Kredit Bank KERANGKA TEORI

I.5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab ia merupakan pedoman berfikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya.. Selanjutnya menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi 1989: 37, teori adalah serangkaian asumsi , konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

I.5.1 Kredit Bank

Istilah kredit berasal dari Bahasa Latin “credere” yang berarti kepercayaan dalam bahasa Inggris “faith” dan “trust”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur yang memberi kredit, lazimnya bank dalam hubungan perkreditan dengan debitur nasabah, penerima kredit mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan D. Gandaprawira 1992:1 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun Tahun 1998 Tentang Perbankan, menggunakan dua istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian kredit. Penggunaan istilah tersebut tergantung pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional menggunakan istilah kredit, sedangkan bank yang menjalankan Universitas Sumatera Utara usahanya berdasarkan syariah menggunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Istilah kredit disebutkan pada pasal 1 angka 11 UU No.101998 dan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah disebutkan pada pasal 1 angka 12 UU No.101998. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari rumusan kedua istilah kredit tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontraprestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana debitur kepada bank kreditur atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontraprestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama. Baik kredit maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sama-sama menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau mengembalikannya beserta bunga, imbalan atau bagi hasil dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Universitas Sumatera Utara syariah merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang yang dilakukan antara bank dan pihak lain, nasabah peminjam dana.

I.5.2 Unsur-Unsur Kredit