Pertumbuhan Janin Restriksi Pertumbuhan Janin

18 e. Malformasi kongenital Semakin berat malformasi yang dialami, maka kecenderungan janin mengalami SGA menjadi lebih besar. 9 Malformasi kongenital dapat dipengaruhi oleh faktor diabetes maternal, hipertiroidisme maternal, faktor sosioekonomi, genetik, infeksi seperti sifilis atau rubela, nutrisi maternal, dan faktor lingkungan. 21 f. Obat-obatan dengan efek teratogenik dan berefek pada janin Contoh obat dengan efek restriksi pertumbuhan janin adalah agen antikonvulsan, agen antineoplastik, dan agen imunosupresan. 9 g. Penyakit vaskular Contoh penyakit vaskular yang sering berkaitan dengan restriksi pertumbuhan janin adalah superimposed preeclampsia dan penyakit vaskular kronik. Menurut Gainer 9 , preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin terutama bila onsetnya terjadi sebelum minggu ke 37 gestasi. h. Penyakit ginjal Penyakit ginjal yang dapat menyebabkan restriksi pertumbuhan janin adalah gagal ginjal kronik dan neuropati kronik. Gagal ginjal kronik biasanya berhubungan dengan hipertensi dan penyakit vaskular. 9 i. Diabetes pregestasional Restriksi pertumbuhan janin pada wanita dengan diabetes dapat berkaitan dengan malformasi atau penyakit vaskular. 9 19 j. Hipoksia kronik Kondisi yang berkaitan dengan hipoksia uteroplasental kronik adalah preeklampsia, hipertensi kronik, asma, merokok, dan ketinggian daratan yang tinggi. Ketika terpapar dengan lingkungan hipoksia secara kronik, janin cenderung memiliki berat lahir yang kurang. 9 k. Anemia Anemia yang paling banyak pada wanita hamil adalah disebabkan oleh anemia defisiensi besi. Menurut Kidanto, dkk 9 , menyatakan risiko kelahiran prematur dan berat lahir rendah meningkat seiring dengan meningkatnya anemia pada kehamilan. Menurutnya, anemia maternal akan mempengaruhi vaskularisasi plasenta. Namun, pada kebayakan kasus, anemia maternal tidak menyebabkan restriksi pertumbuhan janin, kecuali anemia sel sabit dan anemia yang diturunkan lainnya. 9 l. Abnormalitas plasenta dan korda Abnormalitas plasenta dan korda yang dapat mempengaruhi restriksi pertumbuhan janin adalah solusio plasenta, infark ekstensif, korioangioma, plasenta previa, dan trombosis arteri umbilikal. 9 Abnormalitas plasenta dan korda mengurangi aliran darah uteroplasenta, sehingga dikaitkan dengan restriksi pertumbuhan janin. 9 m. Infertilitas Menurut Zhu, dkk 9 , tahun 2007 mengatakan bahwa wanita hamil dengan riwayat infertilitas, maka risiko bayi dengan SGA akan meningkat. Studi lain oleh Vikstroem J, dkk 22 , menyebutkan bahwa wanita dengan infertilitas 2,7 kali lebih berisiko untuk melahirkan bayi dengan SGA. 20 n. Kehamilan ekstrauterin Bila plasenta terimplantasi di luar uterus, maka janin akan mengalami restriksi pertumbuhan. 9 o. Sindrom antibodi antifosfolipid Mekanisme bahwa sindrom antibodi antifosfolipid dapat menyebabkan restriksi pertumbuhan janin adalah melalui agregasi trombosit maternal dan trombosis plasenta. Menurut Levine, dkk 9 , bahwa wanita hamil dengan sindrom ini akan mengalami onset awal preeklampsia dan kematian janin. p. Genetik Beberapa studi telah mempelajari bagaimana hubungan polimorfisme genetik janin atau maternal dengan bayi yang mengalami restriksi pertumbuhan. Engel, dkk 9 , menyatakan bahwa terdapat peran SHMT11420T dalam mempengaruhi level homosistein, sehingga menghasilkan bayi dengan SGA. Stonek, dkk 9 , juga mengidentifikasi MTHFR C677T sebagai penanda restriksi pertumbuhan. q. Janin multipel Kehamilan dengan dua janin atau lebih memiliki kemungkinan kurangnya pertumbuhan pada satu atau lebih janin yang lain dibanding kehamilan tunggal. 9 21

2.2 Kerangka Teori

Ibu hamil trimester 3 Pasokan oksigen untuk pertumbuhan janin  Suplai oksigen ke jaringan  vaskularisasi plasenta  anemia Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit berkurang Volume darah ↑ hipervolemia Plasma darah  Perubahan hematologis Lingkar kepala  Berat badan  Panjang badan  Restriksi pertumbuhan janin Faktor internal herediter Faktor eksternal didapat 22

2.3 Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester tiga dengan pengukuran antropometri bayi baru lahir. Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian hubungan kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga dengan pengukuran antropometri bayi baru lahir. Kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester ketiga Pengukuran antropometri bayi baru lahir - Berat badan lahir - Panjang badan lahir - Lingkar kepala lahir 23

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional berdasarkan hasil rekam medis ibu yang melahirkan di RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, dengan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai Maret 2014 di Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang melahirkan bayi di Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta Pusat. Kriteria inklusi populasi penelitian adalah: 1. Wanita dengan usia 20-40 tahun, 2. Kehamilan trimester tiga minggu ke 28 sampai minggu ke 40, 3. Melahirkan bayi aterm minggu ke 37 sampai minggu ke 40 kehamilan, 4. Memiliki data kadar Hb saat trimester ketiga kehamilan, dan 5. Terdapat data pengukuran antropometri bayi baru lahir berupa berat lahir, panjang lahir, dan lingkar kepala. 24 Sedangkan kriteria eksklusi adalah: 1. Mengandung janin multipel, 2. Ibu perokok dan peminum alkohol, 3. Terdapat riwayat kelahiran preterm, dan 4. Terdapat komplikasi obstetri atau penyakit medis selain anemia seperti hipertensi, diabetes melitus, riwayat TORCH Toxoplasma gondii, virus rubela, sitomegalovirus, dan virus herpes simpleks, penyakit ginjal dan jantung.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah anggota dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara consecutive sampling, yaitu dengan mengambil data yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang berurutan dalam kurun waktu tertentu hingga memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. 23 Rumus yang digunakan adalah rumus penghitungan besar sampel analitik korelatif yaitu: Keterangan: n = besar sampel Zα = deviat baku normal untuk α; karena α=0,05, maka Zα=1,96 Z  = deviat baku normal untuk ; power yang sering digunakan= 80, maka Z =0,842 r = perkiraan koefisien korelasi, dari kepustakaan