6
c. Fungsi Imunologis
Jumlah leukosit
pada ibu
hamil dapat
meningkat sampai 5000-12000
L pada trimester akhir.
10
Namun, menurut Krause
9
, fungsi kemotaksis dan perlekatan dari leukosit akan berkurang mulai dari
trimester kedua. Tidak semua fungsi imunologis akan ditekan saat kehamilan. Sekresi interleukin IL 4, IL-6, dan IL-13 akan meningkat selama kehamilan.
Selain itu, terjadi juga peningkatan jumlah immunoglobulin Ig A dan G pada mukus serviks. Menurut Kutteh dan Franklin
9
, perubahan pada mukus serviks tersebut merupakan akibat dari perubahan estrogen dan progesteron
saat hamil sebagai proteksi terhadap janin.
d. Koagulasi dan Fibrinolisis
Pada kehamilan, fungsi koagulasi dan fibrinolisis meningkat. Terdapat peningkatan konsentrasi pada semua faktor pembekuan, kecuali faktor XI
dan XIII, dan juga peningkatan kompleks fibrinogen berat-molekul-tinggi. Selain
itu, terdapat
penurunan sedikit
pada jumlah
trombosit trombositopenia, yang terjadi akibat hemodilusi.
9
e. Perubahan pada Limpa
Pada akhir kehamilan, limpa akan membesar sampai 50 bila dibandingkan pada trimester pertama.
9
7
2.1.2 Eritropoiesis
Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah merah baru di sumsum tulang. Eritropoiesis merupakan proses yang penting karena sel darah merah tidak
dapat membelah.
11
Pada anak-anak terdapat medulla ossium rubra yang dapat memproduksi sel darah. Ketika dewasa, medulla ossium rubra digantikan oleh medulla ossium
flava yang mengandung lemak yang tidak mampu memproduksi sel darah. Tidak seluruh medulla ossium rubra digantikan oleh medulla ossium flava. Medulla
ossium rubra masih dapat ditemukan pada tulang sternum, tulang rusuk, pelvis, dan bagian atas dari tulang panjang ekstremitas.
12
Eritropoiesis diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh ginjal dan hepar, yaitu eritropoietin yang terinduksi pada kondisi hipoksia. Sel darah merah berasal
dari pluripotent stem cell pada sumsum tulang. Eritropoietin akan menginduksi pembentukan sel induk prekursor eritrosit, pronormoblas, atau proeritroblas dari
pluripotent stem cell. Eritropoietin juga akan mengatur kecepatan mitosis pluripotent stem cell menjadi proeritroblas.
13
Proeritroblas memiliki struktur nuklear yang padat dengan lapisan sitoplasma yang tipis.
14
Proeritroblas yang terbentuk akan mengalami mengalami mitosis menjadi normoblas atau eritroblas basofilik. Normoblas memiliki karakteristik yang sama
dengan proeritroblas, kecuali mereka memiliki nuklei yang lebih kecil.
14
Setelah itu, normoblas akan mengalami proses maturasi menjadi eritrosit. Proses tersebut
terdiri dari reduksi progresif pada ukuran sel, akumulasi gradual hemoglobin, dan kehilangan inti sel.
13