Indeks Harga Saham Gabungan IHSG

keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. b. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volatility Teori ini memperhatikan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan. Dalam pandangan modern, teori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel- variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil dalam menentukan tingkat nilai tukar antara dua negara. c. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan pasar modal dan pasar uang lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barangkomoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjdi di pasar barang. Ming, 2001

2.2 Indeks Harga Saham Gabungan IHSG

Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 8 14 Universitas Sumatera Utara macam indeks harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke delapan macam indeks tersebut adalah: 1. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing- masing sektor. 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4. Jakarta Islamic Index JII, menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. 7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. 8. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten. Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat akan dibahas pada bagian berikutnya. Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham 15 Universitas Sumatera Utara untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index JII menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks. Indeks-indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh data vendor melalui data feed.

2.2.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan

IHSG adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. IHSG dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum perdagangan saham, apakah dalam keadaan bearish atau dalam keadaan bullish. Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.

2.2.2 Metodologi Penghitungan Indeks

Metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks : a Menghitung rata-rata arithmatic mean harga saham yang masuk dalam anggota indeks. b Menghitung rata-rata geometris geometric mean dari indeks individual saham yang masuk dalam anggota indeks c Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Seperti halnya mayoritas bursa-bursa di dunia, indeks-indeks di BEI dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat nilai pasar atau Market Value Weighted Average Index. Formula dasar penghitungan indeks adalah: 16 Universitas Sumatera Utara Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham tercatat yang digunakan untuk perhitungan indeks dikali dengan harga pasar. Nilai Pasar biasa disebut juga dengan Kapitalisasi Pasar. Formula untuk menghitung Nilai Pasar adalah: Dimana: p = Closing price harga yang terjadi untuk emiten ke-i. q = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks jumlah saham yang tercatat untuk emiten ke-i. n = Jumlah emiten yang tercatat di BEI jumlah emiten yang digunakan untuk perhitungan indeks Nilai Dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan harga pada hari dasar. Contoh hari dasar untuk IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pergerakan IHSG secara signifikan dipengaruhi oleh perubahan harga saham dengan kapitalisasi besar, sebaliknya perubahan harga-harga saham dengan kapitalisasi kecil nyaris tidak berdampak terhadap IHSG. Hal tersebut karena bobot masing-masing saham yang berbeda, sehingga tidak mengherankan jika pergerakan IHSG sangat ditentukan oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar. BEI, 2008 17 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Alwi 2003, 87, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain: a. Faktor Internal Lingkungan mikro  Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.  Pengumuman pendanaan financing announcements, seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.  Pengumuman badan direksi manajemen management-board of director announcements seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.  Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.  Pengumuman investasi investment annuncements, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan, penutupan usaha lainnya..  Pengumuman ketenagakerjaan labour announcements, seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.  Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share EPS dan Dividen Per Share DPS, Price Earning Ratio PER, net profit margin, Return On Assets ROA, dan lain- lain. 18 Universitas Sumatera Utara b. Faktor Eksternal Lingkungan makro  Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.  Pengumuman hukum legal announcements, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.  Pengumuman industri sekuritas securities announcements, seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasanpenundaaan trading.  Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.  Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

2.2.4 Teori Random Walk

Istilah random walk merupakan istilah yang pertama kali muncul dalam koresponden di Nature yang membahas mengenai bagaimana strategi yang optimal untuk mencari orang mabuk yang ditinggalkan di tengah lapangan. Caranya adalah dengan mulai mencari di tempat pertama kali orang mabuk itu ditempatkan sebab orang tersebut akan berjalan dengan arah yang tidak tertebak dan acak. Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian 19 Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh Roberts 1959 menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama Mills, 1999. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin seorang investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih. Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Artinya volatilitas saham tidak akan mempunyai trend yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

2.2.5 Teori Elliott Wave

The Wave Principle merupakan penelitian Ralph Nelson Elliott 1938 bahwa perilaku sosial atau massa mempunyai trend yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu dicatat adalah walaupun bersifat repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Selain itu pola yang dikemukakannya merupakan bagian dari pola yang lebih besar, yang pada akhirnya merupakan bagian dari pola yang lebih besar lagi dan seterusnya. Pola-pola tersebut dapat diartikan sebagai berikut Murphy, 1999 : a Gelombang 1 Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik. 20 Universitas Sumatera Utara b Gelombang 2 Pada saat ini harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham itu. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga turun. Namun penurunan harga ini tidak sampai membuat through gelombang 2 serendah through gelombang 1 karena investor menilai saham tersebut menjadi murah lagi. c Gelombang 3 Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang paling lama dan kuat sebab didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi untuk mengambil keuntungan dari tren menanjak sehingga perdagangan menjadi ramai. Harga saham pada saat ini naik sampai melewati harga tertinggi pada gelombang 1. d Gelombang 4 Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini, dimana dalam pola koreksi ini volatilitas harga saham cenderung menurun. namun gelombang ini lemah sebab masih banyak investor yang masih menginginkan saham tersebut. e Gelombang 5 Pada gelombang ini sebagian besar investor sudah memegang saham ini dan sebagian besar merupakan investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 sebab investor yang berpartisipasi hanya sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada saat ini saham dapat bergerak kembali ke gelombang 1 atau mulai mengkoreksi diri 21 Universitas Sumatera Utara f Gelombang ABC Saat ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan sedang dalam tahap istirahat. Gelombang Elliott memberikan gambaran bahwa volatilitas harga saham dapat berbeda- beda antara gelombang yang satu dengan yang lain. Selain itu teori ini juga memberikan kemungkinan bahwa ada trend volatilitas return harga saham yang muncul dari pola-pola tersebut. Trend sendiri merupakan arah umum yang sedang terjadi pada pasar. Arah ini dapat bergerak secara mendatar, naik atau turun. Trend mendatar terjadi ketika rangkaian peak dan through gelombang-gelombang secara beruntun membentuk garis horisontal. Trend naik terjadi ketika serangkaian peak dan through yang ada selalu melampaui peak dan through sebelumnya, sedangkan pada trend turun terjadi sebaliknya, yaitu peak dan through yang ada selalu berada di bawah peak dan through sebelumnya Murphy, 1999

2.2.6 Traditional Approach dan Portfolio Approach

Penjelasan teoritis untuk hubungan kausalitas antara nilai tukar mata uang dan IHSG dijelaskan oleh traditional appoach dan portfolio approach. Menurut Aggarwal 1981 yang dikutip dari jurnal Ai-Yee Ooi,dkk 2009, dalam traditional approach, apresiasi depresiasi nilai tukar mata uang domestik akan menambah mengurangi hutang pada nilai tukar mata uang luar negeri dan menambah mengurangi biaya produksi, terutama di negara dengan ekonomi yang sedang berkembang. Di negara dengan ekonomi yang sedang berkembang, proses produksi bertumpu pada impor bahan-bahan mentah. Penjelasan sederhana adalah apresiasi depresiasi 22 Universitas Sumatera Utara nilai tukar mata uang mempengaruhi kinerja perusahaan domestik yang menjual produknya di pasar internasional, hal ini kemudian mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Menurut Krueger 1983 yang dikutip dari jurnal Ai-Yee Ooi, dkk 2009, keseimbangan portofolio mendekati tekanan diatas peran laporan transaksi modal. Nilai tukar mata uang ditentukan oleh mekanisme pasar, begitu juga dengan barang-barang komoditi. Pada portfolio approach, kenaikan penurunan harga saham akan menarik aliran modal dari investor luar negeri, hal ini menyebabkan bertambahnya permintaan nilai tukar mata uang dalam negeri. Kenaikan penurunan harga saham menyebabkan apresiasi depresiasi pada nilai tukar mata uang, dan pada akhirnya akan menambah permintaan penawaran pada nilai tukar domestik. Dengan kata lain, kenaikan harga saham domestik akan menciptakan bertambahnya kekayaan domestik, hal ini pada gilirannya akan menghasilkan naiknya permintaan uang, hingga kenaikan pada tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan pemasukan modal dari luar negeri dan akan menghasilkan apresiasi pada nilai tukar domestik.

2.3 Penelitian-penelitian Terdahulu