Universitas Sumatera Utara
Tayangan kekerasan yang disajikan di televisi hanyalah memberikan dampak buruk bagi masyarakat.
Kajian teori Psikologi Sosial menyebutkan bahwa kekerasan di televisi dapat meningkatkan agresi penontonnya. Selain itu, teori imitasi yang
dikemukakan Bandura Berkowitz, 1995 membuktikan bahwa kekerasan di televisi akan menyebabkan penonton melakukan agresi imitatif atau kekerasan
juga dapat menjadi isyarat yang memicu timbulnya kebiasaan respon agresif bagi penontonnya dalam Mulkan, 2011:83.
Dalam disertasi Redatin yang berjudul Pengaruh Media Televisi terhadap Penyimpangan Nilai dan Perilaku di Kota Yogyakarta UGM, 2002
ditemukan bahwa menonton yang memperhatikan adegan kekerasan tidak sekedar kegemaran. Ada responden yang mengaku mempelajari trik adegan
kekerasan di televisi justru untuk melakukan kejahatan dalam Mulkan, 2011:90.
Penelitian tersebut semakin memperkuat anggapan bahwa menonton adegan televisi yang mengeksploitasi kekerasan dan penyimpangan nilai
hanya akan memberikan dampak yang buruk kepada masyarakat. Dimana masyarakat akan semakin tidak peduli terhadap kejahatan dan lama-kelamaan
menganggap kejahatan sebagai hal yang sudah biasa.
2.2.4 Perempuan dalam Media Massa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perempuan adalah orang manusia yg mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan
menyusui, wanita. Masyarakat Indonesia yang masih menganut ideologi dan nilai-nilai patriaki menganggap posisi laki-laki lebih dominan dibandingkan
dengan posisi perempuan. Dimana peran laki-laki lebih menonjol dan perempuan dianggap sebagai kaum marjinal yang terpinggirkan. Berbeda
dengan laki-laki, perempuan seringkali ditempatkan sebagai orang kedua dan
selalu berada pada posisi yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tidak hanya dalam kesehariannya saja, ideologi patriaki juga tercermin dalam media massa, khususnya televisi. Perempuan dalam media massa
seringkali digambarkan sebagai sosok yang lemah, tergantung pada laki.-laki, terdiskriminasi, pasif, tidak berdaya, hanya dirumah dan peran utamanya
hanya untuk menyenangkan laki-lakisuami. Tamrin Amal Tomogola Ph.D., M.A. yang merupakan sosiolog
Universitas Indonesia, memaparkan bahwa citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa adalah sebagai berikut dalam Kuswandi,
2008:69-70: 1. Citra Pigura
Dalam citra ini perempuan ditunjukkan sebagai makhluk yang memikat. Yakni perempuan yang berhubungan dengan kesehatan dan
kecantikan. Perempuan ditunjukkan sebagai sosok yang sempurna dengan bentuk tubuh yang ideal. Dengan kata lain, dalam citra pigura
perempuan menyangkut kecantikan dan pemikat secara biologis, seperti pinggul, payudara, atau ciri kewanitaan yang dibentuk budaya.
Misalnya rambut yang panjang, betis yang ramping, kulit yang putih atau mulus, dan sebagainya.
2. Citra Pilar Citra Pilar menggambarkan perempuan sebagai pengurus atau
pengelola rumah tangga dan keluarga. Perempuan digambarkan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga. Dengan kata
lain, pengertian budaya yang dikandungnya adalah bahwa laki-laki dan perempuan itu sederajat, tetapi kodratnya berbeda. Dalam citra pilar
perempuan kodratnya adalah mengurus rumah tangga, berkewajiban atas keindahan fisik rumah, suami, pengelolaan sumber daya rumah
tangga finansial maupun SDM termasuk di dalamnya ialah anak- anak.
3. Citra Peraduan Citra ini menghubungkan perempuan dengan hal-hal seksual dalam
perkawinan. Perempuan dijadikan sebagai objek seksual. Seluruh kecantikan alamiah maupun buatan perempuan disediakan untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi laki-laki melalui kegiatan menyentuh, memandang dan mencium.
4. Citra Pinggan Citra Pinggan menghubungkan perempuan dengan dapur. Perempuan
ditunjukkan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur. Citra ini menggambarkan bahwa setinggi apapun pendidikan maupun
penghasilan perempuan, kewajibannya adalah di dapur. 5. Citra pergaulan
Citra ini menggambarkan perempuan sebagai orang yang ingin diterima oleh kalangan sosial tertentu. Untuk dapat diterima
perempuan harus memiliki penampilan fisik yang menarik seperti bentuk lekuk tubuh, aksentuasi tertentu dengan menggunakan kosmetik
dan aksesori yang selaras, sehingga bisa tampil anggun. Namun, tetap saja wanita digambarkan sebagai makhluk yang tidak
pernah bisa menjadi orang pertama. Tempat yang cocok baginya tidak lain adalah sebagai pendamping setia suami. Hal inilah yang kita temui di televisi
dan dunia nyata. Dalam Daulay 2007:55 diuraikan beberapa fakta positif dan negatif
mengenai perempuan di media televisi. Fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut:
Fakta Positif Perempuan di Televisi - Banyak acara-acara di televisi yang mencoba untuk membahas
berbagai sisi kehidupan perempuan. Acara tersebut ditujukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Contohnya acara untuk
pendidikan, kesehatan anak, hingga acara yang mengangkat tentang permasalahan problem rumah tangga dan solusinya. Selain itu ada juga
acara-acara yang menyangkut agama yang juga memberikan pencerahan bagi wawasan keagamaan perempuan atau kaum ibu. Dan
kebanyakan dari acara-acara tersebut didominasi oleh kaum perempuan.
- Televisi juga sering menampilkan berbagai acara yang menampilkan sisi intelektual perempuan dan juga sisi prestasinya. Dalam berbagai
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
acara seperti berita, talk show, reality show dan acara lainnya kita bisa melihat tayangan penghargaan untuk perempuan yang berprestasi
dibidangnya masing-masing seperti bidang sosial, kesehatan, olahraga dan yang lainnya.
- Kita juga bisa menyaksikan tayangan yang mewawancarai perempuan yang mempunyai pengalaman dan prestasi dibidangnya. Misalnya,
tayangan yang menampilkan kesuksesan atlet perempuan dalam memenangkan pertandingan olahraga, prestasi sekelompok perempuan
dalam memberantas buta huruf di berbagai daerah, dan yang lainnya. Fakta Negatif Siaran bagi Perempuan
- Adanya tema-tema sinetron yang bias gender perempuan seperti film- film atau sinetron yang relatif memojokkan kaum perempuan.
Misalnya, acara Inem Pelayan Seksi yang terkesan menonjolkan tubuh perempuan. Selain itu didalam sinetron, peran perempuan seringkali
ditampilkan sebagai ibu-ibu jahat, penggoda, berpakaian minim, dan sebagainya.
- Iklan- iklan yang muncul dalam televisi juga seringkali menampilkan perempuan dengan citra yang menonjolkan sosok biologis mereka.
Misalnya, tubuh yang seksi, keindahan kulit, rambut dan kemerduan suaranya. Namun, sosok nonfisik seperti intelektual, keterampilan dan
keahliannya tidak disorot sehingga membuat hal ini tidak seimbang. Dari hal tersebut, orientasi tubuh dimana perempuan sebagai objek
sangat kelihatan. - Adanya permasalahan pornografi dan porno aksi seperti yang ada di
acara-acara musik dimana penyanyi yang kebanyakan perempuan menampilkan kostum atau busana minim serta gerak tubuh dan
goyangan yang erotis yang membuat terganggunya pandangan kaum laki-laki maupun perempuan.
- Maraknya acara-acara infotainment yang ditayangkan dari pukul 06.30 pagi hingga pukul 17.00 yang sangat banyak membahas sisi kehidupan
selebritis. Bila dicermati lebih lanjut, hampir 80 persen berita yang disampaikan adalah kasus-kasus perempuan. Mulai dari cerita konflik
perceraian, pertengkaran sesama artis perempuan hingga para selebritis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang memamerkan barang-barang mewah mereka. Sebenarnya, berita- berita tersebut tidaklah penting untuk dikonsumsi oleh publik.
Masyarakat telah menganggap bahwa media massa merupakan cerminan realitas atau fakta. Jadi penggambaran perempuan yang ditunjukkan
dalam media massa dianggap suatu cerminan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
2.2.5 Kekerasan terhadap Perempuan di Media Massa