Sistematika Penulisan Beton Bertulang

6

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan tugas akhir ini terdiri atas lima bab, yang meliputi: BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang elemen struktur balok dan kolom, pengaruh peningkatan temperatur terhadap sifat fisis dan mekanis beton, pengaruh peningkatan temperature terhadap sifat fisis dan mekanis baja tulangan, dan klasifikasi kerusakan struktur pasca kebakaran. BAB III : Metodologi Penelitian, berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, bagan alir penelitian, pengumpulan data, alat dan bahan, prosedur penelitian, jenis dan metode perkuatan yang direncanakan, dan analistis komputasi menggunakan program SAP2000 dan PCA Col. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, menjelaskan tentang pemodelan struktur, perhitungan analisa struktur dengan program SAP2000, perhitungan dan perancangan perkuatan struktur, analisis biaya berdasarkan jenis perkuatan yang direkomendasikan. BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini, serta saran-saran Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Bertulang

Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan sesuatu pengerasan dan pertambahan kekuatan Ahmad, 2009. Beton memiliki sifat utama, yaitu relatif kuat menahan beban tekan, namun lemah terhadap beban tarik. Sedangkan baja tulangan memiliki sifat utama, yaitu relatif kuat menahan beban tarik, namun lemah terhadap tekan. Berdasarkan sifat dari kedua bahan tersebut, beton dan baja tulangan dapat dipadukan menjadi satu- kesatuan menjadi material komposit yang disebut beton bertulang. Beton bertulang mempunyai sifat sesuai dengan sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan cukup ditahan oleh beton Asroni, 2010. Sehingga, penggunaan beton bertulang pada komponen strukural bangunan seperti balok, dapat menahan gaya tekan maupun tarik secara bersamaan akibat berat sendiri ataupun pengaruh gaya aksial. Berdasarkan bahan penyusunnya, beton memiliki ketahanan yang relatif baik terhadap temperatur tinggi jika dibandingkan dengan material lain seperti baja maupun kayu. Hal ini disebabkan bahwa beton merupakan material penghantar panas yang rendah, sehingga dapat menghambat rembetan panas Universitas Sumatera Utara 8 masuk ke bagian dalam struktur beton tersebut. Pada struktur beton bertulang, tebal selimut beton harus memenuhi kriteria perencanaan tebal selimut minimum yang mana telah diatur nilai untuk masing-masing komponen struktur berdasarkan jenis beton bertulang itu sendiri. Tebal selimut beton sangat berpengaruh terhadap besar nilai tegangan leleh baja jika terjadi peningkatan temperatur pada permukaan struktur. Pada suatu kondisi dimana tingginya temperatur yang dapat mencapai lebih dari 500 C dapat mengurangi kuat tekan beton dan tegangan leleh baja secara signifikan. Ditambah dengan besar gaya luar yang bekerja pada struktur seperti, gaya aksial, lentur dan geser, maka dapat berpotensi menyebabkan keruntuhan struktur bangunan.

2.2 Elemen Struktur Gedung