Pengambilan Sampel Beton Dengan Uji Core Drill

38 rebound dari beton tersebut. Pengujian dengan alat Hammer ini dilakukan setidaknya 10 kali penembakan secara acak pada satu titik lokasi dengan jarak 5- 10 cm dari penembakan sebelumnya. Nilai rebound inilah yang kemudian akan menunjukkan kuat tekan beton setelah dikonversi melalui tabel atau grafik berdasarkan sudut penembakan, sehingga diperoleh rata-rata nilai rebound pada satu titik lokasi yang ditinjau.

3.4 Pengambilan Sampel Beton Dengan Uji Core Drill

Uji core drill merupakan suatu metode pengambilan sampel beton dengan cara dibor pada struktur bangunan yang sering disebut juga dengan pengambilan sampel beton inti. Pengambilan sampel dengan cara ini tergolong uji yang bersifat merusak destructive test, yang mana material beton diambil dengan alat core drill yang diperlukan untuk penelitian lebih lanjut di laboratorium. Metode ini mengacu pada SNI 03-2492-2002 tentang Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti. Sampel yang diambil berbentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi tergantung pada kriteria yang direncanakan, dengan diameter beton inti yang disyaratkan adalah minimum 100 mm. Pengujian core drill dilakukan jika sebelumnya telah dilakukan uji hammer yang menunjukkan nilai yang rendah pada beberapa titik bangunan. Pengambilan sampel beton inti harus memenuhi beberapa kriteria untuk meminimalisir dampak kerusakan yang dapat ditimbulkan, yaitu: 1 Titik pengambilan yang jauh dari sambungan joint balok-kolom, namun disarankan di titik dengan jarak 1 4 L pada balok dan jarak 1 2 H pada kolom. 2 Hindarkan pengambilan di daerah tepi dan terdapat tulangan. Universitas Sumatera Utara 39 3 Pengambilan sampel beton inti harus tegak lurus terhadap bidang struktur yang akan dibor. 4 Panjang sampel beton yang diambil harus dilebihkan beberapa centimeter untuk proses capping atau perataan permukaan bidang tekan. 5 Lubang bekas pengeboran harus segera ditutup kembali dengan beton yang mutunya sama. Gambar 3.3. Alat Core Drill Sampel beton inti yang diambil selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk proses pemeriksaan karakteristiknya. Pengujian di laboratorium yang dilakukan hanya berupa pengujian kuat tekan beton. Melalui pengamatan secara visual pada sampel juga dapat diketahui mengenai material-material penyusun beton seperti jenis dan ukuran agregat serta lekatan antar agregat. Batu kerikil alam sebagai agregat kasar pada campuran beton tidak disarankan penggunaannya saat ini, karena batu kerikil mempunyai sifat lekatan yang kurang baik jika dibandingkan Universitas Sumatera Utara 40 batu pecah. Hal ini akan berpengaruh terhadap kuat tekan dan mutu beton tersebut. Kuat tekan sampel beton inti dinyatakan masih baik atau tidak membahayakan jika kuat tekan rata- rata silinder beton tidak kurang dari 0,85f’c 85 dari mutu beton rencana dan kuat tekan masing-masing silinder tidak kurang d ari 0,75f’c. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka perlu adanya teknik perkuatan struktur structural strengthening untuk mempertahankan fungsi bangunan dan mencegah terjadinya keruntuhankegagalan struktur akibat beban tambahan yang dipikul oleh bangunan. Pengujian bor inti core drill yang akan dilakukan di lapangan telah ditentukan untuk mengambil sampel beton dengan keterangan sebagai berikut: 1 Sampel beton diambil sebanyak 4 buah, masing-masing 1 buah dari kolom dan balok di lantai 3 lokasi terjadinya kebakaran, dan masing-masing 1 buah dari kolom dan balok di lantai 2. 2 Ukuran tiap sampel benda uji berbentuk silinder dengan perbandingan 1:1, yaitu diameter 4 inci dan tinggi 4 inci. Penentuan nilai kuat tekan pada sampel beton inti mempertimbangkan faktor koreksi setelah dilakukan pengujian kuat tekan di laboratorium. Berikut beberapa faktor koreksi tersebut. a Faktor pengali C Faktor pengali C mengacu pada ketentuan berikut.  C merupakan faktor pengali yang ditinjau berdasarkan arah pengambilan sampel beton inti. Universitas Sumatera Utara 41  C digunakan untuk menghitung kuat tekan beton inti terkoreksi fc’c. Di bawah ini diberikan besar faktor pengali C berdasarkan arah pengambilan sampel beton inti. Tabel 3.1. Faktor Pengali C Arah pengambilan benda uji beton inti Faktor Pengali, C Horizontal tegak lurus pada arah tinggi dari struktur beton 1 Vertikal sejajar dengan arah tinggi dari struktur beton 0,92 b Faktor pengali C 1 Faktor pengali C 1 mengacu pada ketentuan berikut.  C 1 merupakan faktor pengali yang ditinjau berdasarkan rasio panjang setelah diberi lapisan capping l dengan diameter Φ dari sampel beton inti.  C 1 digunakan untuk menghitung kuat tekan beton inti terkoreksi f ’cc.  Jika rasio panjang setelah diberi lapisan capping pada kisaran 1,94 lΦ 2,10 ; maka C 1 tidak dapat digunakan untuk menghitung f’cc.  Nilai C 1 pada tabel 3.2 hanya berlaku untuk beton dengan kuat tekan benda uji silinder antara 13,8 – 41,4 MPa. Universitas Sumatera Utara 42  Jika rasio panjang setelah diberi lapisan capping pada kisaran lΦ 1,94 ; nilai kuat tekan harus dikalikan terhadap faktor C 1 sebagai berikut. Tabel 3.2. Faktor Pengali C 1 Perbandingan panjang dan diameter, l Φ Faktor Pengali, C 1 1,75 0,98 1,5 0,96 1,25 0,93 1,00 0,87 c Faktor pengali C 2 Faktor pengali C 2 mengacu pada ketentuan berikut.  C 2 merupakan faktor pengali yang ditinjau berdasarkan adanya tulangan pada sampel beton inti yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu.  Jika jumlah tulangan pada sampel beton inti berjumlah 1 satu batang, maka : .............................................................3.1 Universitas Sumatera Utara 43  Jika jumlah tulangan pada sampel beton inti berjumlah 2 dua batang, apabila jarak antara tulangan d terbesar, maka C 2 ditentukan menurut rumus berikut: = 1,0 1,5 .......................................................3.2 Dimana: d = diameter batang tulangan mm Φ = diameter rata-rata benda uji mm h’ = jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan benda uji l = panjang benda uji sebelum diberi lapisan untuk caping mm Kuat tekan terkoreksi beton inti dihitung dengan ketelitian hingga 0,5 Mpa berdasarkan rumus: ........................................................3.3 Dimana: f c’c = kuat tekan beton inti terkoreksi Mpa f c’ = kuat tekan awal Mpa

3.5 Pengujian Kuat Tekan Dengan Compression Testing Machine CTM