hukum yang berlaku adalah civil law hal ini dikenal dengan adanya asas konkordansi dalam penciptaan hukum yang ”pasti”. Indonesia seolah-olah terpaksa menggunakan
konsep tujuan hukum barat, walaupun saat ini hukum di Indonesia sudah mulai berkembang ke arah konsep menciptakan hukum yang harmonis dalam masyarakat,
namun dengan adanya perundang-undangan yang masih tetap berlaku, menunjukkan fakta bahwa Indonesia tetap mengadopsi tujuan hukum barat yakni ”kepastian”.
154
B. Hambatan-Hambatan Hukum atas Tindak Pidana Desersi di Pomal Lantamal I Belawan
Terdapat hambatan eksternal dalam hal melakukan penyelidikan, penangkapan dan penyidikan tindak pidana militer. Pasal 1 angka 11 UU No.31
Tahun 1997 menegaskan bahwa Penyidik TNI adalah Atasan yang Berhak Menghukum, pejabat Polisi Militer tertentu, dan Oditur, yang diberi wewenang
khusus oleh Undang-undang. Pomal Lantamal I sebagai penyidik ditegaskan dalam Pasal 75 ayat 1 UU No.31 Tahun 1997 bahwa Penyidik berwenang melakukan
penangkapan. Pelaksanaan penangkapan dilakukan dengan surat perintah. Pelaksanaan tugas penangkapan dalam Pasal 77 ayat 1 UU No.31 Tahun
1997 dilakukan oleh Penyidik atau anggota Polisi Militer atau anggota bawahan Atasan yang Berhak Menghukum yang bersangkutan dengan memperlihatkan surat
perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka, menyebutkan alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan, dan tempat
154
Ibid., hal. 212-213.
Universitas Sumatera Utara
tersangka diperiksa. Terkait tindak pidana desersi yang dilakukan oleh Prada Marinir Ari Gusman, ternyata tidak dilakukan penangkapan bahkan penahanan pun tidak
dilakukan oleh Pomal, Ankum, atau Oditur Militer. Berdasarkan hasil laporan pencarian terhadap tersangka, setelah dilakukan
pencarian ke beberapa alamat yang diduga sebagai tempat tersangka berada tidak menemukan hasil dan tersangka tidak pernah melaporkan ke kesatuannya setelah
desersi dilakukan tanggal 16 Nopember 2009, sehingga petugas pelaksana dari Pomal Lantamal I Belawan menyarankan agar dinas melaksanakan koordinasi ke Danpomal
Lantamal II Padang Sumatera Barat sebagai tempat orang tua tersangka Prada Marinir Ari Gusman berdomisili.
Tidak hadirnya tersangka menjadi kendala dalam melakukan proses hukum bagi Pomal Lantamal I Belawan karena secara eksternal dapat mempersulit aparat
penegak hukum untuk mencari atau melakukan penyelidikan keberadaan tersangka. Ketika putusan telah dilaksanakan, tersangka tidak juga dapat dihadirkan dalam
persidangan. Hal yang memberatkan tersangka, bahwa perbuatan tersangka telah merusak citra atau nama baik TNI pada umumnya dan khususnya TNI AL, dan
perbuatan tersangka bertentangan dengan Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI, serta Tri Sila TNI AL.
Hambatan secara internal misalnya terkendala ketersediaan pendanaan dalam melakukan pencarian tersangka dan kurangnya sarana serta prasarana yanga ada.
Dana yang tersedia kurang memadai untuk digunakan mencari tersangka ke berbagai tempat. Tempat-tempat yang diduga sebagai lokasi persembunyian tersangka seperti
Universitas Sumatera Utara
di Padang Sumatera Barat tempat keluarga tersangka dan berbagai tempat lainnya yang telah diduga berkemungkinan tersangka melarikan diri.
Apabila dianalisa dari teori legal sistem, pada struktur hukum misalnya pada Papera, walaupun Ankum berwenang menghukum, akan tetapi karena adanya Papera
sebagai elemen kedua dari SPPM, bisa saja atau berkemungkinan tidak bersedia menyerahkan anak buahnya yang disangka melakukan tindak pidana desersi dengan
tidak mengeluarkan Surat Keputusan Penyerahan Perkara Skeppera untuk diadili di pengadilan militer, sehingga oditur sekalipun selaku penuntut tetap tidak dapat
melakukan fungsinya. Substansi hukum dapat dilihat dari asas komando dan asas kepentingan militer
selalu diutamakan melebihi dari kepentingan golongan dan perorangan akan tetapi asas ini selalu diseimbangkan dengan kepentingan hukum sebagai kekhususan dari
KUHAP yang dianut dalam UU No.31 Tahun 1997 yang menegaskan bahwa Papera berhak mengeluarkan Surat Keputusan Penyerahan Perkara untuk diadilinya terdakwa
di pengadilan militer. Kultur hukum dalam kemiliteran mencerminkan kultur yang keras dan berdisiplin tinggi begitu pula dalam hal upaya penerapan hukum desersi.
Dimana bahwa kerasnya pendidikan dalam militer adalah cermin dari budaya yang hidup dan berkembang sejak dahulu hingga tetap diterapkan saat ini dalam wujudnya
disiplin yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
C. Solusi Terhadap Hambatan-Hambatan Dalam Penegakan Hukum