Model Desain Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu
A. Model Desain Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum sebuah lembaga pendidikan akan sangat menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan.
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah melalui yaitu pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagaimana diamanatkan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, PP. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka seluruh jajaran di setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.
Dalam PP 19 tahun 2005 pasal 1 disebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan Dalam PP 19 tahun 2005 pasal 1 disebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.
Dalam konteks penelitian ini, terlihat bahwa pengembangan kurikulum pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) memiliki sisi pengembangan yang lebih luas dibandingkan dengan implementasi-implementasi kurikulum sekolah dasar-sekolah dasar pada umunya, baik yang terjadi pada SDIT Bunga Bangsa, Cordova maupun Fastabiqul khairat.
Dari sisi komponen tujuan, ketiga SDIT nampak memiliki visi dan misi yang ideal dan terukur dengan sejumlah target- target tertentu. Fenomena ini sedikit berbeda dengan banyak sekolah lainnya yang ’belum unggul’. Bahkan, seringkali pelaku pendidikan seringkali tidak mengerti atau mengetahui visi, misi Dari sisi komponen tujuan, ketiga SDIT nampak memiliki visi dan misi yang ideal dan terukur dengan sejumlah target- target tertentu. Fenomena ini sedikit berbeda dengan banyak sekolah lainnya yang ’belum unggul’. Bahkan, seringkali pelaku pendidikan seringkali tidak mengerti atau mengetahui visi, misi
Dengan visi tersebut, SDIT bunga bangsa menyadari betul bahwa untuk menggapai visi tersebut hanya bisa dicapai jika dilakukan dengan misi menyelenggarakan pembinaan iman taqwa berdasarkan agama Islam dan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan pendekatan manajemen yang bermutu. Poin ’manajemen yang bermutu’ menjadi indikator kunci dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang bermutu disini. SDIT Bunga Bangsa menilai bahwa tanpa manajemen yang baik, maka kualitas pendidikan unggul tak akan mungkin tercapai. Demikian pula yang terjadi pada SDIT Cordova dan Fastabiqul Khairat yang mencanangkan visi dan misinya dengan target-target terukur dan ideal sebagaimana disebutkan dalam bab III diatas.
Dari sisi isi kurikulum, Sekolah dasar Islam Terpadu (SDIT) di kota Samarinda yang menjadi objek penelitian ini, lebih berbobot dalam mengembangkan desain kurikulumnya. Selain tetap mengacu pada standar isi, proses, dan kompetensi lulusan yang dirumuskan Dinas pendidikan dan BSNP, ketiga SDIT ini juga melakukan integralisasi kurikulum kementerian Agama sekaligus memperkaya muatan-muatan lokal yang menjadi visi dan program satuan pendidikan.
Selain mengajarkan 8 mata pelajaran standar, ketiga SDIT tersebut menambah banyak program pembelajaran dalam Selain mengajarkan 8 mata pelajaran standar, ketiga SDIT tersebut menambah banyak program pembelajaran dalam
Dari sisi metode dan strategi pencapaian tujuan, juga tampak ketiga SDIT yang menjadi objek penelitian ini menerapkan desain yang berbeda dibanding sekolah-sekolah pada umumnya yang relatif masih menggunakan metode dan strategi konvensional. Pada ketiga SDIT ini, metode pembelajaran sebagai sarana mencapai tujuan sangat variatif dan spesifik. Misalnya, untuk mengenalkan pembiasaan- pembiasaan ibadah, menggunakan metode yang berbasis pada pembisaan, seperti sholat berjamaah, sholat sunnah, membaca al Qur’an dan sebagainya.
Dalam memperkenalkan kebudayaan dan sejarah Islam dan ilmu pengetahuan, ketiga SDIT ini mendesain sarana- sarana kelas, nama gedung dengan nama-nama sahabat, kota- kota bersejarah, bahasa arab, bahasa Inggris. Dalam menggugah rasa keimanan, SDIT ini mengkontekstualisaikan alam sebagai basis pembelajaran dan budaya peduli, saling menjaga dan saling mengingatkan. Meski antara ketiga SDIT menggunakan strategi program yang berbeda.
Dalam konteks pengembangan kelembagaan, SDIT yang menjadi studi ini membuka networking dengan banyak lembaga di luar dirinya untuk pengembangan capacity building, baik
Dari paparan tersebut. Terlihat bahwa model pengembangan kurikulum secara umum, ketiga SDIT tersebut mampu mendesain pengembangan kurikulumnya berbasis visi lembaganya masing-masing dengan melakukan diversifikasi program-program pembelajaran secara lebih variatif. Hal inilah, yang menjadi nilai ’unggul’ dari sekolah-sekolah dasar Islam terpadu.