22 3
Asas Kemandirian Pada tahap layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap
kemandirian berikut: a memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis, b memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan
dinamis, c mengambil keputusan secara positif dan tepat, d mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil, e mewujudkan diri sendiri Prayitno,
2012: 204-205 .
2.3.6 Pendekatan Layanan Konsultasi
Perbedaan pokok antara layanan konseling perorangan dan layanan konsultasi adalah bahwa, pada konseling perorangan penanganan masalah klien
langsung dilakukan oleh konselor, sedangkan pada konsultasi penanganan masalah pihak ketiga yaitu seorang atau sejumlah individu yang mengalami
masalah dilakukan oleh konsulti setelah berkonsultasi dengan konsultan konselor. Dengan kata lain, dalam konsultasi penanganan klien yang sebenarnya
yaitu pihak ketiga ditangani melalui perantara dalam hal ini yang menjadi perantara adalah konsulti Prayitno 2012:207
2.3.7 Teknik Layanan Konsultasi
Dalam konseling dikenal adanya sejumlah teknik umum dan teknik khusus yang dapat digunakan dalam layanan konseling perorangan atau konsultasi.
Prayitno 2012: 212-213
23 a
Teknik umum Teknik umum yaitu sejumlah tindakan yang dilakukan konselor
atau konsultan untuk mengembangkan proses konsultasi. Teknik –teknik
ini dimulai dari menerima kliekonsulti, mengatur posisi duduk, mengadakan penstrukturan, mengadakan analisis dan diskusi tentang
permasalahan yang dihadapi, sampai dengan mengadakan penilaian dan laporan.
b Teknik khusus
Teknik khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku klienkonsulti, khususnya berkenaan dengan masalah yang dialami. Teknik
–teknik ini terbentang dari perumusan tujuan yaitu hal-hal yang ingin dicapai klienkonsulti dalam bentuk tingkah laku nyata.
2.3.8 Pendukung Layanan Konsultasi
Seperti layanan yang lain, layanan konsultasi juga memerlukan kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung layanan konsultasi sama dengan dengan
layanan lainnya, yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakkaan dan ahli tangan kasus. Masing
– masing kegiatan pendukung itu dapat dimanfaatkan, dan dapat di integrasikan dalam
kegiatan konsultasi antara konsultan konselor dengan konsulti, serta dalam penanganan konsulti terhadap pihak ketiga. Pemanfaatan kegiatan pendukung
disesuaikan dengan keperluan konsulti dalam kegiatan konsultasi, dan keperluan
24 penanganan pihak ketiga oleh konsulti setelah proses konsultasi Prayitno, 2012
: 218-219.
2.3.9 Ruang Lingkup Konsultan Di Sekolah