24
Meskipun sudah ditentukan dalam pembagian waris pada masyarakat golongan Tionghoa diberlakukan KUH Perdata, namun dalam kenyataannya sebagian besar
masyarakat Tionghoa lebih memilih pembagian harta warisan secara hukum adat.
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan definisi operasional dari intisari objek penelitian. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian
dan penafsiran dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini, dirumuskan serangkaian kerangka konsepsi atau definisi operasional sebagai berikut :
1. Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang bertujuan untuk
memberi statuskedudukan kepada seorang anak orang lain yang sama seperti anak kandung dalam hal ini yang dilakukan menurut kebiasaan masyarakat
warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa. Pengangkatan anak juga diartikan sebagai suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seseorang anak dari
lingkungan kekuasaan keluarga orang tua yang sahwalinya yang sahorang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut, ke dalam lingkungan kekuasaan keluarga orang tua angkat berdasarkan putusanpenetapan Pengadilan Negeri.
24
24
Erna Sofwan Sjukrie, Lembaga Pengangkatan Anak, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 1992, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
25
2. Anak angkat ialah anak yang diangkat dengan mengambil anak atau dijadikan
anak oleh orang lain sebagai anaknya. Anak angkat itu mungkin seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan.
25
3. Anak angkat perempuan adalah anak perempuan yang diangkat oleh suatu
keluarga etnis Tionghoa baik yang berasal dari warga negara Indonesia keturunan Tionghoa maupun dari warga negara Indonesia lainnya.
4. Etnis Tionghoa adalah warga negara Indonesia keturunan Tionghoa yang dalam
hal ini berasal suku Hainan. Dalam hal ini masyarakat Etnis Tionghoa diartikan sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama.
26
Tionghoa adalah masyarakat yang berasal dari timur asing China yang bermukim di wilayah Indonesia baik telah
menjadi warga negara Indonesia atupun belum.
27
Dengan kata lain, etnis Tionghoa adalah suatu perkumpulankomunitas yang berasal timur asing China
yang masuk dan bermukim di wilayah Indonesia kemudian secara langsung disamakan sebagai warga negara Indonesia ataupun kemudian hari atas inisiatif
sendiri bermaksud menjadi warga negara Indonesia. 5.
Suku Hainan adalah salah satu suku bangsa dari Etnis Tionghoa yang berasal dari China bagian Selatan
dan telah bermukim lama di Indonesia termasuk di wilayah Kota Medan.
25
B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Melalui Hukum Adat serta Akibat-Akibat Hukumnya Di Kemudian Hari, Rajawali, Jakarta, 1983, hal . 45. Lihat Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
26
W. J. S. Poerwadarminta., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal 564
27
Tan Pen Wei, Ketua Yayanan AMRTA Tio Cio Jambi, Sambutan Harlah Ke-10 Yayasan AMRTA Tio Cio Jambi, Tanggal 3 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
26
6. Hukum waris adalah hukum waris yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata dan berlaku bagi Etnis Tionghoa.
G. Metode Penelitian 1.
Sifat dan Jenis Penelitian
Rancangan penelitian tesis ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif analitis yang menguraikanmemaparkan sekaligus menganalisis
tentang kedudukan anak angkat perempuan dalam terhadap harta warisan orang tua angkat di dalam masyarakat etnis Tionghoa. Penelitian ini merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya.
28
Menggambarkan masalah-masalah hukum dan menganalisa masalah-masalah tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yuridis empiris dengan didukung oleh penelitian lapangan terhadap etnis Tionghoa khususnya suku Hainan di Kota
Medan. Namun demikian, penelitian ini juga didasarkan pada dasar normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum, yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif, yang berawal dari premis umum kemudian berakhir pada suatu kesimpulan khusus. Hal ini
dimaksudkan untuk menemukan kebenaran-kebenaran baru suatu tesis dan kebenaran-kebenaran induk teoritis.
28
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
27
Pendekatan yuridis empiris disebut demikian karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan namun juga tidak terlepas dari data kepustakaan dan dokumen
yang ditujukan atau dilakukan hanya pada peraturan perundang-undanagn yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti atau dengan perkataan lain melihat hukum tidak dari aspek normatif yang kemudian dihubungkan dengan data dan kebiasaan
yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
2. Lokasi dan Populasi Penelitian