Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Struktur Beton Bertulang Pasca Kebakaran Rancangan Penelitian

31 Grafik 2.8. Modulus Elastisitas Baja Tulangan Pada Temperatur Tinggi ACI 216R-89

2.6 Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Struktur Beton Bertulang Pasca Kebakaran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada berbagai kasus kerusakan struktur beton bertulang akibat kebakaran, tingkat kerusakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1 Kerusakan ringan Kerusakan ini dapat dilihat berupa retak kecil dan pengelupasan pada plesteran luar beton, serta terjadinya perubahan warna menjadi gelap akibat asap kebakaran. Universitas Sumatera Utara 32 2 Kerusakan sedang Kerusakan ini dapat dilihat berupa munculnya retak-retak ringan dengan kedalaman kurang dari 1 mm pada bagian luar beton. Retak-retak ini dipengaruhi oleh penyusutan yang terjadi pada pasta semen pada suhu 200 C atau lebih, sehingga menimbulkan tegangan lokal pada bidang batas antara pasta semen dan agregat. Hal ini juga akan mempengaruhi daya lekat kedua bahan tersebut menjadi berkurang yang menyebabkan timbulnya retak-retak tersebut. 3 Kerusakan berat Pada kondisi ini, retak yang terjadi memiliki ukuran lebih lebar dan dalam dari sebelumnya dan letaknya banyak terlihat di dekat sambungan antara kolom dan balok. Retak yang terjadi pada balok kadang-kadang disertai dengan lendutan yang dapat dilihat jelas secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh kebakaran dapat mengurangi kekuatan struktur secara signifikan. 4 Kerusakan sangat berat Kerusakan ini merupakan kondisi kritis yang dialami oleh struktur, dimana retak banyak terjadi pada seluruh komponen struktur beton bertulang. Hal ini dapat dilihat dari permukaan beton yang pecahterkelupas sehinggga baja tulangan dapat terlihat, atau bahkan baja tulangan sampai putus atau tertekuk. Pada kondisi ekstrim, beton inti bisa hancur yang memungkinkan terjadinya keruntuhan struktur collapse keseluruhan bangunan. Universitas Sumatera Utara 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel di lapangan dan pengujian di laboratorium berdasarkan kajian pustaka dari standar lokal, yaitu Surat Keputusan Standar Nasional Indonesia SK SNI maupun standar Asing, yaitu American Concrete Institute ACI. Sampel yang diuji berupa sampel beton dan baja tulangan yang diambil langsung di lapangan. Sampel beton yang diuji berbentuk silinder dengan perbandingan diameter dan tinggi adalah 1:1, yang mana ukuran diameter dan tinggi adalah 4 inci. Sampel beton ini diambil pada titik lokasi yang berbeda, dimana pada kolom dan balok di lantai 3 diambil masing-masing 1 buah. Hal serupa juga dilakukan di lantai 2, sehingga total keseluruhan sampel beton yang diambil berjumlah 4 buah. Untuk sampel baja tulangan, diambil dengan panjang 30 cm. Sampel baja tulangan ini diambil di kolom lantai 3 dimana titik yang dianggap paling lemah berdasarkan gejala yang terlihat pada kolom berupa banyaknya spalling, crazing hingga retak yang terjadi pada permukaan kolom. Sampel yang diambil masing-masing 1 buah, yaitu pada tulangan utama longitudinal dan tulangan sengkang, sehingga total keseluruhan sampel baja tulangan yang diambil berjumlah 2 buah. Sampel beton yang diambil sebelumnya diratakan permukaannya pada kedua sisi atas dan bawah, kemudian dilakukan pengujian di laboratorium dengan Universitas Sumatera Utara 34 alat Compression Testing Machine CTM kapasitas 2000 kN. Untuk sampel baja tulangan yang telah diambil disesuaikan dengan ukuran panjang yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu panjang 30 cm, kemudian dilakukan pengujian di laboratorium denga alat Universal Testing Machine UTM. Lokasi penelitian untuk pengujian kuat tekan beton dan uji tarik baja tulangan dilakukan di tempat berbeda. Untuk pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Universitas Sumatera Utara, sedangkan untuk pengujian kuat tarik baja tulangan dilakukan di Laboratoriumbengkel Mesin Politeknik Negeri Medan. Universitas Sumatera Utara 35

3.2 Bagan Alir Penelitian