BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Nilai Tukar Rupiah
Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu: 1. Sistem kurs tetap 1970 - 1978
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250US, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai
tukar rupiah terhadap US. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
2. Sistem mengambang terkendali 1978 - Juli 1997 Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang
basket of currencies. Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi pembatas
dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3. Sistem kurs mengambang 14 Agustus 1997- sekarang Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US semakin melemah.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sistem
nilai tukar mengambang terkendali dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas free floating exchange rate pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang
35
Universitas Sumatera Utara
intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. Ocktavia, 2007
4.2 Sejarah Pasar Modal Indonesia a. Era sebelum Tahun 1976
Kegiatan jual-beli saham dan Obligasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai pada Abad ke-19, yaitu dengan berdirinya cabang bursa efek Vereniging Voor de Effectenhandel di
Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Kegiatan usaha bursa pada saat itu adalah memperdagangkan saham dan obligasi perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang
beroperasi di Indonesia, Obligasi Pemerintah Kotapraja dan sertifikat saham perusahaan- perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh Kantor Administrasi di Belanda. Selain cabang di
Batavia, selanjutnya diikuti dengan pembukaan cabang Semarang dan Surabaya. Sejak terjadi perang dunia ke-2, Pemerintah Hindia Belanda menutup ketiga bursa tersebut pada tanggal
17 Mei 1940 dan mengharuskan semua efek disimpan pada bank yang telah ditunjuk. Pasar modal di Indonesia mulai aktif kembali pada saat Pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan obligasi pemerintah dan mendirikan bursa efek di Jakarta, yaitu pada tanggal 31 Juni 1952. Keadaan ekonomi dan politik yang sedang bergejolak pada saat itu
telah menyebabkan perkembangan bursa berjalan sangat lambat yang diindikasikan oleh rendahnya nilai nominal saham dan obligasi, sehingga tidak menarik bagi investor.
b. Pra-Deregulasi 1976 - 1987