk membentuk pribadi muslim yang berkualitas tercapai. Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 : ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan 4 Ibid,h. 21 kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.QS. Al- Ahzab : 21 5 Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus RasulNya dalam menyempurnakan akhlak manusia. Kesempurnaan ajaran Islam merupakan pedoman hidup dan rahmat bagi seluruh alam. Hal ini merupakan kehendak Allah bagi eksistensi manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Berdasarkan keyakinan tersebut maka manusia dengan segala nilai fitrahnya diharapkan mampu menginternalisasikan dan merealisasikan ajaran Islam tersebut kedalam dan keluar dirinya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak manusia diantaranya adalah faktor lingkungan karena lingkungan yang baik senantiasa melahirkan pribadi yang baik pula. Pembinaan kepribadian pada anak harus dilakukan sedini mungkin karena akan mempengaruhi seluruh dimensi kehidupannya kelak apabila sudah berinteraksi dalam dunia yang lebih luas dan dapat dimulai dari ranah domestik yang nantinya akan mempengaruhi setiap langkah dan tindakannya kedepan. Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial pada pembentukan akhlak diri, jika anak mampu berdisiplin diri maka secara maknawi ia memiliki kemampuan untuk mengantisipasi, mengakomodasi dan tidak hanyut dalam arus globalisasi. Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia hidup. Tanpa masyarakat lingkungan, kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Nilai-nilai moral yang dimiliki seorang anak lebih merupakan sesuatu yang diperoleh anak dari luar. Anak belajar dan diajar oleh lingkungannya mengenai 5 Al Bayan Tafsir Penjelas Al-Qur’an, h. 949 bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tingkah laku yang bagaimana yang dikatakan baik atau tidak baik. Lingkungan ini dapat berarti orang tua, saudara-saudara, teman-teman, guru dan lain sebagainya. Namun karena pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak sepenuhnya bergantung pada orang lain yaitu orang tuanya maka disinilah pentingnya peranan orang tua sebagai orang yang pertama dikenal dalam hidupnya untuk memperkembangkan kehidupan moral anaknya. Seorang anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya sebagai anutan yang dapat dicontoh oleh anak tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Pengasuh merupakan figur yang sangat berperan dalam pengasuhan anak asuh, karena baik buruknya tingkah laku anak asuh itu bagimana cara pengasuh mengasuh dan membimbingnya. Pengasuh harus dapat mengatur semua kebutuhan anak asuhnya baik dalam segi materi ataupun spiritual. Oleh karena itu dibutuhkan pola komunikasi yang sangat baik antara pengasuh dan anak asuh agar tercipta keakraban sehingga pengasuh dapat mengetahui sejauh mana sifat dan watak anak yang diasuhnya dan anak asuh tidak sungkan dalam berkomunikasi dengan pengasuh untuk membicarakan berbagai macam hal yang merupakan pengganti dari orang tua mereka. Seiring dengan perkembangannya, anak tersebut akan merasa dirinya disayangi dan diperhatikan oleh pengasuhnya. Komunikasi yang terjadi antar pengasuh dan anak asuh ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dalam pembinaan akhlak anak asuh. Sebagai contoh apabila ada anak asuh yang kurang sopan dalam berbicara dan bertindak maka pengasuh dapat menasehati dan memperbaikinya agar anak tidak mengulanginya lagi dan anak tersebut mengetahui mana perbuatan baik dan buruk. Rumah yatim dan dhuafa An-Nur yang berlokasi di Jalan Kramat 2 Nomor 56 RT 07 RW 05 Kampung Ciherang Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok ini didirikan oleh Ustdzh. Hj. Nur Cholilah almarhumah dan diresmikan pada tanggal 1 Februari 1999. Saat ini Rumah Yatim dan Dhuafa tersebut memiliki 40 orang anak asuh perempuan dan hanya memiliki satu orang pengasuh. Latar belakang didirikannya rumah yatim dan dhuafa ini adalah untuk memberikan pelayanan dan pembinaan kepada anak asuh yang dhuafa ekonominya lemah 6 , anak yatim piatu anak yang ditinggal wafat ayah dan ibunya sementara ia belum baligh 7 dan anak yang telantar anak yang tidak terurus oleh keluarganya 8 untuk melanjutkan sekolah dan berperan dalam pembentukan akhlak anak yang bertujuan untuk melahirkan generasi muda yang berwawasan Islam dan berakhlak mulia serta mampu melanjutkan estafet dalam menyebarluaskan ajaran Islam dan juga membawa pengaruh positif dalam merubah sikap hidup umat kepada sikap yang lebih baik sesuai ajaran Islam. Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan mengungkap perihal pola komunikasi yang digunakan oleh pengasuh kepada anak asuh di Rumah Yatim dan Dhuafa dalam pembinaan akhlak sehingga penulis tertarik mengambil judul skripsi “ Pengaruh Pola 6 Chatibul Umam dkk, Fiqih Jilid 3, Jakarta: Menara Kudus, 1996, cet ke-1, h.11 7 Ibid, h.11 8 Ibid, h.12 Komunikasi Terhadap Pembinaan Akhlak Anak asuh di Rumah Yatim dan Dhuafa An-Nur Cimanggis Depok”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah