Ancaman Bagi Orang Munafik pada Kehidupan di Akhirat

B. Ancaman Bagi Orang Munafik pada Kehidupan di Akhirat

Ancaman bagi orang munafik pada kehidupan di akhirat adalah sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur`an melalui ayat-ayat yang berisi ancaman terhadapnya. Orang-orang munafik diperingatkan bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih akibat dari kemunafikannya. Sebagaimana firman Allah:

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Qs. Al-Nisâ`/4: 138)

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Allah mengancam orang-orang munafik dengan ancaman siksaan yang pedih. Siksaan tersebut akan Allah berikan bersama-sama dengan orang-orang kafir di dalam neraka jahannam. Hal ini tersebut dalam ayat lainnya pada surat al-Nisâ`/4 ayat 140: ﺍﻭﺪﻌﹾﻘﺗ ﺎﹶﻠﹶﻓ ﺎﻬِﺑ ﹸﺃﺰﻬﺘﺴﻳﻭ ﺎﻬِﺑ ﺮﹶﻔﹾﻜﻳ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺕﺎﻳﺍَﺀ ﻢﺘﻌِﻤﺳ ﺍ ﹶﺫِﺇ ﹾﻥﹶﺃ ِﺏﺎﺘِﻜﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﹶﻝﺰﻧ ﺪﹶﻗﻭ ﻦﻳِﺮِﻓﺎﹶﻜﹾﻟﺍﻭ ﲔِﻘِﻓﺎﻨﻤﹾﻟﺍ ﻊِﻣﺎﺟ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ﻢﻬﹸﻠﹾﺜِﻣ ﺍﹰﺫِﺇ ﻢﹸﻜﻧِﺇ ِﻩِﺮﻴﹶﻏ ٍﺚﻳِﺪﺣ ﻲِﻓ ﺍﻮﺿﻮﺨﻳ ﻰﺘﺣ ﻢﻬﻌﻣ

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok- olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (Qs. Al-Nisâ`/4: 140)

Ibn Katsîr menjelaskan bahwa Allah akan menghimpun seluruh orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka jahannam karena mereka

sesungguhnya bersama-sama dalam kekafiran. Orang munafik yang dimaksud di sini adalah orang munafik pada tingkat yang telah membatalkan keimanannya akibat perbuatannya yang telah sangat melampaui batas sehingga keluar dari iman yng sebenarnya.

Kesamaan orang-orang munafik dengan orang-orang kafir adalah sebagaimana yang disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya, dimana orang-orang munafik memiliki sikap keberpihakan (loyal) kepada orang-orang kafir dengan meninggalkan orang-orang mukmin, bahkan secara sembunyi atau terang-terangan memusuhi mereka (orang-orang mukmin). Dengan sikap itu mereka berharap akan memperoleh pertolongan dari orang-orang kafir yang mereka anggap memiliki kekuatan. Padahal Allah telah menegaskan bahwa kekuatan hanyalah milik-Nya. Loyalitas orang-orang munafik terhadap orang-orang kafir juga ditunjukkan dengan sikap mereka yang enggan menanggapi atau bereaksi untuk menyikapi sifat buruk orang-orang kafir yang suka mengingkari ayat-ayat Allah dan mengolok-oloknya.

53 Ibnu Katsîr, Tafsir al-Qur`an…, Juz II, h. 265

Bahkan dengan rela mereka mau duduk bersama orang-orang kafir yang sedang melanggar hukum-hukum Allah dan mengolok-olok ayat-Nya.

Ancaman senada namun lebih memiliki penegasan dan tingkat ancaman yang lebih buruk tentang keadaan yang akan dialami oleh orang-orang munafik adalah bahwa mereka diancam oleh Allah akan dimasukkan ke dalam neraka pada tingkat yang paling bawah. Sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka . (Qs. Al-Nisâ`/4: 145)

Ibn 'Abbâs menafsirkan dengan, "Neraka yang paling rendah." Hal ini karena neraka memiliki tingkatan-tingkatan sebagaimana surga juga bertingkat-tingkat. Ibn Abî Hâtim meriwayatkan bahwa Ibn Mas'ûd pernah ditanya tentang keadaan orang- orang munafik, maka ia menjawab,"Mereka ditaruh di dalam peti yang terbuat dari

api dan ditutup rapat pada dasar neraka yang paling bawah." 54 Oleh Al-Baidhâwî dijelaskan bahwasanya orang-orang munafik ditempatkan

di dasar neraka jahannam yang paling rendah karena kemunafikan merupakan kufur

54 Lihat Ibid., h. 269 54 Lihat Ibid., h. 269

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa orang-orang munafik berada di dalam neraka itu, diliputi olehnya dan tidak satu sisipun dari totalitasnya yang dapat selamat dari siksa api itu. Mereka di tempatkan pada tingkat yang paling bawah dari neraka, di samping karena itulah yang terpanas, juga karena tempat yang terbawah adalah

tempat yang paling tidak kelihatan/tersembunyi. Keadaan atau situasi yang meliputi tempat tersebut sejalan dengan kekufuran mereka yang paling besar serta sesuai pula dengan sikap mereka yang menyembunyikan kekufuran melalui kemunafikan

mereka. 56 Namun karena kemunafikan bertingkat-tingkat –sebagaimana telah dijelaskan

pada bab II-, orang-orang munafik yang diancam oleh ayat ini adalah yang mencapai puncak kemunafikan, yang mengalir dalam jiwanya penipuan dan substansi kekufuran, bagaikan mengalirnya darah dalam tubuh manusia. Mereka yang berpura- pura memeluk Islam, tetapi pada saat yang sama berusaha dengan segala cara untuk memadamkan cahayanya. Tentu saja banyak kemunafikan yang tidak sampai pada tingkat ini. Misalnya, ada orang yang percaya pada rukun iman, mengamalkan rukun Islam, tetapi pada saat yang lain, kalau berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia ingkar, dan kalau diberi amanat ia khianat. Orang semacam inipun dinamai munafik,

55 Nashîruddîn Abî Sa'îd 'Abdillâh bin 'Umar bin Muhammad al-Syîrâzî al-Baidhâwî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta'wîl , (Beirut: Dâr al-Shard, tt), Juz I, h. 125

56 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 1421 H/2000 M), Cet. ke-1, Vol. 2, h. 603 56 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 1421 H/2000 M), Cet. ke-1, Vol. 2, h. 603

nasibnya di hari kemudian akan ditentukan oleh timbangan amalnya. 57 Dalam hal ini firman Allah pada surat Al-Qâri'ah/101ayat 6-9 menerangkan:

ﻪﻣﹸﺄﹶﻓ ( ٨ ) ﻪﻨﻳِﺯﺍﻮﻣ ﺖﱠﻔﺧ ﻦﻣ ﺎﻣﹶﺃﻭ ( ٧ ) ٍﺔﻴِﺿﺍﺭ ٍﺔﺸﻴِﻋ ﻲِﻓ ﻮﻬﹶﻓ ( ٦ ) ﻪﻨﻳِﺯﺍﻮﻣ ﺖﹶﻠﹸﻘﹶﺛ ﻦﻣ ﺎﻣﹶﺄﹶﻓ ( ٩ - ٦ : ١٠١ / ﺔﻋﺭﺎﻘﻟﺍ ) . ( ٩ ) ﹲﺔﻳِﻭﺎﻫ

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, (6) maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.(7) Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,(8) maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.(9) (Qs. Al-Qâri'ah/101: 6-9)

Berdasarkan ayat ini, ancaman bagi orang-orang munafik untuk macam yang terakhir ini pada dasarnya adalah masuk ke dalam neraka juga, hanya saja tingkatan nerakanya yang berbeda. Hal ini disebabkan kemunafikan dalam bentuk sekecil apapun sesungguhnya akan mengurangi timbangan (kebaikan) seseorang. Dan biasanya kebanyakan orang munafik tidak mau/sulit untuk merubah kemunafikannya dengan bertobat. Sehingga selama mereka tetap berada pada kemunafikannya itu, maka selama itu pula kebaikannya akan terus berkurang karena tertutup oleh dosa

57 Ibid ., h. 604 57 Ibid ., h. 604

Namun begitu, pada gilirannya, akibat terbiasa dengan sifat-sifat buruk dari kemunafikan pada tingkat yang terendah tersebut dan akumulasi dari seluruh keburukan-keburukannya itu akan dapat membawa mereka pada puncak kemunafikan yang mengakibatkan batalnya keimanannya hingga menjadikan mereka sama dengan

orang-orang kafir sebagaimana telah diuraikan di atas. Bagi mereka ini Allah mengancam tidak hanya memasukkan mereka ke dalam neraka jahannam saja, tetapi keberadaan mereka di dalamnya adalah kekal untuk selama-lamanya. Al-Qur`an menjelaskan tentang ancaman dan balasan atas perbuatan orang-orang munafik ini sebagaimana tersebut dalam surat Al-Tawbah/9 ayat 68:

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang- orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah mela`nati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal. (Qs. Al-Taubah/9: 68)

Pada ayat ini Allah Swt. mengancam orang-orang munafik laki-laki maupun perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam, akibat perbuatan mereka sebagaimana telah disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya. Mereka tinggal secara permanen di dalam neraka itu. Allah mencukupi mereka dalam hal azab dan mengusir Pada ayat ini Allah Swt. mengancam orang-orang munafik laki-laki maupun perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam, akibat perbuatan mereka sebagaimana telah disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya. Mereka tinggal secara permanen di dalam neraka itu. Allah mencukupi mereka dalam hal azab dan mengusir

Pada ayat selanjutnya diterangkan pula bahwa keadaan orang-orang munafik pada masa Nabi Muhammad saw. sebenarnya tak ubahnya seperti orang-orang munafik yang terdapat pada masa dahulu. Jika kiranya pada masa Nabi Muhammad saw. mereka terpedaya oleh harta kekayaan dunia dan terpengaruh oleh anak-anak

mereka maka serupa itu pulalah orang-orang munafik pada masa dahulu dalam menghadapi Rasul-rasul Allah. Mereka memiliki kekuatan, kekayaan harta benda yang cukup dan anak-anak yang banyak yang menyebabkan mereka terpedaya oleh kelezatan hidup di dunia. Mereka selalu dipengaruhi oleh keinginan hidup mewah lagi ingin bebas berbuat semaunya untuk kepuasan hawa nafsunya. Demikian pulalah halnya orang-orang munafik di masa Nabi Muhammad saw., mereka mengutamakan kehidupan dunia tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya dan suka memperbincangkan hal-hal yang batil. Orang-orang munafik pada masa dahulu memang (dianggap) wajar berlaku demikian karena mereka mempunyai kekuatan dan kekayaan yang menjadi penyebab faktor-faktor yang membawa mereka kepada kejahatan lebih banyak. Berbeda halnya dengan orang-orang munafik pada masa Nabi Muhammad saw., di samping kekurangan kekuatan dan harta kekayaan, faktor-faktor yang membawa mereka berbuat kebaikan adalah lebih banyak. Semua perbuatan

58 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân…, Juz 4, h. 102 58 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân…, Juz 4, h. 102

Ayat ini memperingatkan bahwa kemunafikan yang dilakukan oleh orang- orang munafik pada masa Nabi Muhammad saw. adalah sudah keterlaluan dibandingkan oleh orang-orang munafik pada masa Nabi-nabi terdahulu. Dimana keadaan mereka pada saat itu sebenarnya tidak lebih pantas untuk melakukan

kemunafikan dibanding keadaan orang-orang terdahulu. Hal ini bukan berarti seandainya keadaan mereka sama atau melebihi kekuatan dan kekayaan orang-orang munafik terdahulu, mereka boleh berbuat kemunafikan. Allah akan tetap mengecam mereka karena kemunafikannya.

Ayat selanjutnya (Al-Tawbah/9: 70) bahkan mengancam orang-orang munafik dengan azab atau malapetaka sebagaimana yang telah Allah Swt. timpakan atas generasi-generasi terdahulu. Yaitu, Kaum Nabi Nûh as. yang telah di tenggelamkan oleh banjir besar sehingga seluruh permukaan bumi menjadi lautan yang menakutkan. Kaum Âd yang telah dihancurkan dengan angin puting beliung yang amat keras. Kaum Tsamûd yang telah disiksa dengan petir dan halilintar. Kaum Nabi Ibrâhîm as. yang telah dibinasakan orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang, dan diselamatkanlah Nabi Ibrâhîm as. Dan penduduk Madyân yang telah digoncang oleh gempa bumi dan ditimpa tanah longsor, juga penduduk negeri-negeri yang telah

59 Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, Jilid IV, h. 181 59 Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, Jilid IV, h. 181

Dengan hal yang demikian itu tidaklah berarti bahwa Allah telah berbuat aniaya terhadap mereka itu, karena sebelumnya Allah telah memperingatkan mereka, akan tetapi merekalah sesungguhnya yang telah menganiaya diri mereka sendiri. Adapun yang dituju melalui penggambaran ayat tersebut, adalah agar orang-orang

kafir dan munafik memahami secara benar bahwasanya kejadian atau peristiwa yang menimpa terhadap suatu kaum tidak akan berubah dan azab akan diturunkan kepada

mereka dimanapun berada. 61 Ancaman pada ayat ini dinyatakan dengan ungkapan hal-hal buruk yang telah

dialami oleh umat-umat terdahulu akibat perbuatan mereka yang tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk Allah yang dibawa oleh Rasul-rasul-Nya. Hal ini terjadi pada kehidupan dunia dan diingatkan juga akan dapat dialami oleh umat-umat sesudahnya, sampai kini dan akan datang. Yaitu umat yang berperilaku sama atau mungkin lebih buruk dari perilaku umat-umat yang telah dibinasakan itu.

Bahkan tidak hanya sampai disitu, Allah Swt. mengancam orang-orang munafik dengan siksa kubur sebelum mereka disiksa dengan yang lebih besar pada

kehidupan di akhirat nanti. 62

60 Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, (Kairo: Dâr al-Syurûq, 1419 H/ 1998 M), Cet. ke-27, Jilid III, h. 1674

61 Muhammad Hizaji, Tafsîr al-Wadin, (Beirut: Dâr al-Jalîl, 1993), Juz I, h. 903-904 62 Lihat Qs. Al-Tawbah/9: 101dan penafsirannya dalam Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân…, Juz.

IV, h. 120-121

Demikian itulah ancaman demi ancaman ditujukan Allah Swt. terhadap orang- orang munafik pada setiap masa dan setiap lokasi. Dengan itu diharapkan mereka mau mengambil pelajaran dan manfaat yang karenanya mereka sadar bersegera untuk taubat dan memperbaiki diri. Sesungguhnya azab Allah menanti –di dunia dan di akhirat- bagi orang-orang yang berbuat durhaka dan kesalahan jika mereka tidak bertaubat dan memperbaiki diri menuju ridho Allah Sang Rabbul 'Izzati.

Ancaman demi ancaman yang disebutkan di atas menunjukkan betapa sangat bahayanya yang akan dialami oleh orang-orang munafik pada kehidupannya di akhirat kelak. Padahal kehidupan akhirat adalah kehidupan yang tidak ada lagi kehidupan setelah itu. Pada kehidupan ini, penyesalan dan tobat seseorang tidak akan pernah diperhitungkan dan dipertimbangkan lagi oleh Allah Swt. untuk memperoleh ampunan dan keringanan dari hukuman yang telah ditetapkan-Nya.

Uraian tentang bahaya orang munafik menurut al-Qur`an di atas juga menunjukkan bahwa orang munafik tidak hanya menimbulkan bahaya bagi orang lain, tetapi juga mencelakakan dirinya sendiri.